Perjalanan Jakarta - Semarang - Jepara - Lasem di awal minggu ini bukan hanya sekedar tentang liburan dan piknik ke kota lain namun juga menambah cerita dan wawasanku.
Ini kali pertama aku menyusuri kota-kota di pantai utara Jawa yang tidak disangka sarat dengan cerita para hero sejak jaman Hindu sampai dengan RA Kartini bahkan sampai sekarang.
Tak disangka-sangka, aku bertemu dengan 3 Â perempuan pelaku ekonomi yang sangat optimis, penuh tawa, ramah namun juga cekatan, produktif dan sangat memyadari tugasnya sebagai perempuan dan istri.
Mereka perempuan yang memiliki enterpreneurship yang tinggi. Â Marketingnya juga jago, luwes menghadapi pelanggan namun juga lentur beradaptasi saat hantaman pandemi merontokkan usahanya.
3 perempuan mengagumkan yang kutemui di Jepara dan Lasem adalah :
1. Â Mbak Yenni, Jepara
Pemilik toko Ge.Er (ini beneran namanya tokonya) tenun Troso di Jepara. Â Tenun Troso adalah tenun khas Jepara dengan motif dan warna yang khas. Â Berbeda dengan batik yang menggunakan malam dan digambar, Tenun Troso adalah kain tenun ikat yang memiliki ciri khas dimana dalam proses produksinya menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM) sehingga menghasilkan beragam corak dan motif etnik yang beragam.
Mbak Yenni sangat fasih menerangkan tentang bagaimana kain ini diproduksi termasuk pemilihan benangnya sehingga tidak berambut. Sang suami lebih berada di belakang layar dengan membuat design dan produksi. Â Sementara sang istri menjadi garda depan dalam marketing.
Mbak Yenni punya cara tertawa yang renyah, suaranya banter (kencang) dan sangat responsif sehingga kami pelanggan barunya ikut terbawa dalam aura positifnya.Â
Bahkan ketika bercerita tentang kesulitannya saat pandemi membuat usahanya turun, pelanggan dari Eropa memutus hubungan kerjasama dan tantangan-tantangan yang dihadapi saat ini, ia tetap bercerita dengan ringan namun lebih serius.