Mohon tunggu...
Savitri Chandra
Savitri Chandra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Author

Wanderlust, Writer, Baker, love nature photography People who living extraordinary in the ordinary world

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Ziarah Gua Maria sambil Berwisata di Yogyakarta

1 Mei 2022   12:34 Diperbarui: 4 Mei 2022   05:05 3158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bulan Mei adalah bulan Maria bagi umat Katolik di seluruh dunia.  Tentunya di Indonesia juga tidak ketinggalan.  Biasanya di bulan Maria, umat Katolik berziarah ke Gua Maria yang tersebar di semua gereja maupun tempat lain.

Ziarah ini bermaksud untuk merenungkan tentang Bunda Maria sebagai Bunda Yesus yang telah mendampingi Putera terkasihnya sejak dari awal sampai meninggal di kayu salib.

Dalam ziarah juga mendoakan untuk orang tua, saudara dan teman terutama yang sedang dalam pergumulan kehidupan.  Doa menjadi cara kami untuk memeluk mereka.

Di dalam pengalamanku, walaupun aku bukan seorang Katolik (aku dari Protestan) menjalani ziarah juga ada didalamnya untuk merasakan dan mensyukuri berkat kasih dan perlindunganNYA didalam hidup ini.  Seberat apapun peristiwa yang dihadapi jika didampingi oleh seorang Ibu dan dipimpin Puteranya maka akan lebih ringan menjalaninya.

Biasanya sebelum pandemi, aku dan beberapa teman berjalan bersama untuk melakukan ziarah.  Seringkali hanya di seputaran Jakarta dan Tangerang atau jika kami mampu maka kami akan berziarah keluar kota.

Ketika pandemi memghantam maka 2 tahun kami tidak melakukan ziarah bersama.  Oleh karena itu ketika pandemi sudah mulai mereda, kami semua sudah booster bahkan menjadi alumni covid, kami memutuskan untuk melakukan ziarah bersama dan tujuan kami adalah Yogyakarta sebagai ziarah perdana setelah covid.

Mengapa kami memilih Yogya ? Ada beberapa alasannya :

1. Yogyakarta selalu memiliki tempat istimewa dihati kami.  Untukku sendiri karena Mama lahir dan besar di Yogya sejak kecil aku sering diajak kesana. 

2. Yogya memiliki banyak tempat ziarah yang indah dan menyentuh hati

3. Wisata di Yogya banyak tempat yang bisa dijelajahi dan didatangi. Selalu ada tempat baru dengan pemandangannya yang indah.

4. Kuliner, semua sudah tahu pasti bagaimana kuliner di Yogya sangat memanjakan lidah dan rasa. Gudeg yang menjadi ikon kuliner disana bisa dinikmati sepanjang 24 jam dan 7 hari seminggu.  Tidak ada kata bosan karena setiap penjual memiliki keistimewaannya sendiri.  

Ada bubur gudeg, gudeg basah dan kering.  Tapi bukan hanya gudeg saja yang dimiliki Yogya namun juga warisan kuliner turun temurun lainnya yang menjadi harta karun pengejar kenikmatan lidah.

Gudeg Basah (malam hari) Dokpri
Gudeg Basah (malam hari) Dokpri

Gudeg Kering (pagi & siang hari) Dokpri
Gudeg Kering (pagi & siang hari) Dokpri

5. Budaya Yogyakarta membuat kami merasa nyaman diantara orang Yogya. Mereka ramah, gayeng, sopan dan sangat akrab.  Serasa di rumah sendiri.

Kalau diteruskan bagaimana istimewanya Yogya tentu akan panjang sekali.

Sekarang aku ingin menceritakan perjalanan ziarah yang kulakukan pada Sabtu, 23 April sampai dengan 25 April.  Kami mengambil momen sebelum Mei karena kami berangkat sebelum arus mudik (yang sudah diperkirakan akan dahsyat tahun ini karena sudah 2 tahun tidak mudik) dan tidak bentrok dengan Hari Raya Idul Fitri.

Pertama kali aku mendarat di YIA, Kulon Progo. Terkagum-kagum saat turun melihat pemandangan alamnya yang cantik.  Dikejauhan terlihat Perbukitan menoreh yang sambung menyambung.  

Bandara yang megah, indah, super luas namun sayang belum friendly user untuk yang berkebutuhan khusus atau memiliki masalah kesehatan karena jalan yang jauh dan tidak ada kereta penghubung maupun travelator (ban berjalan untuk manusia).  Kebersihannya sangat baik sudah sesuai level bandara internasional namun pihak bandara agar lebih memperhatikan toilet untuk penumpang.

YIA (dokpri)
YIA (dokpri)

Bandara yang baru ini sangat jauh dari kota Yogya namun disitu juga adanya kesempatan untuk menjelajah Kulon Progo dengan Bukit Menorehnya yang indah.

Pemberhentian kami adalah :

1. Puncak Saka

Menuju Puncak Saka di Bukit Menoreh membuat aku terpesona.  Jalanan yang mulus, di kiri kanan sawah dan padi yang hijau kekuningan maupun sawah setelah panen.  Langit biru dengan awan putih berpadu dengan hijau terang dan abu kelabu pebukitan.

Jalan di Kulon Progo (dokpri)
Jalan di Kulon Progo (dokpri)

Pinggir jalan di Kulon Progo (dokpri)
Pinggir jalan di Kulon Progo (dokpri)

Ibu di Kulon Progo (dokpri)
Ibu di Kulon Progo (dokpri)

Kulon Progo (dokpri)
Kulon Progo (dokpri)

Udaranya segar dengan pedesaan yang indah.

Setelah melewati jalan yang cukup mendebarkan sampailah kami di Puncak Saka.

Pemandangannya membuat aku menahan nafas.. luar biasa!  Dari atas, kami bisa melihat keindahan tanah Jawa yang membuatku terkagum-kagum.  Hamparan sawah sejauh mata memandang.  Hijau dan suburnya Ibu Pertiwi terpampang jelas di depan mata. Sungguh indah berkat Allah pada Sang Pertiwi.  Air melimpah dan bening. Rasa syukur tiba-tiba membersit dalam hati karena aku diperkenankan melihat keindahan ini. Sungguh mengharukan.

img-20220501-wa0027-626e2ecabb448607314881a3.jpg
img-20220501-wa0027-626e2ecabb448607314881a3.jpg
img-20220501-wa0028-626e2ee4bb44860f8240d602.jpg
img-20220501-wa0028-626e2ee4bb44860f8240d602.jpg
Oh ya kami makan siang berupa mie godhog khas Yogya yang nikmat apalagi ditambah oleh beberapa biji cabe rawit.

(dokpri)
(dokpri)

2. Gua Maria Laawangsih

Gua Maria ini terletak di dusun Patihombo, Kulon Progo. Gua Maria (GM) Lawangsih ini merupakan gua alami yang dijadikan tempat ziarah dan berdoa bagi umat Katolik. 

GM Lawangsih memiliki arti kata yang mendalam.  Dalam bahasa Jawa, Lawang artinya adalah Pintu, Gapura atau Gerbang. Kata Sih (asih) memiliki arti sayang, cinta, berkat, rahmat.  Jika diartikan secara rohani bermakna Bunda Maria sebagai gerbang surga dan pintu berkat.

Didalam Gua Maria ini ada tempat untuk bermeditasi yang masuk ke dalam.  Di tempat meditasi didalam gua stalakmit dan stalaktit suasananya begitu adem dan tenang. Disitu ada Patung Yesus.  

Aku senang sekali berada didalam sini karena tanpa AC suhunya sudah sangat nyaman.  Dan ada bunyi gemericik air karena gua ini dialiri oleh sungai kecil yang bening.  Sehingga menciptakan suasana syahdu dan sejuk.

(dokpri)
(dokpri)

(dokpri)
(dokpri)

(dokpri)
(dokpri)

3. Taman Doa Bunda Pelindung Keluarga (BMPK)

Tempat wisata religi yang masuk dalam daftar kami untuk disambangi.

Taman Doa ini merupakan bagian dari kompleks perziarahan makam Romo Prennthaler, SJ.

Rm Prennthaler, SJ adalah seorang Imam Jesuit yang merintis karya Misioner di perbukitan Menoreh, Kulon Progo ini.

(dokpri)
(dokpri)

(dokpri)
(dokpri)

(dokpri)
(dokpri)

Taman doa nya indah dan daerah Boro adalah desa yang cantik. Aku sampai merasakan berada di Swiss jika sedang berada di teras gerejanya.

(dokpri)
(dokpri)

(dokpri)
(dokpri)

Kami berdoa bersama disini dengan masing-masing intensi dan harapan.

(dokpri)
(dokpri)

Nyaman duduk berlama-lama disini.

4. Omah Minggir

Dari desa Boro kami meluncur ke restoran Omah Minggir.  Restoran yang ada di desa Minggir, Sleman, Jogja.

Disana kami sudah disiapkan makan siang ala rumahan  pedesaan Jogja yang sangat menggiurkan.  Lauk sederhana namun nikmat.  Ada ikan nila goreng, baceman tempe, tahu dan tempe gembus (tempe yang terbuat dari ampas tahu rasanya seperti daging), urap, sayur lodeh, gendar (terbuat dr nasi dan garam bleng), rempeyek, dll. Rasanya maknyusss. Apalagi resto yang merangkap kedai kopi (kopi Bajawanya enaaak) dan penginapan ini berada di pedesaan yang tenang.

(dokpri)
(dokpri)

Setelah makan, aku berjalan-jalan keliling desa.  Suasananya hening, sejuk dan nyaman.  Penduduk desa yang kutemui selalu menyapa dengan ramahnya.  

Aku melihat banyak rumah-rumah jawa kuno yang sangat unik dan fenomenal dengan sumur juga segala macam ayam dan burung-burung.  Banyak tanaman dan pohon yang belum pernah kulihat sebelumnya.. Sangat meditatif berjalan sendirian di sore hari yang tenang.

(dokpri)
(dokpri)

(dokpri)
(dokpri)

(dokpri)
(dokpri)

(dokpri)
(dokpri)

Desa Minggir (dokpri)
Desa Minggir (dokpri)

5. Gua Maria Sendang Sri Ningsih

Esok pagi setelah makan pagi dan beristirahat cukup, kami melaju ke daerah Kalasan, Prambanan.  Daerah yang sarat dengan peninggalan Hindu dan Budha, terselip sebuah Gua Maria yang aku sukai yaitu Gua Maria Sendang Sri Ningsih.  Tempat ini ditemukan pada tahun 1934.  Di tempat ini ada mata air abadi yang selalu ada airnya walaupun di musim kering sekalipun.

Sendang Sriningsih memiliki arti Perantara Rahmat Tuham pada umatnya.

(dokpri)
(dokpri)

(dokpri)
(dokpri)

(dokpri)
(dokpri)

Pertama kali aku berziarah kemari, mobil hanya bisa diparkir dibawah bukit, kami musti menaiki banyak tangga dan hutan jati.  Sungguh membuat nafas tersengal-sengal namun diimbangi dengan pemandangan yang memanjakan mata daerah Klaten.

Sekarang mobil sudah bisa diparkir didekat Gua Maria nya sehingga tidak perlu bersusah payah lagi.

Aku senang berada disini apalagi jika angin sejuk datang membuat daun-daun kering berjatuhan dan dalam hening doa mendengarkan gemerisik dedaunan.

6. Gereja Hati Kudus Yesus Ganjuran

Gereja yang dibangun tahun 1927 adalah sebuah Gereja Katolik dengan wajah lokal. Yesus mengenakan surjan dan dalam misa iringannya menggunakan gamelan.  Aku suka sekali mengikuti misa sore harinya.  Terasa syahdu dan mengena di hati.

Lamat-lamat memdengarkan suara pujian dalam.bahasa Jawa sangat melangutkan jiwa.

Dengan mengunjungi gereja ini, kita bisa memahami tentang sejarah gereja dan inkulturasi Katolik dengan budaya Jawa.

Dan dengan berada disitu kita akan merasakan ketenangan dalam jiwa.

(dokpri)
(dokpri)

(dokpri)
(dokpri)

(dokpri)
(dokpri)

(dokpri)
(dokpri)

Kebahagiaan untukku bisa berziarah dan melawat Yogyakarta kembali.

Setiap kedatangan, Yogya selalu memberikan kenangan berbeda.

Dengan berziarah kami juga mampu memperkaya hati dan jiwa.

Selamat memasuki Bulan Maria untuk saudara-saudaraku Umat Katolik

Selamat Idul Fitri bagi semua saudara-saudara Muslimku.

Semoga dalam merayakan hari yang khusus, kitapun makin diperkaya akan cinta pada sesama dan Tuhan Allah.

Catatan : semua foto yang ada pada tulisan ini adalah hasil jepretanku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun