4. Kuliner, semua sudah tahu pasti bagaimana kuliner di Yogya sangat memanjakan lidah dan rasa. Gudeg yang menjadi ikon kuliner disana bisa dinikmati sepanjang 24 jam dan 7 hari seminggu. Â Tidak ada kata bosan karena setiap penjual memiliki keistimewaannya sendiri. Â
Ada bubur gudeg, gudeg basah dan kering. Â Tapi bukan hanya gudeg saja yang dimiliki Yogya namun juga warisan kuliner turun temurun lainnya yang menjadi harta karun pengejar kenikmatan lidah.
5. Budaya Yogyakarta membuat kami merasa nyaman diantara orang Yogya. Mereka ramah, gayeng, sopan dan sangat akrab. Â Serasa di rumah sendiri.
Kalau diteruskan bagaimana istimewanya Yogya tentu akan panjang sekali.
Sekarang aku ingin menceritakan perjalanan ziarah yang kulakukan pada Sabtu, 23 April sampai dengan 25 April. Â Kami mengambil momen sebelum Mei karena kami berangkat sebelum arus mudik (yang sudah diperkirakan akan dahsyat tahun ini karena sudah 2 tahun tidak mudik) dan tidak bentrok dengan Hari Raya Idul Fitri.
Pertama kali aku mendarat di YIA, Kulon Progo. Terkagum-kagum saat turun melihat pemandangan alamnya yang cantik. Â Dikejauhan terlihat Perbukitan menoreh yang sambung menyambung. Â
Bandara yang megah, indah, super luas namun sayang belum friendly user untuk yang berkebutuhan khusus atau memiliki masalah kesehatan karena jalan yang jauh dan tidak ada kereta penghubung maupun travelator (ban berjalan untuk manusia).  Kebersihannya sangat baik sudah sesuai level bandara internasional namun pihak bandara agar lebih memperhatikan toilet untuk penumpang.
Bandara yang baru ini sangat jauh dari kota Yogya namun disitu juga adanya kesempatan untuk menjelajah Kulon Progo dengan Bukit Menorehnya yang indah.