Ternyata tulisan-tulisanku mendapat banyak respons, selain ucapan duka cita juga banyak yang menuliskan bagaimana mereka juga kehilangan anabul terkasih, kesulitan melupakannya, trauma kehilangannya dan bagaimana perasaan mereka sampa saat ini walupun anabulnya sudah lama pergi.
aku merasa tidak sendiri dan aneh karena sangat berduka. Â Rasa empatiku juga tumbuh karena menjadi paham artinya khilangan dan bagaimana menghargai semua yang ada sekarang.
4. Â Menggunakan jasa Animal Communicator
Awalnya aku tidak ingin memakai jasa Animal Communicator kareba kupikir pekerjaan mereka tidak mencakup berkomunikasi denfan hewan yang sudah tiada. Â Sebelumnya aku pernah memakai jasa Animal Communicator untuk mencari Mboel yang kabur dari rumah selama 10 hari. Â Dan sukses membawa Mboel kembali pulang (kejadian di bulan Juli 2020).
Aku mempertimbangkan menggunakan lagi setelah pihak Rumah Sakit mapun Dokter yang merawat Mboel mengatakan terus terang tidak bisa memastikan sebab kematiannya karena dari Mbiel datang sampai kematiannya belum sempat dilakukan observasi. Â Aku merasa sangat bersalah karena merasa kurang memperhatikan kesehatannya. Bantak menduga-duga membuatku makin sedih
Kemudian aku mendapatkan wa seorang ibu yang bisa menjembatani antara aku dan kucingku. Â Setelah melakukan pembucaraan dan mengisi formulir, aku diminta menunggu beberapa hari.
Suatu malam aku menerima sebuah wa dari sang ibu animal communicator, begini isi wanya :
Malam mbak Savitri,
Aku sudah komunikasi dengan Biako malam ini, tp dia cuma mau sebentar. Di awal dia sudah bilang bisa komunikasi tapi sebentar aja.
Cause of death nya Biako karena jantung, kondisi jantung bawaan. Biako gak ada sakit lain, waktunya Biako pergi.
Biako tahu kl mama Savitri sedang berduka. Gpp kata Biako, memang itu yg dirasakan manusia. Biako bilang "she will be happy again. Akan ada anabul lain datang dan dia akan happy lagi"