Menulis puisi adalah sebuah perjalanan batin. Dari banyak pengalaman yang kurasa, serap, cecap dan diendapkan kemudian dituliskan dalam rangkaian kata pada akhirnya menjadi sebuah puisi.
Kata tersusun agar pembaca bisa memahami apa yang kurasakan. Â Ikut dalam sebuah pencarian dan membayangkan apa yang dilalui.
Sebelum menjadi rangkaian kata, ide adalah hal terpenting dan utama dalam menulis. Pengalaman pribadi, suasana, pemandangan sekitar atau bahkan pengalaman orang lain yang kita lihat atau baca bisa menjadi sumber inspirasi.
Butuh sebuah getaran agar pengalaman ini bisa diceritakan dan dibuatkan puisi.
Menulis puisi lebih membutuhkan 'rasa' dan emosi dari penulis. Â Sehingga pemilihan katanya juga menjadi sangat penting agar pesan dan makna yang disampaikan oleh dari mampu dipahami.
Lagu Pasangan Jiwa awalnya merupakan sebuah puisi yang idenya kudapat saat berjalan di daerah Shinjuku pada malam awal musim dingin. Suhu hampir menyentuh 0 derajat, pohon Maple yang mulai meranggas dan daun kuningnya berjatuhan di tiup angin musim dingin yang menggigilkan berlatar bulan purnama di langit kelam.
Sungguh indah dan menyentuh hati.
Kutuliskan pengalaman indah itu dalam sebentuk puisi sebagai kenangan akan malam itu..
Setelah beberapa tahun kemudian, puisi ini terbaca lagi olehku dan sebuah inspirasi mampir dalam pikiranku, menjadikannya Lagu.
Aku ingin agar puisi ini bisa dinikmati oleh kalangan lebih luas lagi bila dinyanyikan.
Keinginanku akhirnya terwujud dengan bantuan banyak sahabat. Â Dan setelah melewati berbagai proses kreatif, akhirnya terciptalah lagu "Pasangan Jiwa".
Sebuah karya yang berawal dari rasa akan keindahan di malam berangin dingin disebuah kota yang indah penuh cahaya, Tokyo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H