Inginku berteriak pada angin yang memenuhi ruang kosong beranda depan..
Angin berputar..Â
berhembus..Â
dan buyar terhadang kipas yang berputar lemah dilangit-langit beranda..
Semuanya mendadak hening..
Tak ada suara bahkan cecakpun menahan napas..
Mataku menghangat saat menatap kelam malam yang nyalang..
Kemana dirimu?
Terdengarkah suaraku?
Atau kau hanya pura-pura diam..
Dan membiarkannya berlalu..
Aku memanggil namamu dalam bisu kata..
di sunyi hari, kumengulang-ulang namamu..
Seperti mantra seorang penyihir..
Mungkin..
Hatimu dari batu..
Keras, dingin dan tak berdetak lagi untuk kita..
Atau aku hanya berharap terlalu banyak di gelap malam pekat..
Bintangpun enggan berkelip..
Cerita kita sudah lama berlalu
Aku terlalu erat memegang harapan..
Anginpun kembali keberanda..
Menggoyang lembut lampu gantung yang berpendar lemah..
Ingat saja
 Luka butuh waktu untuk sembuh..
Jkt, 10321
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H