Mohon tunggu...
Savitri Chandra
Savitri Chandra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Author

Wanderlust, Writer, Baker, love nature photography People who living extraordinary in the ordinary world

Selanjutnya

Tutup

Diary

Rasa Nyaman Lebih Dalam daripada Jatuh Cinta

28 Februari 2021   17:39 Diperbarui: 28 Februari 2021   17:42 1439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Triingg!!

Seperti tercerahkan begitu membaca tulisan di status FB temanku: Rasa Nyaman lebih dalam daripada Jatuh Cinta.

Jadi teringat kalau dahulu waktu pacaran, aku memang lebih mengutamakan rasa nyaman baru kemudian membuka hati untuk cinta. Jika dari awal sudah tidak ada rasa nyaman biar naksir berat sudah pasti bye bye, sayonara karena untukku rasa nyaman itu penting, tanpa itu kita tidak pernah bisa duduk bersama tanpa bicara tapi saling menikmati kehadiran satu sama lain. Di dalam rasa nyaman ada saling percaya, respek dan mengasihi.

Jikna maknanya diperluas lagi tentang rasa nyaman sebenarnya bukan hanya untuk hubungan suami istri atau sepasang kekasih saja tapi juga bisa diterapkan pada semua jenis dan level relasi.

Hubungan antara anak dan orangtua yang nyaman akan membuat rumah menjadi harmonis.

Hubungan antar teman yang nyaman akan membuat pertemanan yang dijalani awet dan membahagiakan.

Atau juga dikantor bila suasana nyaman pekerjaan akan lebih produktif.

Bagaimana rasa nyaman itu diciptakan. Kuncinya berawal dari diri sendiri dulu. Rasa nyaman pada diri sendiri berarti kita bicara tentang self confidence (rasa percaya diri), self love, respect dan etika. Jika semua itu sudah ada pasti kita akan nyaman pada diri kita.

Rasa insecure seseorang seringkali terlihat dari bagaimana seseorang berinteraksi. Manusia insecure punya kesenangan membagikan ketidaknyamanan dirinya pada orang lain. Aku sering berhadapan dengan orang-orang yg tidak nyaman pada dirinya kemudian mulai melakukan body shaming ke aku. 

Awalnya aku diamkan saja. tapi selalu diserang dimanapun aku berada terutama di whatsapp grup, saat bertemu maupun japri. L ama kelamaan walaupun aku jawab dengan baik karena tentunya aku punya etika dan rasa respek sebagai teman, mereka malah seperti dapat angin surga. Akhirnya dengan manis ada yang kujawab.. "hellooooww, gue kurus ataupun gendut .. dulu sekarang ataupun nanti tetep aja ogah ama loe." 

Ada juga yang kujawab dengan langsung menunjukkan kelemahannya didepan umum sama seperti yang dia lakukan padaku.. aku jawab bahwa aku memang gemuk tapi cakep lah kamu udah nyinyir, hidung pesek, muka jelek dan punya sifat buruk juga. Lebih baik bercermin dulu sebelum bicara nanti malu." Dan masih banyak yang lain sejenisnya. 

Mereka adalah manusia-manusia yang jauh didalam hatinya sangat rendah diri dan tahu kelemahannya tapi ingin terlihat hebat. Mereka tidak nyaman pada dirinya. Efeknya, orang lain juga sangat tidak nyaman dengan kehadiran mereka. Seringkali hal ini tidak disadari tapi lebih sering menyalahkan orang lain.

Sudahkah kita nyaman dengan diri sendiri? Mau tahu bagaimana nelihatnya? Gampang kok. Lihat saja ke sekeliling anda.

Your vibes attract your tribes.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun