UMKM) di Indonesia menjadikan sumber keberlanjutan ekonomi bagi sebuah negara. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), UMKM memiliki presentase yang lebih tinggi sebesar 60% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan presentase yang lebih tinggi sebesar 97% terkait hal tenaga kerja. UMKM tidak hanya meningkatkan penghasilan namun juga mampu memperluas lapangan kerja di masyarakat. Meskipun UMKM memberikan banyak keunggulan, masih banyak manajer UMKM yang kesulitan dalam mengelola pengeluaran dan memaksimalkan pemasukan. Hal ini selaras dengan yang dialami oleh Usaha Batik Lianasari. Batik Lianasari dalam usahanya masih menggunakan metode tradisional dalam menentukan profitabilitas.
Maraknya Usaha Mikro Kecil Menengah (Pelaporan berdasarkan segmen ini dapat membantu sebuah UMKM dalam memahami kinerja masing -- masing unit segmen (jenis produk) secara keseluruhan dan memudahkan pengambilan keputusan. Seorang manajer seringkali menilai jenis produk berdasarkan informasi laporan keuangan secara umum tanpa mengetahui jenis produk mana yang lebih menguntungkan. Oleh karena itu, sebuah UMKM perlu menggunakan laporan laba berdasarkan segmen. Laporan dalam bentuk segmen dapat membantu manajer untuk mendapatkan informasi yang lebih luas dan rinci. Terdapat dua cara perhitungan dalam pelaporan segmen yaitu metode pendekatan variable costing dan metode absorption costing (pendekatan penuh). Penggunaan metode variable costing dinilai lebih akurat dan rinci dalam membandingkan kinerja tiap segmen. Hal ini dikarenakan, metode variable costing dilakukan dengan memisahkan pembebanan antara biaya overhed pabrik tetap dan biaya overhed variabel, sehingga dapat lebih realistis saat memaksimalkan laba setiap segmen.
Batik Usaha Lianasari berdiri pada tahun 2019 yang bergerak dalam memproduksi kain batik. Usaha Batik Lianasari memproduksi dua jenis kain batik yaitu kain batik katun dan kain batik dolby. Usaha ini sudah mempunyai showroom yang berlokasi di Kuyang Rt 04, Kliwonan Masaran, Sragen.
"Laporan keuangan setiap bulannya kami emang ada, namun hanya mencatat terkait pendapatan penjualan secara keseluruhan dan masih menggunakan pelaporan keuangan dengan metode tradisional. Kami belum mengetahui jenis batik mana yang lebih menguntungkan atau merugikan," ujar pemilik Batik Lianasari dalam wawancara dan observasi di Sragen (11/11).
Benarkah UMKM yang hanya menggunakan pelaporan keuangan secara tradisional tidak dapat memaksimalkan laba? Jawabnnya memang benar. Laporan keuangan secara tradisional memang dapat memberikan informasi penting bagi suatu usaha akan tetapi informasi yang di dapat kurang rinci dan akurat.Â
Pengimplementasian pelaporan segmen laba berdasarkan metode variable costing perlu adanya pemisahan antara biaya overhead produk tetap dan biaya overhead produk variabel. Biaya variable costing hanya mentransfer biaya variabel manufaktur ke produk yang bersangkutan. Biaya tersebut meliputi biaya bahan baku produk, biaya tenaga kerja dan biaya overhead produk variabel yang tidak termasuk dalam analisis biaya produk. Hal ini dikarenakan biaya overhead produk tetap dianggap sebagai beban periode dan tidak ikut serta dalam menentukan biaya produk.
Metode variable costing memberikan informasi yang jelas terkait biaya yang dikeluarkan dalam menghasilkan setiap unit produk bagi pelaku UMKM. Selain dapat menganalisis biaya produksi berdasarkan segmen (jenis produk), pengaplikasian metode variable costing ini dapat memberikan gambaran yang lebih akurat mengenai perkembangan bisnis dan menjadi lebih fokus serta terarah dalam setiap mengambil keputusan. Secara umum, harga yang tinggi akan membuat harga produk di lelang naik, yang juga menyebabkan harga produk dijual tinggi pula. Laporan segmen laba dapat membantu UMKM dalam menentukan harga guna memperoleh keberhasilan.
"Pelaporan segmen laba yang dilakukan oleh peneliti pada Usaha Batik Lianasari dengan membandingkan metode tradisional dan metode variable costing ternyata lebih unggul dengan menggunakan metode variable costing. Hal ini dapat dilihat bahwa laba segmen atau operasi pada masing-masing jenis produk yaitu kain batik katun sebesar Rp 187.666.429 dengan penjualan sebanyak 3.800 kain dan kain batik dolby sebesar Rp 90.463.080 dengan penjualan 1200 kain dibandingkan dengan metode tradisional yang hanya menghasilkan kain batik katun sebesar Rp 183.204.840 dengan penjualan 3.800 kain dan kain batik dolby sebesar Rp 89.054.160 dengan penjualan 1200 kain. Maka dari itu, pelaporan segmen laba dengan menggunakan metode variable costing menghasilkan laba operasi yang lebih besar dan laba segmen setiap jenis produk bersifat positif sehingga lebih relevan dan akurat untuk digunakan" (21/11).
Berdasarkan laporan yang dilakukan oleh peneliti Usaha Batik Lianasari dapat melakukan pencatatan keuangan dengan menggunakan metode variable costing agar lebih informatif dan akurat dan menganalisis tren pasar serta melakukan pengembangan produk atau menambah variasi motif pada batik kain dolby.
Dengan begitu, para pelaku UMKM dapat memaksimalkan laba dengan menggunakan metode variable costing berdasarkan segmen. Pendekatan ini tidak hanya memberikan informasi profitabilitas yang lebih jelas untuk setiap segmen, namun juga memberikan kemampuan UMKM untuk memberikan informasi yang lebih akurat dan relevan dalam menentukan harga, kapasitas produksi dan menganalisis strategi pemasaran. Para pelaku UMKM harus memaksimalkan laba dengan menerapkan metode variable costing agar usaha mereka dapat lebih bertahan lama dan dapat berkembang di lingkungan bisnis yang lebih kompetitif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H