Seperti yang telah kita ketahui bahwa COVID-19 berasal dari Wuhan, Cina, dan seiring dengan meningkatnya penyebaran dari manusia ke manusia, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendeklarasikan masa pandemi dimulai pada tanggal 11 Maret. 2020.Â
Penyakit ini telah menyerang semua kalangan usia, dan negara-negara pun telah mengeluarkan kebijakan untuk dalam melakukan pencegahan infeksi, seperti melakukan "jarak sosial" dan "tinggal di rumah". Studi sebelumnya telah menunjukkan perlunya mencegah penyebaran COVID-19 di daerah dengan populasi tinggi kepadatan melalui langkah-langkah kontrol yang berbeda.Â
Pada minggu kedua Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama COVID-19. Sejak itu, jumlah kasus COVID-19 di negara itu meningkat tajam. Pada 25 Oktober, Indonesia telah melaporkan 350.000 kasus, tertinggi di antara negara-negara Asia Tenggara.
Untuk alasan ini, Sebagian besar sektor industri sangat terpukul oleh wabah tersebut. Pekerja baik di sektor formal maupun informal kehilangan pekerjaan. Pemerintah Indonesia kini memiliki tugas yang sangat besar untuk merumuskan kebijakan untuk memitigasi dampak gaya hidup dan egonomi dari COVID-19. Wabah tersebut, terutama di titik-titik panas seperti Jakarta dan Jawa Barat, juga memicu gelombang migrasi ke kota-kota lain.Â
Orang-orang telah meninggalkan Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Jawa untuk kembali ke keluarga mereka di tempat lain di negara ini. Keputusan untuk bermigrasi seringkali dilatarbelakangi oleh hilangnya pekerjaan, ditambah dengan biaya hidup yang tinggi. Mengingat kota-kota besar seperti Jakarta saat ini menjadi episentrum pandemi, migrasi juga meningkatkan risiko wabah di tempat tujuan para migran.
Kekhawatiran tentang penyebaran virus ini semakin diperparah dengan tidak semua orang Indonesia memiliki pengetahuan yang cukup tentang virus atau tindakan yang direkomendasikan untuk mencegah infeksi. Pencegahan penyebaran virus corona menjadi perhatian utama pemerintah Indonesia, yang sedang bekerja cepat untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan pencegahan yang tepat. Sekarang mari kita bahas dari segi baik dan buruk nya gaya hidup di masa pandemic Covid-19 ini.Â
Sebagai pendidikan layanan kesehatan masyarakat, situs web memberikan berita mengenai Covid-19 secara langsung dan terpercaya dalam memasarkan layanan informasi seperti layanan dana sosial perawatan kesehatan dan postingan yang berkaitan dengan Covid-19 sebagai media yang dapat mampu mengedukasi masyarakat mengenai berbagai ulasan dan testimoni pasien yang sembuh dari Covid-19 sebagai bentuk motivasi dan berbagai upaya pencegahan.Â
Di mana kita diwajib kan untuk menggunakan masker tiap saat kita berpergian keluar rumah, wajib menerapkan jaga jarak antar satu sama lain, dan wajib menjaga kebersihan dan tetap steril agar terhindar dari virus.
Kali ini untuk menguatkan argument kita terhadap gaya hidup di Indonesia selama pandemic Covid-19, ketika kita menggunakan istilah 'budaya populer', budaya populer selalu didefinisikan, secara implisit atau eksplisit, berbeda dengan yang lain kategori konseptual: budaya rakyat, budaya massa, budaya dominan, budaya kelas pekerja.
Definisi lengkap harus selalu mempertimbangkan hal ini. Selain itu, seperti yang akan kita lakukan juga lihat, kategori konseptual mana pun yang digunakan sebagai budaya populer yang tidak ada, itu akan selalu sangat memengaruhi konotasi yang dimainkan saat kita menggunakan istilah  "budaya popular". Sama hal nya dimana "Budaya Popular" di terapkan khususnya pada kaum muda untuk tetap berinovasi dalam mengkampanyekan protokol kesehatan yang telah di tetapkan oleh pemerintah.Â
Pemerintah telah menetapkan tata tertib protokol kesehatan demi mencegah penularan Covid-19, namun pemerintah tidak bisa melakukan itu sendirian maka di butuhkanlah tenaga muda-mudi yang biasa aktif di sosial media demi mencapai tujuan agar pesan pun tersampaikan dengan baik, dengan adanya para bintang sosial media ( kita sebut saja dengan Influencer Instagram) dimana mereka memiliki banyak Followers di akun sosial media mereka, Dalam 'Analisis budaya', Williams (2009) menguraikan 'tiga kategori umum dalam' definisi budaya'.Â
Pertama, ada 'ideal', di mana salah satunya menjelaskan budaya adalah keadaan atau proses kesempurnaan manusia, dalam hal nilai-nilai mutlak atau universal tertentu'.
Maka dari itu sosok influencer di sosial media memiliki pengaruh besar dalam istilah " Budaya Populer" dikarekan oleh beberapa factor, dimana para pengikutnya menganggap bahwasanya kehidupan seorang influncer se-idealis "itu" dimana adalah hasil pengaruh bagaimana mereka melakukan personal branding dan persona mereka juga.Â
Tidak sedikit beberapa influencer mengkampanyekan Gaya Hidup sehat mereka seperti Gaya hidup sehat yang dianjurkan pada masa pandemi covid-19 antara lain: mengkonsumsi makanan protein tinggi setiap hari, konsumsi buah-buahan dan sayur segar setiap hari, minum air tida kurang dari 1500 mL setiap hari, menerapkan pola makan yang beragam dari berbagai jenis, warna dan sumber.Â
Konsumsi asupan zat gizi yang cukup jika malnutrisi, konsumsi suplemen, istirahat teratur minimal 7 jam setiuap hari dan terakhir adalah melakukan olaharaga rutin. Seperti Berjemur agar bisa mendapatkan Vitamin D dari sinar matahari.
Banyak juga para artis maupun influencer instagram melakukan aktivitas fisik kurang dari 3 kali dalam seminggu selama Covid-19. Kebiasaan ini berbeda dengan anjuran yang disarankan bahwa olahraga minimal 3 kali dalam seminggu.Â
Maka dapat kita simpulkan bahwa tidak semuanya Influencer hanya mampu memposting gaya hidup mereka yang mewah, disini influencer cukup berperan penting terlebih agar bisa membuat kehidupan yang seimbang akibat suara mereka.Â
Hal ini bisa dijadikan panutan serta contoh yang baik, kemudian wajib kita contoh ialah artis atau influencer yang tetap mengingatkan protokol kesehatan, mempromosikan bagaimana cara dia dalam menghabis kan waktunya sendiri. Gaya Hidup yang sehat akan pula menghasilkan output masyarakat yang sehat, bahagia, dan mampu membantu meningkatkan daya imun agar bisa menangkal virus Covid-19 ini.
Daftar Pustaka
Adorno, Theodor (1991a), 'How to look at television', in The Culture Industry, London: Routledge.
Storey, John (2009, ' Cultural Theory and Popular Culture, London.
Ang, I. (1996) 'Culture and communication: towards an ethnographic critique of media consumption in the transnational media system', in What is Cultural Studies? A Reader, edited by John Storey. London: Edward Arnold
Taufiq Firdaus Al-Ghifari, Andi Eka Yunianto (2020) 'GAMBARAN SIKAP DAN GAYA HIDUP SEHAT MASYARAKAT INDONESIA SELAMA PANDEMI COVID-19', Tasikmalaya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H