Mohon tunggu...
Savika Refa Z
Savika Refa Z Mohon Tunggu... Atlet - Siswi SMAN 28

Savika Refa Zahira(35) - XI MIPA 5 - SMAN 28 Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Nature

Proses Terjadinya Fenomena Pelangi

28 Agustus 2020   20:31 Diperbarui: 28 Agustus 2020   20:34 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pelangi merupakan suatu busur spektrum besar yang terjadi karena pembiasan cahaya matahari. Pelangi juga biasa dianggap sebagai bianglala atau gejala optik dan meteorologi yang beraneka warna. Warna tersebut bersatu, sejajar, dan membentuk sudut 180 derajat. Pelangi tampak sebagai busur cahaya dengan ujungnya mengarah pada horizon pada suatu saat hujan ringan. Pelangi juga dapat disaksikan di sekitar air terjun yang jelas.

Pelangi di langit di sebabkan dengan adanya pembiasan cahaya yang menyimpang menjauhi partikel. Saat matahari terbenam, langit menjadi merah karena sinar matahari melewati atmosfer yang jauh lebih tebal dibanding saat matahari berada tinggi di langit pada siang yang cerah. Pelangi tidak akan tampak pada malam hari atau saat cuaca mendung. Mengapa? Hal ini terjadi karena pelangi merupakan hasil dari pembiasan cahaya maka tidak akan terjadi bila gelap atau tidak ada cahaya. Awal mulanya cahaya matahari melewati sebuah tetes hujan, lalu dibiaskan menuju tengah tetes hujan sehingga cahaya putih terpisah dan menjadi warna spektrum.

Pelangi hanya bisa kita lihat saat sedang hujan bersamaan dengan matahari bersinar tetapi dari sisi yang berlawanan dari kita. Posisi kita harus berada di antara matahari dan terkesan air dengan matahari di belakang kita. Kita sebagai pengamat, matahari, dan pusat busur pelangi harus berada dalam satu garis lurus. Dengan keadaan tersebut kita dapat melihat cahaya pelangi berwarna  merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu yang cantik nan indah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun