KOMPASIANA -Â Were adalah sebuah nama yang mempunyai arti yang mendalam. Tempat dimana kami lahir dan di besarkan.
Tanah yang dulunya penuh dengan cinta , kasih dan damai. Banyak di kenal karena musik, lagu daerahnya yang mengugah, Syair-syair yang menarik.
Kini telah berubah.
Were terdengar begitu panas dengan kejadian-kejadian yang aneh, mengerikan, menyeramkan, bahkan menyebutkan namanya saja sangat menakutkan.
Tanah yang aman berubah menjadi ganas. Mati yang tak wajar dan tiba-tiba seolah menjadi tradis.Anak kecil, muda mudi, bahkan orang tua menjadi korban keganasan tanah were tercinta.
Lewat benda-benda mati maupun manusia seakan mati rasanya menjadi hakim terakhir.
Kendaraan bermotor, tali, ranting, bambu, parang, pohon bahkan air. ltulah kumpulan hakim yang tercatat.
Were, baru masuk pekan kedua ( Oktober 2019) sudah tercatat  dua korban mati tidak wajar karena kecelakaan.
Were adakah salah dan dosa yang pernah kami lakukan ?
Tidak tahu kami harus bertanya pada siapa !
Tidak tahu pula kami harus tanya kemana !
Hanya seuntai kata, namamu yang mampu kami ucapkan. Rasa rindu yang paling dalam dari kami yang hanya ingin seperti Were yang dulu.
Were, 20 Oktober 2019.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H