Mohon tunggu...
Save Master
Save Master Mohon Tunggu... -

Kanal tulisan-tulisan untuk perjuangan #SaveMaster.\r\nIngin tulisanmu dimasukkan disini? \r\n\r\nKirim ke tulisan.savemaster@gmail.com.\r\n\r\nCek @SaveMasterID

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Secercah Harapan dalam Sangkar

9 Januari 2015   20:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:28 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Belum genap dua tahun semenjak wacana terakhir penggusuran sekolah Master (Masjid Terminal) Depok, Jawa Barat,kini kabar tersebut berhembus lagi di media maya. Ah apa kabar ini benar? Begitulah pertanyaan dalam hati saya, mengingat kasus ini terakhir ditutup dengan janji Walikota Depok Bapak Nur Mahmudi Ismail untuk tidak menggusur sekolah Master yang secara lisan disampaikan dalam liputan salah satu stasiun swasta nasional dan masih dapat kita lihat di https://www.youtube.com/watch?v=FoJQHDRim0w . Menjadi sebuah ironi apabila kenyataan yang terjadi sekarang ini sekolah Master akan digusur dalam waktu dekat, yaitu tanggal 15 atau 18 Januari 2015 oleh Pemerintah Kota Depok dan pihak pengembang (PT. Andika Investama) . Keterangan terkait penggusuran ini telah di konfirmasi langsung oleh Pak Nur Rokhim selaku pendiri sekolah Master.

Sedih serta kecewa saat mendengar kepastian kabar tersebut. Sedih karena sekali lagi saya melihat bentuk penindasan kaum marginal bahkan sampai bidang pendidikan. Sedih karena pendidikan bagi golongan yang terpinggirkan merupakan salah satu jalan terbaik untuk mereka dapat keluar dari lingkaran kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan. Di zaman modern, sekolah master merupakan sekolah ‘langka’ dan bisa jadi satu-satunya di Indonesia, yang mana sistem di dalamnya dapat mengakomodasi anak-anak jalanan dan kurang mampu untuk tetap belajar menimba ilmu. Selain gratis, sekolah master ini juga memiliki jam KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) yang berbeda dari sekolah formal pada umumnya, yaitu pada malam hari sehingga siswa-siswa sekolah Master tetap bisa bekerja pada pagi dan siang hari agar tetap mendapatkan pemasukan. Selain tidak dipungut biaya dan sistem KBM yang dapat menyesuaikan siswa-siswanya yang harus bekerja pada pagi dan siang hari, syarat masuk sekolah master ini juga tidak se ‘kaku’ sekolah formal pada umumnya, sehingga anak-anak dari masyarakat marginal tetap bisa mendapatkan pendidikan.

Kecewa saat mendengar kabar penggusuran sekolah Master ini bukankah hal yang wajar saat mendengarnya?. Jelas saya pribadi merasa kecewa, karena apabila penggusuran sekolah Master ini benar-benar dilakukan, sadar tidak sadar Walikota Depok, Bapak Nur Mahmudi Ismail tidak menepati janjinya secara lisan. Selain itu, jika sekolah Master ini benar-benar digusur, maka kita akan kehilangan sekolah yang seharusnya menjadi ‘role model’ bagi wajah pendidikan di negara kita tercinta , yaitu sekolah yang dapat mengakomodasi pendidikan bagi seluruh masyarakat tanpa terkecuali, bahkan bagi masyarakat marginal sekalipun. Oleh karena itu sudah sepatutnya keberadaan sekolah Master ini kita dukung bukan sebaliknya, yaitu menghilangkan keberadaannya. Terlebih dengan melihat fungsi dan peran sekolah Master dalam mengakomodasi pendidikan bagi masyarakat marginal yang sampai saat ini bahkan Negara kita masih belum mampu untuk menyediakannya. Yang mana seperti kita ketahui setiap warga negara termasuk masyarakat marginal berhak memperoleh pendidikan, sehingga Negara dalam hal ini Pemerintah mempunyai kewajiban untuk menyediakan akses pendidikan bagi seluruh warga negara Indonesia, tanpa terkecuali. Hal ini tertuang dalam UUD 1945 Pasal 31.

Sebagai penutup tulisan pendek ini, mengingatkan kembali bahwa sekolah Master ini telah melahirkan banyak lulusan siswa yang berhasil melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi negeri, bahkan ada yang mendapatkan beasiswa kuliah di luar negeri. Jangan sampai ide pembagunan yang digaungkan menutup mata dan hati nurani kita sehingga menghilangkan secercah harapan bagi anak-anak yang berasal dari masyarakat marginal untuk dapat mendobrak dan keluar dari lingkaran kemiskinan, kebodohan, dan ketertinggalan.

- Sulistiya Puspa Nugraha -

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun