Mohon tunggu...
Save Master
Save Master Mohon Tunggu... -

Kanal tulisan-tulisan untuk perjuangan #SaveMaster.\r\nIngin tulisanmu dimasukkan disini? \r\n\r\nKirim ke tulisan.savemaster@gmail.com.\r\n\r\nCek @SaveMasterID

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sinar Mentari yang Tertutup Awan Mendung; di Balik Tes Minat Bakat

10 Januari 2015   04:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:27 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada satu cerita menarik tentang murid-murid Sekolah Masjid Terminal (Master). Cerita ini datang dari seorang psikolog yang melakukan tes minat dan bakat awal tahun lalu pada murid-murid Master yang mendapatkan bimbingan di suatu lembaga bimbel Jakarta. Murid-murid tersebut adalah murid-murid terpilih untuk mengikuti bimbel alumni di sana secara gratis. Jadi, murid-murid tadi dibiayai oleh suatu LSM untuk memuluskan langkah mereka meraih cita-cita mereka. Tes minat dan bakat tersebut bertujuan untuk melakukan rekomendasi penjurusan perguruan tinggi yang akan menjadi batu pijakan mereka kelak. Seperti inilah cerita beliau.

Murid-murid Master tersebut memang memiliki tingkat kepintaran (IQ) yang rata-rata. Akan tetapi, mereka sangat tekun dalam belajar. Ada seorang pengamen yang besar di jalanan. Ia adalah mantan anak punk. Ia melakukan piercing (tindik) beberapa anggota tubuhnya. Kesehariannya tidak jauh dari naik-turun dan pindah-pindah bus untuk menjual suaranya. Bahkan, tak jarang pula ia mengamen di bus antar-kota, misalnya dari Jakarta hingga Bandung. Di satu kesempatan, turunlah ia di terminal Depok. Kemudian ada yang mengajaknya untuk belajar di Sekolah Master dekat terminal tersebut. Singkat cerita, ia masuk sekolah dan belajar dengan tekun di sana. Bahkan, selain kegiatan akademis, ia juga memelajari serta mengasah keterampilan desain grafis di Master. Selain mantan pengamen tadi, alumni Master di bimbel tersebut juga ada seorang yang tukang parkir. Di sela pekerjaannya, ia menyempatkan waktunya untuk belajar. Ia bahkan berprestasi sejak sekolah, diantaranya juara lomba cerdas cermat dan pidato di Kantor Walikota. Ada pula seseorang yang bekerja sebagai pengasuh anak. Ketika mendekati Ujian Nasional, ia terpaksa harus beralih profesi dan bekerja di sebuah home industry, agar ia bisa fokus belajar.

Secara umum, selain ketekunan, mereka juga memiliki kreativitas yang baik serta wawasan yang cukup luas. Kepribadian mereka pun sangat baik. Sikap kerja mereka pun rata-rata bagus. Di luar itu, tiap individu memiliki kelebihannya masing-masing. Bakat dan kemampuan wirausaha, desain visual, komunikasi interpersonal, kerja administratif, dan sebagainya. Suatu hal yang luar biasa bagi orang-orang yang mungkin belum pernah mengenyam pendidikan SMA ataupun SMK formal. Mereka menyempatkan waktu untuk belajar walau harus bekerja. Selain itu, mereka mampu belajar dengan segala keterbatasan fasilitas yang ada. Selain urusan akademis, mereka mampu mengasah keterampilan lain yang bermanfaat di sekolah Master. Percetakan, fotografi dan desain grafis adalah beberapa diantaranya.

Selain yang disebutkan di atas, masih ada banyak orang lainnya yang telah berhasil menemukan kehidupan barunya di sana. Sepetak tanah dekat Terminal Depok itu menjadi saksi bisu ratusan anak dalam menjalani segala aktivitas mereka, menuju cita-cita yang ingin mereka raih. Apa yang disebut pendidikan benar-benar berlangsung di sana. Pemerintah Kota Depok telah menyebut kotanya “Kota Layak Anak”. Memang, di atas tanah wakaf tersebut, apa yang digambarkan sebagai kelayakan bagi seorang anak belum tercapai sepenuhnya karena fasilitas yang terbatas. Akan tetapi, anak-anak tersebut tetap bersyukur dan dengan ketekunannya menciptakan atmosfer kelayakan itu sendiri. Setidaknya, mereka sedang berusaha untuk menciptakan “kelayakan” bagi masyarakat luas, suatu saat nanti.

Mari kembali ke mereka yang dulu menjalani tes penjurusan perguruan tinggi. Psikolog tersebut mengaku tidak tahu lagi apa yang telah terjadi kepada mereka. Tentu saja, penulis pun tidak tahu persis dimana mereka dan apa yang sedang mereka lakukan saat ini. Walaupun begitu, penulis yakin, mereka akan menjadi mentari yang memancarkan sinarnya yang terang benderang. Mereka tetap tekun menjalani hari-hari mereka dalam menggunakan ilmu dan keterampilan yang telah mereka dapat dari sekolah Master untuk memberikan manfaat kepada masyarakat, entah di lingkungan sekitar ataupun tempat yang jauh di sana.

Fauzan Budi Prasetya
FKM UI 2013

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun