Mohon tunggu...
Save Master
Save Master Mohon Tunggu... -

Kanal tulisan-tulisan untuk perjuangan #SaveMaster.\r\nIngin tulisanmu dimasukkan disini? \r\n\r\nKirim ke tulisan.savemaster@gmail.com.\r\n\r\nCek @SaveMasterID

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Lucunya Negeri Kita

13 Januari 2015   03:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:16 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kalian tentu ingat masa sekolah dengan segala kesenangannya. Rasa nyaman, gembira, segar dan optimis, meliputi jiwa kita. Dalam suasana terminal yang ramai dengan pembelajaran, hidup pun lalu menjadi indah, aku, kalian, dan ribuan anak di jalan mulai menanam harapan, menanam mimpi dari balik kelas-kelas sederhana di pinggir-pinggir angkot, bis, masjid, hingga kios-kios pedagang kecil.

Aku tidak perlu memberikan uang karena tempat belajar itu tidak memungut biaya, anak-anak masuk ke tempat belajar dengan seragam oblong, berdebu dan kekuning-kuningan. Kata guruku, tempat belajar kita tidak meminta kartu identitas ataupun kartu keluarga karena itulah sahabat-sahabatku bisa bergabung ke dalamnya. Meskipun mereka tdk punya akta kelahiran, tidak tahu dimana mereka lahir dan tidak mengenal siapa ayah dan ibu mereka.

Suatu hari, ketika datang fajar memunculkan surya, seorang bocah berucap "Buldozer sudah di depan bu, benda itu akan menghantam rumah kita"
Ibunya tersenyum dan berjalan keluar untuk tegak di hadapan buldozer dan ribuan orang bersenjata. Laksana pohon muda, tiada gentar diterpa angin. "Aku belajar dari seorang Gandhi, aku mengajari diriku untuk tidak takut kepada siapapun. Itulah mengapa aku tidak bersenjata menghadapi kalian!" sahut sang ibu kepada org bersenjata di depan kiosnya.

Kerumunan orang bersenjata itu merasa iba, namun apa daya. Penggusuran kios-kios di terminal itu perintah dari atasan. Malang nya negeri kita setiap kebijakan diambil dari atas ke bawah, bukan dari bawah ke atas. Inikah yang dinamakan dengan perwakilan?

Kios-kios itu rata dengan tanah. Segala keluh yang merintih dari hati mereka yg tergusur menyampaikan drama yang telah melakoni harapan sekaligus kematian orang-orang kecil.

Kata org-org yg berkerumun, area penggusuran itu akan dijadikan apartemen dan pusat grosir untuk melengkapi kebiadaban kota Depok, maksudku keindahan kota.

Aku mengenangnya sebagai seorang terminal yang mengingat-ingat kembali pengusiran itu oleh orang-orang bersenjata. Dimana orang-orang kuat menindas yg lemah. Mereka lebih memanusiakan badak, dan membadakan manusia.

Seorang lagi berkata, "nanti buldozer dan kerumunan orang bersenjata itu akan menghantam tempat belajar kita."

Setelah itu sunyi, aku tidak tahu bagaimana agar tempat belajar ku selamat. Demikianlah aku berharap dan menulis cerita ini dengan penuh cinta, bapak Walikota, Gubernur ataupun Presiden, kenapa tempat yg menyelamatkanku dan ribuan anak jalanan dihantam namun tempat gedung dewan yg melahirkan para koruptor dirawat dengan uang milyaran?

Aku selamat dari keterbelakangan karena tempat ini, kerabat ku berhasil merobohkan dinding tebal kelas internasional di perguruan tinggi negeri karena belajar disini! Lalu kau masih ingin menggusurnya?

Aku menyebut hal ini kejenakaan, marilah kita menertawakan keadaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun