Mohon tunggu...
Savara Tirta De Zandra
Savara Tirta De Zandra Mohon Tunggu... Lainnya - Jurusan Hubungan Internasional UPN "Veteran" Yogyakarta

Jurusan Hubungan Internasional UPN "Veteran" Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Kebijakan Politik Luar Negeri Rusia Pasca Runtuhnya Uni Soviet di Bawah Kepemimpinan Vladimir Putin

8 Oktober 2022   20:16 Diperbarui: 8 Oktober 2022   20:38 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Diplomasi Rusia di politik internasional pun menjadi sangat aktif yaitu ketika Rusia menjadi tuan rumah untuk presiden Turki dan Iran dalam mengkoordinasikan pandangan dan respons terhadap keputusan presiden Amerika Serikat yang menarik mundur pasukan AS dari timur laut Suriah. 

Kebijakan luar negeri Rusia yang dipimpin Putin sekarang berpedoman pada demokrasi yang berdaulat, yaitu pedoman yang memiliki konsep untuk menekankan kedaulatan dan kemandirian Rusia dari negara Barat serta menyatakan bahwa Rusia memiliki demokrasi yang setara namun berbeda dengan demokrasi sebagaimana yang didefinisikan dan diterapkan di negara Barat.

Rusia memang memiliki gudang persenjataan nuklir yang strategis seperti Amerika Serikat yang didapatnya melalui peninggalan Uni Soviet. Namun, terlepas dari reformasi militer yang ambisius selama 2 dekade terakhir, pasukan dan kekuatan militer Rusia sebenarnya masih jauh tertinggal dibanding dengan pasukan Amerika Serikat dalam hal kemampuan maupun kecanggihan teknologinya. 

Anggaran pertahanan Rusia pun hanya 63 miliar dollar yang masih jauh tertinggal dibandingkan dengan Amerika serikat dan Cina yang memiliki dana kurang lebih 640 miliar dollar. Rusia terlihat lebih memiliki kekuatan dalam keterlibatannya pada perang terbatas seperti konflik Ukraina dan konflik di Suriah. 

Namun Rusia tidak dalam posisi yang kuat untuk memproyeksikan kekuatan militernya secara global. Meskipun Rusia memiliki hubungan dekat dengan Cina dan India, Rusia tidak dapat mengandalkan jaringan aliansi yang stabil seperti yang dilakukan oleh Amerika Serikat di Eropa, Asia Timur dan sekitarnya. Rusia pun belum dapat menggantikan Amerika Serikat sebagai kekuatan utama di Timur Tengah dan bagian dunia lainnya.

Perjalanan Rusia dalam Politik Luar Negeri Rusia dilakukan secara asertif, untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Rusia ingin diakui sebagai Kekuatan Besar dan berpengaruh terhadap Politik Internasional. Namun sebagai negara yang disebut sebagai great power kekuatan Rusia belum cukup kuat dari segi ekonominya. 

GDP milik Rusia hanya 1,57 triliun dollar yang hanya bernilai sekitar 8 persen dari GDP Amerika Serikat dan hanya sebanding dengan nilai negara Eropa menengah seperti Spanyol. Oleh karena itu Rusia di bawah kepemimpinan Putin berkomitmen untuk mendisiplinkan anggaran dan mengupayakan alokasi sumber daya yang terukur di antara sektor pembangunan, sosial, dan keamanan negara mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun