"Oh ya, agar tidak salah tafsir dan bias. Defenisi “Kesesatan atau sesat Pikir” di sini adalah kesalahan yang terjadi dalam aktivitas berpikir karena penyalahgunaan bahasa (verbal) dan/atau relevansi (materi) dan merupakan bagian dari logika yang mempelajari beberapa jenis kesesatan penalaran sebagai lawan dari argumentasi logis."
Menjelang Pilkada 2015, banyak para kritikus dadakan bergentayangan di dunia maya, khususnya di jejaring media sosial. Tentu kritik yang disampaikan berkenaan dengan para peserta yang akan bersaing dalam pilkada ini. Anehnya walaupun mereka lebih sering menuliskan kata-kata hujatan, caci maki dan sampah-serapah yang sebagian besar mengandung provokasi, mereka tetap bersikukuh disebut sebagai kritikus bukan penghujat. Mungkin supaya kedengaran keren kali ya atau biar keliatan cerdas gitu! Ho oh, keliatan dari ujung pipet keleesss! Hhihihihi :-)
Lebih aneh lagi, kritik, hujatan, caci maki yang disampaikan hanya kepada salah satu pesaing dari calon kepala daerah yang mereka dukung saja. Sangat kentara sekali kebencian yang telah beranak pinak di hati mereka. Entah apa sebabnya. Dalam memberikan komentar, mereka lebih banyak membicarakan (menyerang) pihak lain daripada menyampaikan nilai plus informasi seputar calon dukungannya. :-D
"Pokoknya bagi mereka calon lain tidak pantas, yang pantas adalah jagoan mereka doank. Tidak setuju dengan saya, anda di pihak lawan."
Ckckckckc....miriss! :-(
Terus salah??? Enggak juga sih! Hehehee..... :-D
MENGAPA DISEBUT SESAT PIKIR?
Diskusi dalam dunia si maya, sering ditemukan dinamika interaksi yang cenderung semakin panas dalam berargumen. Umumnya topik yang sering berpotensi mengundang polemik adalah politik dan agama. Dalam kondisi diskusi panas membara, akan kelihatan pola pikir sesat di antara mereka.
1. Sesat Pikir ala Egocentric Righteousness
Kalau terjemahan versi saya “Egocentrik Righteousness” adalah Kebenaran hanya pada diri sendiri.
Orang seperti ini cenderung berpikir:”Akulah yang maha tahu, Akulah maha benar, di luar itu semua salah. Merasa paling superior dan hebat. Orang semacam ini akan mati-matian mempertahankan opininya, Tidak mau melihat satu masalah dari sudut pandang lain.
Kalau sudah dihinggapi sesat pikir ini, maka orang tersebut akan tutup telinga dan hanya buka mulut. Orang ini cenderung hanya mempertahankan yang dia tahu, tanpa berkeinginan mempelajari gagasan-gagasan lain selain yang diyakini selama ini. Rujukan komentar dan opininya hanya orang atau media yang satu pemikiran dengan dia.
2. Sesat Pikir ala Egocentric Myopia.
Myopia itu artinya gak bisa melihat objek jauh atau rabun jauh. Orang seperti ini adalah orang yang tidak mau menggeser tempat duduknya untuk melihat objek dari sisi lain. Wawasannya sempit, tidak berani keluar kotak. Mengemukakan argumennya berdasarkan ketidaksukaan semata. Dalam politik, orang dengan pola pikir ini adalah seseorang partisan partai tertentu atau calon kepala daerah tertentu. Di matanya partai lain dianggap tidak baik atau salah. Sedangkan partai/tokoh yang didukung adalah maha benar dan baik. Pokoknya dia tidak suka warna bendera partai lain selain warna bendera partai dukungannya. Tidak berkeinginan mempelajari gagasan-gagasan lain selain yang diyakini selama ini. Semestinya sikap suka atau tidak suka didasarkan pertimbangan yang lebih substantif dan obyektif.
Sebenarnya ada 4 lagi jenis sesat pikir dalam buku “Brain Management for Self Improvement” karya dr. H. Taufiq Pasiak, M. Pd. I. , M. Kes., di sini sengaja hanya 2 disampaikan yang menurut hemat saya lebih relevan dengan pola pikir para kritikus dunia maya menjelang tanggal 09 Desember ini.
AKIBAT PIKIR SESAT
Nah akibat pikir sesat tidak jarang muncul argumen-argumen yang mengarah kepada hal-hal negatif dan biasanya melibatkan emosi. Argumennya cenderung menyerang pribadi bukan lagi fokus ke topik yang dibicarakan. Mereka akan memaki, mencaci, mengkerdilkan lawan diskusi bahkan ada yang mengancam. Dan ini menjadi kesesatan baru yaitu disebut Kesesatan Relevansi yaitu:
1.Argumentum ad Hominem Tipe Abusif
Argumen diarahkan untuk menyerang manusianya secara langsung. Penerapan argumen ini dapat menggambarkan tindak pelecehan terhadap pribadi individu yang menyatakan sebuah argumen.
Hal ini keliru karena ukuran logika dihubungkan dengan kondisi pribadi dan karakteristik personal seseorang yang sebenarnya tidak relevan untuk kebenaran atau kekeliruan isi argumennya. Argumen ini juga dapat menggambarkan aspek penilaian psikologis terhadap pribadi seseorang.
Contohnya: ”Eh calon walikota dukungan lu itu khan hanya tamatan SMU, paling banter S1 doank mana bisa jadi pemimpin. Calon gua donk sudah S4 lulusan luar negeri pulak." Red-luar negeri =swasta keleess...!
Kesesatannya : “Tingginya pendidikan akademis dan gelar seseorang, bukan jaminan seseorang itu berhasil memimpin. Banyak orang sukses tanpa Banyak orang sukses tanpa gelar akademis yang disematkan di namanya.
2. Argumentum ad Hominem Tipe Sirkumstansial
Tipe ini menitikberatkan pada perhubungan antara keyakinan seseorang dan lingkungan hidupnya. Tipe ini juga menunjukkan pola pikir yang diarahkan pada pengutamaan kepentingan pribadi, sebagai contoh: suka-tidak suka, kepentingan kelompok-bukan kelompok, dan hal-hal yang berkaitan dengan SARA.
Contoh : “Dia kan bukan seagama denganku, tidak mungkin dia bisa memimpin kota ini dengan baik.
Kesesatannya : “ketidaksetujuannya bukan karena hasil penalaran dari argumentasi, tetapi karena lawan bicara berbeda agama, beda warna kulit, beda rambut. dll.
Bagaimana kita menghadapi orang-orang seperti yang disampaikan di atas jika bertemu di dunia maya?
Kalau saya pribadi jika suasana sudah tidak kondusif, saya akan biarkan mereka berceloteh sendiri. Beri ruang untuk dirinya sendiri lalu tinggalkan. Jangan terbawa emosi.
Oh ya, kelupaan, ada satu lagi jenis sesat pikir menurut saya pribadi. Apa itu???
“Orang yang sesat yang ikut-ikutan berpikir sesat walaupun hanya sesaat.”
Orang jenis ini ibarat kapas yang terbang kemana angin suka.
Boleh kritis, tapi jangan sinis donk!
Salam Damai,
Parjalpis Siantarcity
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H