Mohon tunggu...
Saut Donatus Manullang
Saut Donatus Manullang Mohon Tunggu... Akuntan - Aku bukan siapa-siapa! Dan tak ingin menjadi seperti siapa-siapa.

Damailah Negeriku!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mencoba Memahami Kekecewaan Prabowo

1 April 2014   18:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:13 2829
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MENCOBA MEMAHAMI KEKECEWAAN PRABOWO

Seandainya PDIP tidak mengumumkan Jokowi sebagai calon presiden. Prabowo sudah yakin akan memenangkan pilpres sebagai presiden RI dengan mudah. Memang banyak masyarakat yang berpendapat bahwa sosok Prabowo lebih tepat memimpin negeri yang sedang sakit akut ini dibanding capres lainnya. Terlepas dari banyak pendapat mengenai keterlibatan beliau menyangkut pelanggaran HAM (standar AS) semasa orde baru, sehingga Amerika Serikat masih mencekalnya untuk masuk ke wilayahnya sampai hari ini. Sekilas kesan yang bisa ditangkap dari penampilan, gestur tubuh dan gaya bicaranya yang lugas adalah  tegas, berwibawa dan berani. Selama ini pun beliau tetap konsisten di luar pemerintahan.

Sejak kekalahan pilpres di tahun 2009, Prabowo segera "move-on" dan bekerja keras membangun basis-basis Gerindra di seluruh nusantara. Tak jarang beliau menyambangi masyarakat di daerah terpencil. Di internal partai, Prabowo juga giat membangun kekuatan untuk dipersiapkan menghadapai pertarungan pemilu 2014. Dan mengharapkan perolehan suara di pemilihan legislatif mengantarkannya menjadi calon presiden dan memenangkan pemilihan presiden Republik Indonesia.

Menurut peneropongan kacamata batin penulis kemungkinan mengapa Prabowo menjadi sangat kecewa dengan keputusan PDIP mencalonkan Jokowi adalah sbb:

1. Prabowo melalui Gerindra adalah salah satu pengusung dan pendukung Jokowi (Walikota Solo-saat itu) untuk dicalonkan sebagai Gubernur DKI bersama Ahok sebagai wakilnya. Tentu selama masa kampanye pilkada tersebut Gerindra telah banyak mengorbankan berbagai sumberdaya yang dimiliki untuk memenangkan Pilkada tersebut. Saat itu Prabowo tidak pernah berpikir bahwa Jokowi kelak akan ikut mencalonkan diri sebagi presiden.

2. Prabowo masih berharap banyak akan realisasi salah satu poin dari kesepakatan Naskah Batu Tulis yaitu Megawati akan mendukung pencalonan Prabowo Subianto sebagai Calon Presiden pada Pilpres 2014. Walaupun kemudian kubu PDIP membantah masa berlaku naskah tersebut. Sebelum kemunculan nama Jokowi, Prabowo mungkin telah berpikir bahwa tak ada kader PDIP yang layak menjadi capres. Sedangkan Megawati sudah enggan mencapres mengingat banyak hal, termasuk isi Naskah tersebut.

3. Jika nama Jokowi dihilangkan dari survey bursa capres, maka nama Prabowo melambung tinggi melampaui nama-nama lain. Ini tentu semakin membuat Prabowo lebih bersemangat.

4. Komunikasi Prabowo dan Mega sepertinya sudah tidak semesra dulu lagi. Sebelum PDIP mengumumkan Jokowi sebagai capres, Prabowo pernah mencoba menghubungi Mega, namun tidak ada respon.

Denga hal di atas, menurut penulis tentu sebagai manusia biasa, Prabowo merasa punya alasan untuk kecewa. Apalagi pencapresan Jokowi diumumkan mendekati PEMILU 2014. Akan lain ceritanya jika Megawati telah mengkomunikasikan keputusannya untuk mengumumkan calon presiden dari PDIP jauh hari sebelumnya. Hal ini mengingat Gerindra juga pengusung Jokowi-Ahok di pilkada DKI.

Prabowo Kampanye Gerindra

Di sisi lain penulis juga meyakini bahwa Megawati Soekarnoputri, dengan pengalamannya dalam kancah politik Indonesia,  mempunyai pertimbangan-pertimbangan dan alasan yang kuat.

Dan hal yang sangat disayangkan dari Prabowo adalah respon negatif yang dilontarkan sebagai bentuk kekecewaan terhadap pencapresan Jokowi. Jika Prabowo dan Gerindra tak segera menyadarinya dan masih melakukan hal yang sama dalam setiap kampanyenya, dikuatirkan hal ini bisa mempengaruhi hasil perolehan suara pileg dan pilpres nanti,

Akhir kata, terimakasih sudah membaca oret-oretan hasil peneropongan penulis terhadap dinamika politik yang sedang terjadi di negeri ini.

Jokowi dan Prabowo. Entah mengapa, penulis masih tetap mengagumi kedua tokoh ini,

Foto : Tribunnews, kompas.com

Salam damai,

Parjalpis Siantarcity.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun