Coba perhatikan kata-katanya, siapapun tahu sasaran puisi satire ini. Namun ketika didesak wartawan apakah puisi itu ditujukan kepada Jokowi. Fadly hanya tertawa saja. Sama halnya ketika membuat puisi ""Air Mata Buaya" dan "Sajak Seekor Ikan". Fadli tidak pernah menyebutkan siapa yang ia singgung dalam puisi tersebut. Bahkan di acara talkshow MetroTV dan TV One, dia selalu menyangkal bahwa puisi itu untuk Jokowi dan PDIP. Dan selalu mempersilahkan siapa saja menafsirkannya. Dan sifat seperti ini bukanlah sifat seorang ksatria.
Sampai hari ini Gerindra belum diberitakan sudah membuat komitmen koalisi dengan partai lain. Untuk mengusung Prabowo menjadi capres, Gerindra harus menggandeng sedikitnya 2 atau 3 partai menengah atau bawah. Menggandeng Golkar sepertinya mustahil, karena sudah mengusung capres sendiri A.R. Bakrie. Menurut kabar burung kemungkinan partai Demokrat lebih sudah serius berkoalisi dengan Gerindra. Sedangkan dengan partai berbasis massa Islam seperti PKB, PAN, PPP, dan PKS masih belum ada kepastian. Berandai-andai partai berbasis Islam berkoalisi dan menetapkan capres/cawapres sendiri dan Demokra merapat ke Golkar, maka harapan Prabowo untuk maju di pemilu presiden akan pupus.
Dengan demikian harapan saya agar Prabowo-Jokowi atau Jokowi-Prabowo menuju istana ternyata hanya mimpi belaka.
Salam Kompasiana,
Parjalpis, Siantarcity
Tulisan lain:
Pasca pileg PDIP-Gerindra Koalisi
Mencoba Memahami Kekecewaan Prabowo
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI