Mohon tunggu...
Saut Donatus Manullang
Saut Donatus Manullang Mohon Tunggu... Akuntan - Aku bukan siapa-siapa! Dan tak ingin menjadi seperti siapa-siapa.

Damailah Negeriku!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Aroma Orde Baru Dalam Nuansa Baru Jelang Pilpres

3 Juli 2014   17:34 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:40 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dikawal militer (http://sociopolitica.files.wordpress.com/)

Tuduhan terlibat PKI terhadap salah satu calon presiden menjelang pemilu pilpres 2014 ini, mengingatkan kembali bagaimana cara-cara ORDE BARU mulai berkuasa dan mempertahankan kekuasaan selama 32 tahun.  Di awal zaman Orba jika ada orang yang berani menentang pemerintah bisa  dituduh sebagai antek Komunis. Tidak sedikit cerita yang mengatakan bahwa biasanya orang yang suka protes penguasa akan diciduk dan dibungkam agar tidak mengkontaminasi orang lain. Dengan jargon BAHAYA LATEN PKI, militer dapat bertindak represif menangkap setiap orang atau kelompok yang dianggap membahayakan negara (kekuasaan). Tindakan-tindakan represif militer pada saat itu telah membawa luka dan trauma bagi rakyat Indonesia. Tak ada lagi yang berani bersuara lantang  terhadap penguasa.

Saat itu, jangan sesekali anda berteriak lantang di hadapan penguasa, bisa-bisa anda akan disebut embrio PKI. Walaupun organisasi terlarang Partai Komunis Indonesia (PKI) sudah diberantas, tinggal nama dan hanya bagian dari sejarah suram perjalanan bangsa. Masih kuingat, orang-orang di kampung yaitu kaum petani  sangat takut jika dikait-kaitkan dengan PKI, bahkan membicarakannya saja tidak berani sama sekali.

Orde baru berhasil melakukan dotrinisasi kepada rakyat Indonesia. Salah satu bentuk dotrinisasi yang paling saya ingat sewaktu sekolah adalah "tontonan wajib" filem G30SPKI yang diputar di bioskop. Kemudian, filem tersebut secara rutin ditayangkan di televisi setiap tanggal 30 September.  Saya termasuk orang yang paling trauma menonton filem ini. Mendengar musik pengiringnya (soundtrack)  saja sudah cukup membuat bulu kuduk merinding keriting.

Kini menjelang pemilu pemilihan presiden 2014, kembali terdengar teriakan-teriakan dan  tuduhan terlibat PKI terhadap salah satu capres. Tuduhan dilakukan secara massif baik di media arus utama maupun di media sosial. Saya melihat tuduhan tersebut lebih bernuansa politik dan untuk kepentingan politik sesaat, ada pihak-pihak tertentu sengaja menghembuskan tuduhan tersebut dengan mengungkit peristiwa yang pernah dilakukan PKI zaman dulu. Khususnya di media sosial.

Tampak mereka berusaha memanfaatkan trauma rakyat Indonesia terhadap komunisme di masa lalu dengan menghubung-hubungkan partai terlarang tersebut dengan salah satu capres.

Tuduhan tersebut hanya untuk menakut-nakuti dan meresahkan rakyat. Mereka mencoba membuka luka lama rakyat Indonesia yang tujuan untuk memperoleh simpati rakyat dalam pilpres nanti.

Ideologi Komunisme sudah tidak cocok diterapkan di Indonesia, bahkan di banyak negara sudah ditinggalkan.

Ideologi Indonesia adalah Pancasila, mari kita jaga bersama agar bumi pertiwi tetap utuh sepanjang masa.

Janganlah memanfaatkan luka dan trauma masa lalu rakyat untuk mendapatkan kekuasaan masa sekarang.

Mengada-ada untuk mengadakan yang tidak ada, haram hukumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun