Lalu untuk konteks sekarang ini, apakah masih relevan untuk memberikan Perpuluhan?
Orang-orang Kristen dituntut oleh Tuhan bukan hanya memberikan Perpuluhan, melainkan seluruh hidup kita, termasuk di dalamnya adalah harta kita. Kita bukanlah pemilik melainkan hanya pengelola, termasuk harta kekayaan dan uang kita. Namun, harus diakui untuk memiliki gaya hidup yang tidak terikat oleh harta kekayaan atau uang adalah hal yang sulit, karena itu dengan belajar memberikan perpuluhan, kita sedang belajar untuk melatih diri kita untuk tidak terikat oleh kekayaan atau uang (mamon). Namun jika 5 tahun, 10 tahun, bahkan 15 tahun kita memberi hanya sekedar perpuluhan dan merasa berat untuk membantu pekerjaan Tuhan, membantu sesama, dll, maka sama saja bohong. Jika kondisi kita seperti itu, maka perpuluhan yang kita berikan hanyalah sebagai "kewajiban" beragama. Ingat tujuan perpuluhan dalam konteks PL adalah agar bangsa Israel tidak terikat oleh kekayaan dunia dan memiliki kesadaran bahwa harta kekayaan yang mereka miliki di dalamnya juga terdapat "hak" orang lain. Bagaimana orang lain bisa mengenal Allah kita sebagai Allah yang Kasih, Adil dan Pemelihara umat manusia jika kita terikat oleh harta kekayaan dan pelit untuk berbagi. Untuk berbagi kita tidak harus menunggu menjadi orang kaya secara materi terlebih dahulu, tetapi bisa dimulai dari sekarang, dari apa yang kita punya.
Lalu, apakah kita harus memberikan Perpuluhan ke gereja?
Ini pertanyaan yang cukup sensitif, namun saya harus menjelaskannya suka atau tidak suka. Perpuluhan kalau kembali ke PL, dibawa ke rumah Tuhan lalu diberikan untuk suku Lewi, orang asing, anak yatim dan para janda. Untuk saat ini, perpuluhan bisa diberikan ke gereja, namun sayangnya banyak Pendeta atau Gembala (tanpa bermaksud menghakimi) tidak transparan dalam mengelola uang perpuluhan ini. Gembala harus transparan dalam mengelola uang perpuluhan. Uang perpuluhan bukanlah mutlak semuanya milik Gembala. Ingat, di dalam perpuluhan terlihat bentuk keadilan Allah bagi manusia atau istilah sekarang adalah keadilan sosial, bukan hanya orang Lewi yang menikmati perpuluhan, melainkan anak yatim, janda dan orang asing. Gembala harus mampu menunjukkan keadilan Allah di dalam mengatur uang perpuluhan. Jemaat yang memang benar-benar kurang mampu harus juga mendapatkan bagian perpuluhan, sehingga mereka bisa menikmati Kasih Allah dalam persekutuan orang-orang percaya. Namun jika Gembala atau Gereja tidak transparan dalam mengelola perpuluhan, malah "memakan" semua uang perpuluhan maka perpuluhan lebih baik diberikan saja langsung kepada mereka yang benar-benar membutuhkan.
Kesimpulan :
1. Perpuluhan diberikan bukan supaya kita diberkati, melainkan karena kita telah diberkati oleh Allah melalui hasil usaha yang BENAR.
2. Perpuluhan adalah bentuk Kasih, Keadilan dan Pemeliharaan Allah kepada umat manusia, karena itu Gereja atau Gembala harus menunjukkan Kasih, Keadilan dan Pemeliharaan Allah dalam mengelola Perpuluhan, tidak boleh menjadi hak milik pribadi dan keluarga Gembala.
3. Perpuluhan adalah latihan awal yang melatih kita untuk tidak terikat kepada harta milik atau uang, melainkan terikat kepada Allah.
Inilah perspektif saya mengenai Perpuluhan. Jika ada perpuluhan tidak dimaksudkan untuk kepentingan Tuhan dan Kerajaan-Nya, maka seperti juduldi atas "Perpuluhan, 'Upeti' jemaat kepada Pendeta/Gembala."
Marilah mengajarkan konsep perpuluhan yang benar kepada jemaat, jangan ada tedensi kepentingan pribadi atau manipulasi dalam ajaran kita mengenai perpuluhan. Biarlah kebenaran yang terus kita sampaikan. Selamat memberi. Sola Gracia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI