Mencapai target untuk menjadi negara maju tepat 100 tahun merdeka merupakan harapan Indonesia Emas 2045. Salah satu upaya dalam mencapai target tersebut dimulai dari membangun dan mempersiapkan kebutuhan generasi untuk Indonesia Emas 2045. Dengan demikian, semua dimulai dari pembangunan manusianya terlebih dahulu.
Terdapat 4 aspek untuk membangun dan mempersiapkan kebutuhan generasi emas, yaitu kebutuhan pangan, kacamata kesehatan, pendidikan, dan kelayakan. Dalam membangun 4 aspek tersebut, didasari oleh 2 Publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, yaitu Konsumsi Kalori dan Protein Penduduk Indonesia dan Provinsi 2023, dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2023. IPM dipengaruhi oleh 4 aspek tersebut dan sudah tergolong tinggi sejak 2016. Terlebih pada tahun 2020 hingga 2023 mengalami peningkatan yang konsisten dengan rata-rata pertumbuhannya sebesar 0,72% per tahun.
Kebutuhan Pangan
Membangun generasi kuat diawali dengan memperhatikan apa yang dikonsumsi mereka sehari-hari. Menurut BPS, komoditas urutan pertama dengan rata-rata konsumsi kalori per kapita sehari terbesar 2023 adalah padi-padian sebanyak 841,73 Kkal. Disusul dengan komoditas makanan dan minuman jadi, serta minyak dan kelapa sebesar 444,37 Kkal dan 268,08 Kkal sesuai urutannya. Selain 3 besar komoditas tersebut, ada beberapa komoditas lainnya yaitu umbi-umbian, ikan/udang/cumi/kerang, daging, telur dan susu, sayur-sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan kelapa, bahan minuman, bumbu-bumbuan, dan bahan makanan lainnya. Kelompok komoditas dengan jumlah rata-rata kalori paling sedikit adalah bumbu-bumbuan.
Rata-rata konsumsi kalori penduduk Indonesia sempat mengalami kenaikan pada Tahun 2021 sebesar 31,15 poin Kkal dari Tahun 2020. Setelah itu, terus menerus turun hingga Tahun 2023 rata-ratanya sebesar 2087,64 Kkal dengan provinsi unggulannya yaitu Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 2484,92 Kkal. Korelasi IPM dan konsumsi kalori 2023 sebesar 0,41 artinya hubungan keduanya lemah positif. Ketika konsumsi kalori naik maka IPM juga naik. Namun, pengaruhnya masih lemah sehingga masih terjadi perbedaan. Seperti pada tahun 2022, IPM mengalami kenaikan sebesar 0,61 poin persen dari tahun 2021, sedangkan rata-rata konsumsi kalori mengalami penurunan di tahun yang sama sebesar 64,12 poin Kkal. Di tahun berikutnya keduanya mengalami kenaikan. Sehingga tetap berpengaruh hanya saja pengaruh positifnya lemah. Walaupun demikian, kita tetap perlu memperhatikan berapa banyak kalori yang kita konsumsi supaya tetap seimbang dengan aspek lainnya.
Kacamata Kesehatan
Hidup di dunia merupakan suatu anugerah terlebih menjalani hari dengan hidup sehat. Namun, sampai kapan kita dapat hidup di dunia? Berdasarkan Umur Harapan Hidup (UHH) dalam Indeks Pembangunan Manusia 2023, bayi yang lahir pada tahun 2023 diperkirakan dapat berumur 73,93 tahun. UHH selalu naik tiap tahun, selisih UHH antara tahun 2020 dan 2023 yaitu 0,56 poin persen. Demikian bayi yang lahir pada tahun 2023 diperkirakan dapat berumur 73,37. Tahun berikutnya yaitu selama 73,46 tahun dan bayi yang lahir pada tahun 2022 dapat hidup hingga 73,70 tahun. Secara rata-rata, pertumbuhan IPM Indonesia 2020 hingga 2023 adalah sebesar 0,25% per tahun.
        Korelasi IPM dan UHH 2023 sebesar 0,82 artinya hubungan keduanya kuat positif. Ketika UHH naik pesat maka IPM juga naik pesat. Hal ini terbukti pada tahun 2020 hingga 2023, IPM dan UHH selalu mengalami kenaikan yaitu tahun 2021 sebesar 0,24 poin UHH dan 0,35 poin persen IPM. Tahun berikutnya 0,24 poin UHH dan 0,61 poin persen IPM. Pada tahun 2023 pun tetap mengalami kenaikan yaitu sebesar 0,23 poin UHH dan 0,62 poin IPM dengan provinsi unggulannya yaitu DKI Jakarta, bayi yang lahir di tahun tersebut dapat hidup sehat hingga 75,81 tahun. Seiring bertambahnya tahun atau semakin lama tahun kelahiran bayi, semakin lama mereka hidup sehat maka Indeks Pembangunan Manusia pun semakin baik.
        Kebutuhan pendidikan tinggi untuk membangun generasi berwawasan luas. Berdasarkan Harapan Lama Sekolah (HLS) menurut jenis kelamin, HLS anak perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Namun demikian, secara rata-rata, anak berusia 7 tahun yang masuk jenjang pendidikan formal pada tahun 2023 memiliki peluang untuk bersekolah selama 13 tahun atau setara dengan Diploma I. Data tersebut membantu dalam mengetahui berapa lama generasi berikutnya mengemban ilmu.
        Seperti yang sudah dijelaskan bahwa antara laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda, secara keseluruhan pada tahun 2020 hingga 2023 nilai HLS semakin membaik. Pada tahun 2021 mengalami kenaikan sebesar 0,1 poin HLS dan tahun berikutnya 0,035 poin secara berturut-turut hingga tahun 2023. Korelasi IPM dan HLS 2023 sebesar 0,52 artinya hubungan keduanya sedang positif maka ketika HLS naik maka IPM juga naik. Sinyal ini menandakan bahwa generasi kedepannya dapat mengemban ilmu lebih lama daripada tahun sebelumnya.
Selain konsumsi kalori, kacamata kesehatan, dan pendidikan, kelayakan juga termasuk aspek yang membangun generasi emas tumbuh cerdas. Kelayakan yang dimaksud adalah perkembangan ekonomi Indonesia yang mana nantinya dapat membantu generasi selanjutnya. Misalnya mengurangi kemiskinan dan tingkat pengangguran. Saat ini ekonomi Indonesia tumbuh 5,05% pada tahun 2023 dan tingkat kemiskinan pun menurun sebesar 0,18 poin persen tercatat Maret 2023. Selain itu, tingkat pengangguran terbuka pada Agustus 2023 sebesar 5,32%. Beberapa statistik tersebut mendukung pengeluaran riil per Kapita yang disesuaikan, tahun 2023 mencapai Rp11.899,00.
Menurut jenis kelamin, pengeluaran per kapita yang disesuaikan laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Perbedaannya mencapai Rp7.157,00 di tahun 2023 dan pada tahun 2022 tidak jauh berbeda yaitu lebih sedikit Rp223,00 dari tahun 2023. Korelasi IPM dan pengeluaran riil per kapita yang disesuaikan tahun 2023 sebesar 0,91 artinya hubungan keduanya sangat kuat positif. Ketika pengeluaran riil per kapita yang disesuaikan naik maka IPM juga naik.
Dalam membangun aspek-aspek tersebut, perlu dilakukan perubahan positif pada masing-masing individu terlebih generasi muda yang nantinya akan melahirkan calon generasi emas. Mulai mengedukasi diri mengenai seberapa pentingnya pangan bergizi dan pendidikan tinggi untuk generasi penerusnya. Generasi mendatang pastinya mencontoh dari apa yang dilakukan generasi sebelumnya. Mulailah membangun kebiasaan olahraga teratur, diawali dengan olahraga kecil apapun. Olahraga kecil yang bisa dilakukan misalnya workout di rumah, jalan santai mengitari danau atau taman, bermain bulu tangkis dengan keluarga atau teman kerja, dan lainnya.
Setelah mengedukasi diri, mulailah menjaga pola makan dan mengakses layanan kesehatan. Memastikan kesehatan diri sendiri bukan suatu hal yang buruk, dengan begitu kita bisa menjalani hidup sehat. Selain itu, mulai belajar mengelola stres untuk kesehatan jasmani dan rohani. Terlebih untuk menangani perekonomian keluarga. Asah keterampilan untuk membuka peluang ekonomi yang lebih baik. Saat ini banyak workshop online baik gratis maupun berbayar keduanya dapat membangun keterampilan diri. Perbaikan diri seperti inilah yang dapat membangun sinergi upaya bersama dalam pemabangunan ekonomi untuk mengurangi kemiskinan demi generasi emas. Harapan besar dalam membangun generasi emas tumbuh cerdas memerlukan tindakan positif mulai dari generasi sebelumnya. Maka perbaiki mulai dari diri sendiri akan lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H