Salah satu contoh dari ethical leadership yang ditunjukkan oleh Ratu Elizabeth II adalah cara dia menangani skandal-skandal yang melibatkan keluarga kerajaan. Misalnya, ketika terjadi skandal di sekitar Pangeran Andrew dan hubungannya dengan Jeffrey Epstein, Ratu Elizabeth II tidak ragu untuk mengambil tindakan yang sulit namun perlu demi menjaga integritas institusi monarki. Pangeran Andrew diturunkan dari tugas-tugas publik, sebuah keputusan yang mencerminkan komitmen Ratu terhadap etika dan tanggung jawab untuk menjaga kepercayaan publik.
Keputusan ini menunjukkan bahwa Ratu Elizabeth II memahami pentingnya menegakkan standar etika yang tinggi, bahkan ketika hal itu melibatkan anggota keluarganya sendiri. Tindakan ini juga menunjukkan bahwa dalam ethical leadership, pengambilan keputusan yang sulit kadang diperlukan untuk menjaga integritas dan kredibilitas suatu institusi.
Mindfulness
Ratu Elizabeth II menunjukkan sikap mindfulness dalam cara dia menjalani tugasnya. Dia dikenal karena ketenangannya dalam menghadapi krisis, seperti saat menghadapi skandal dalam keluarga kerajaan atau saat negara menghadapi tantangan besar. Ketenangan dan fokusnya mencerminkan pentingnya kesadaran diri dan pengaturan emosi dalam kepemimpinan.
Salah satu peristiwa yang dapat menggambarkan hal ini adalah pidato yang disampaikan oleh Ratu Elizabeth II pada tahun 2020 selama pandemi COVID-19. Dalam pidato tersebut, Ratu tidak hanya mengakui tantangan yang dihadapi oleh rakyatnya, tetapi juga memberikan pesan ketenangan dan harapan.
Pidato tersebut disampaikan dengan penuh ketenangan dan penerimaan terhadap situasi sulit yang sedang dihadapi oleh dunia. Ratu Elizabeth II mampu memberikan perhatian penuh pada momen tersebut tanpa tergesa-gesa memberikan reaksi yang emosional atau menghakimi. Dengan nada yang tenang dan penuh empati, Ratu Elizabeth II menunjukkan kepemimpinan yang mindful, dengan fokus pada saat ini dan memberikan dukungan emosional kepada rakyatnya tanpa memaksakan penilaian negatif terhadap keadaan yang ada.
Contagious Emotions
Ratu Elizabeth II menyadari bahwa suasana hati dan emosi seorang pemimpin dapat menular kepada orang lain. Dia berusaha untuk tetap positif dan optimis, yang membantu menciptakan suasana yang mendukung di sekitarnya. Ini sejalan dengan konsep bahwa emosi pemimpin dapat mempengaruhi moral dan kinerja tim atau organisasi.
Dalam kepemimpinan Ratu Elizabeth II dapat dilihat dalam berbagai pidato publiknya selama masa-masa sulit, seperti setelah kematian Putri Diana pada tahun 1997. Pada awalnya, ketika Ratu tampak tetap tenang dan tidak segera bereaksi secara publik terhadap kematian Diana, banyak yang mengkritiknya sebagai kurangnya empati. Namun, setelah merasakan suasana hati publik yang sedang berduka, Ratu memberikan pidato yang mengakui kesedihan bangsa dan memberikan penghormatan kepada Putri Diana.
Dalam pidatonya, Ratu Elizabeth II berbicara dengan penuh perasaan, mencerminkan emosi dan duka yang dirasakan oleh rakyatnya. Pidato ini, yang disampaikan dengan nada yang penuh kehangatan dan penghormatan, membantu menenangkan emosi publik dan menciptakan perasaan solidaritas serta pemahaman antara Ratu dan rakyatnya. Melalui penularan emosi, Ratu berhasil meredakan ketegangan dan menyatukan bangsa dalam masa duka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H