Mohon tunggu...
Sauqi Futaqi
Sauqi Futaqi Mohon Tunggu... -

Sekolah di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta\r\n"Berawal dari membaca dan menulis, perubahan pasti terjadi"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Relasi Kultural Mahasiswa

8 November 2013   00:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:27 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Relasi Kultural Mahasiswa Baru

Mahasiswa tidak bisa hanya dipandang sebagai status akademik yang dilekatkan pada pribadi yang sedang menempuh jenjang perguruan tinggi. Ia juga terkait dengan relasi kultural yang cukup kompleks. Peralihan siswa menjadi mahasiswa tidak sekedar peralihan menuju jenjang pendidikan lebih tinggi, tetapi juga peralihan budaya yang amat kentara. Transformasi budaya yang terjadi di kalangan mahasiswa juga tidak serta-merta disebabkan oleh kultur akademik, melainkan juga kultur masyarakat kota dan berbagai kultur yang inheren di dalam lingkup pergaulan sehari-harinya.

Relasi kultural mahasiswa pertama-tama bisa dilihat dari pola hubungan yang terjadi antara mahasiswa dengan orang tua. Kehidupan mahasiswa adalah kehidupan yang meliputi berbagai varian pemikiran dan cara pandang yang beragam. Di dalam kultur akademiknya, mahasiswa dihadapkan pada berbagai macam pemikiran dan perangkat ilmu pengetahuan, sehingga memungkinkan mahasiswa memiliki cara pandang terhadap nilai budaya yang terkadang berbeda dengan pandangan orang tua. Hal ini tidak menutup kemungkinan terjadi ketegangan kultural antara orang tua dan anaknya.

Bagi orang tua yang belum pernah menjadi mahasiswa, cenderung percaya terhadap prilaku anaknya. Begitu pun sebaliknya, kehidupan mahasiswa yang tampak dari luar sebagai kehidupan yang cenderung mendapat kebebasan yang cukup luas, dipandang orang tua sebagai kelewat batas. Di sini terjadi ketegangan lagi antara nilai budaya yang dibangun dalam lingkup kelurga dengan lingkungan kultural mahasiswa.

Namun, relasi kultural ini menjadi masalah ketika orang tua terlalu memasrahkan kepada anaknya. Bagi orang tua yang memahami secara baik kehidupan perguruan tinggi barangkali tidak terlalu menjadi masalah yang rumit, namun akan berbeda bagi orang tua yang tidak kenal lebih jauh kehidupan kampus. Orang tua yang belum mengenal akan mudah percaya terhadap kultur dimana anaknya bertempat tinggal. Bahkan mungkin bagaimana pergaulannya, tempat tinggalnya, dan kegiatan sehari-harinya sudah tidak diragukan lagi orang tuanya. Padahal, kultur mahasiswa tidak bisa disederhanakan melalui kultur kampus, melainkan juga kultur di sekeliling kampus.

Barangkali kontrol atas nilai budaya terhadap anaknya tidak terlalu sulit bagi mahasiswa yag pulang pergi dari rumahnya, namun akan kesulitan manakala jauh dari kampung halaman. Mahasiswa yang jauh-jauh dari kampung halamannya dan lepas dari kontrol orang tuanya bisa berdampat positif sekaligus juga negatif. Berdampak positif karena anak lebih terlatih untuk bersikap dan bertindak mandiri; mengatur kehidupan kesehariannya sendiri. Berdampak negatif manakala budaya yang terinternalisasi dalam diri mahasiswa justru semakin menjauhkan dari batas moral yang semestinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun