Mohon tunggu...
Agus Prianto R
Agus Prianto R Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa IAIN BENGKULU. Jurusan Bimbingan Konseling Islam. Aktivis FAM Indonesia IDFAM2028M

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Geng Para Pemimpi

5 Mei 2015   10:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:22 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terkadang hal-hal kecil bisa memicu kenangan yang aneh dan indah. Yang mereka tinggalkan pada kita tanpa pesan. Kenangan adalah sesuatu yang menyenangkan. Bagian-bagian kecil dari masa lalu kita. Mereka selalu tersimpan di dalam kenangan kita.

Kenangan itu seperti sebuah coklat. Sekali kau gigit dan memakannya. Kau tak akan bisa berhenti melahapnya.

5 tahun yang lalu.

BENGKULU

BADS, biasanya kami dipanggil. B untuk bayu yang paling muda dan ganteng. A untuk diriku sendiri yang paling tua. D untuk dian yang jenius. Dan S untuk suryadi yang puitis. Kami adalah para pemimpi.

Filosofi kami adalah berbuat yang terbaik pada titik dimana kami berdiri dan itu sesungguhnya sikap yang realitis. Keoptimisan kami seperti sebuah kurva yang menanjak naik. Sebuah cita-cita yang agung, kami ingin sekolah ke Eropa. Tak peduli dimanapun negaranya, tetapi harus diantara Inggris, Prancis, Spanyol, dan Jerman. Bagi kami empat negara itu merupakan negara yang luarbiasa di benua Eropa yang juga mewakili impian kami yang ingin studi disana.  Inggris impian Bayu. Prancis impianku. Spanyol impian Dian. Dan Jerman impian Suryadi.

Optimisme kami berjalan saat pengumuman UN. Seperti biasa sang jenius dian mendapat nilai sempurna begitupun Suryadi. Bayu sedikit dibawah mereka sedangkan aku, pas-pasan. aku tak kecewa karena bagiku itulah kemampuanku.

Hari perpisahan menjadi hari yang menyedihkan. Sejak saat itu aku  berpisah dari teman-temanku. Mereka mengejar impian yang tlah dirancang sebelumnya dan aku mencari mimpi baru yang bisa kugapai.

YOGYAKARTA, Januari 2015

Senja di Yogyakarta menginggatkan aku senja di pantai Panjang Bengkulu. Saat BADS berkumpul. Saat dimana kami bebas membicarakan apa saja tanpa batas. Sebuah persahabatan yang penuh dengan kehangatan,  kami saling berbagi dalam suka dan duka.

Sekarang sudah 3 tahun sejak kelulusan SMA. Aku menikmati menjadi pemilik usaha kerajinan tangan di Yogyakarta. Mimpi-mimpi yang dulu sempat tertunda kini mulai menarik ku kembali. Tuhan mendengar do’a dan harapanku dulu tuk studi ke Eropa.

Bayu sekarang menjadi penguasaha minuman. Impian ingin sekolah ke Eropa dia tunda. Katanya enggak ada teman. “Aku selalu menunggumu brother” kata bayu. Bayu memang seperti itu dia adalah sahabat yang luarbisa. Dia tahu kenapa aku tidak ingin ke Eropa. Sebab nilaiku pas-pasan dan ekonomi keluargaku kurang. Tak ada biaya untuk itu.

Sekarang aku dan Bayu menjadi mitra bisnis. kami sama-sama membuka usaha travel, dan guide untuk turis di Yogyakarta. Meskipun impian kami ke Eropa belum terlaksana tapi kami bahagia dengan pencapaian kami saat ini yaitu menjadi pengusaha muda. Mimpi yang dulu sempat tertutup seolah kembali terbuka. Tak ada masalah biaya lagi. Aku sudah bisa membiayai kuliah dengan usaha pernak-pernik yang aku rintis.

BENGKULU, Febuari 2015

“Kita kumpul lagi brother”

Seperti sebuah susunan zat yang terpisah, kini materinya kembali bersatu. Kami mengulang moment. Kembali bercerita tentang BADS. Tentang impian dan tentang masa depan. Dian, dan Suryadi kini tlah berhasil mendapat gelar S1 nya sedangkan aku dan Bayu sibuk dalam usaha kami.

“Selamat brother” kataku pada Dian dan Suryadi.

“Kami bangga pada kalian” Kata Bayu.

“Thanks brother”

Senyum Dian dan Suryadi yang terpancar membawa kebahagiaan.  Lama kami membicarakan rindu. senja pantai panjang membawa suasana kehangatan. Sama seperti lima tahun dulu saat masih SMA.

Bro, kali ini kita akan ke Eropa berempat kan?

Pertanyaan Dian dan Suryadi kembali menguatkan mimpiku. Menjelajah Paris seperti yang aku inginkan. Dan ke Inggris menyaksikan pertandingan IPL (Liga Inggris). Pergi ke Jerman, dan Spanyol. Ah rasanya mimpi itu dekat sekali.

Senyum terpancar Bayu mengoda. Aku tahu isi pikirannya. Kali ini kami berempat akan berkeliling Eropa untuk mewujudkan mimpi kami.

PARIS, Maret 2015

Inilah rasa bahagia. yang tak bisa kau ungkapkan dengan kata-kata. Mimpi ke Eropa bukan suatu yang mustahil. Tuhan mendengar dan mewujudkan harapan makhluknya yang mau kuat untuk bisa maju.

Sejak hari kelulusan sampai saat ini tlah banyak usaha yang telah aku lakukan untuk bisa membuatku mandiri sehingga sampai saat ini. berdo’alah, berusahalah, Tuhan pasti akan memberi jalan.

Kami tak menyangka celotehan kami ketika masih SMP  dan SMA dulu tentang mimpi ke Eropa bisa terwujud. BADS dimanapun kalian berada kalian akan selalu ada di hati.

Suryadi yang puitis mewarnai hari persahabatan kami dengan puisi. Dian yang jenius membuat hidup kami mudah karena kepintarannya. Bayu yang ganteng yang membuat kami banyak mendapat kenalan kaum hawa. dan aku yang melankolis, yang membuat geng kami lebih tertata dan terorganisir. Itulah kami Bads biasanya kami dipanggil.  Aku sangat bahagia memiliki sahabat dan saudara seperti mereka. yang telah membantuku untuk bisa bangkit saat terpuruk dan membangunkan jiwaku saat lemah. Itulah persabatan, BADS biasanya kami dipanggil. Sepotong coklat kecil yang kumakan telah menginggatkan aku kembali pada masa lalu tentang indahnya persahabatn empat anak manusia yang berbeda karakter.

Terima kasih untuk kalian, Suryadi yang sekarang menetap di padang. Dian yang berada di palembang. Dan Bayu yang berada di Yogyakarta. Kita akan tetap menjadi BADS, berbuat yang terbaik dimanapun kita berada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun