Diary Secangkir Kopi
Oleh: Bung Opik
_
Secangkir kopi bertengger angkuh di permukaan meja yang lengang. Meja berbentuk oval dan berukuran pendek itu menjadi titik pusat bagi sederet sofa yang mengorbit di sekelilingnya. Sesekali cangkir kopi itu lepas landas dari permukaan meja, menghampiri mulut berkumis yang membentuk kerucut serta mengeluarkan suara desahan setiap kali usai menyesap cairan pekat berwarna hitam dari dalam cangkir.
Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu - membuat cangkir kopi itu kembali menduduki tahtanya semula.
"Siapa?" Seru pemilik mulut berkumis itu lantang.
Terdengar suara seorang wanita memperkenalkan diri dari balik pintu. Mendengar nama yang disebutkan, lelaki berkumis itu segera mempersilahkannya masuk. Setelah keduanya selesai berjabat tangan, wanita itu lalu menghempaskan bokongnya di sofa.
"Bagaimana perkembangan persoalan yang kemarin sudah kita bicarakan?" Tanya lelaki berkumis itu membuka pembicaraan.
"Wah... Wah... Wah... Anda to the point sekali, ya?" Wanita itu lalu tertawa.
"Ah, maafkan sikap saya yang tidak sopan," jawab lelaki berkumis itu tersipu-sipu. "Kopi atau teh?" Lanjutnya menawarkan.
"Kopi saja."
Tak lama kemudian, secangkir kopi yang baru saja selesai dibuat turut menghuni permukaan meja, ditemani cangkir kopi pertama serta beberapa telepon genggam seri terbaru dari merek-merek ternama.
Percakapan itu berlangsung cukup lama. Beberapa kali cangkir kopi diangkat dan diletakan kembali di atas meja.
"Dalam waktu dekat anggarannya sudah bisa dicairkan." Tutur wanita itu memberikan informasi.
"Bagus! Kalau begitu, saya tunggu kabar baik selanjutnya dari anda." Keduanya lalu berjabat tangan. Wanita itu segera berlalu dari dalam ruangan setelah ia selesai berpamitan. Semenjak pertemuan itu, wanita tersebut tak pernah lagi datang ke kantor ini.
Beberapa bulan berselang, terjadi kehebohan di berbagai media terkait identitas seorang wanita yang diliputi misteri. Wanita dengan nama yang sama seperti tamu yang pernah berkunjung ke ruangan kerja si lelaki berkumis yang saat ini tengah mendekam dalam tahanan karena tersandung sebuah kasus.
~end~
*Cerita ini terinspirasi oleh kejadian nyata, namun jalan cerita dalam tulisan ini hanyalah fiktif belaka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H