Tetapi Nabal berkata kepada mereka, "Siapakah Daud itu? Siapakah anak Isai itu? Sekarang ini banyak hamba yang lari dari tuannya. Â Masakan aku harus mengambil rotiku, air minumku, dan daging hewanku yang telah kusediakan untuk para penggunting itu dan membagikannya kepada gerombolan liar yang tidak diketahui asal-usulnya? (1 Samuel 25 10,11)
Respon dari Nabal ini membuat Daud emosi besar, itu sebabnya ia mengirim empat ratus orang untuk mencari Nabal. Namun isteri Nabal, Abigail wanita yang cantik dan cerdas itu tidak menghendaki terjadi pertumpahan darah ini terjadi, itu sebab nya ia dengan bijak ia berkata kepada Daud, biarlah segala kesalahan Nabal ia yang menanggungnya. “Nabal memang orang yang kasar yang cepat marah, tetapi hamba mohon agar Tuanku tidak menghiraukan apa yang dikatakannya; sebab ia orang bodoh, sesuai dengan namanya. Tetapi waktu itu hamba tidak berjumpa dengan para utusan Tuanku. Oleh karena TUHAN telah mencegah Tuanku melakukan pembunuhan dan pembalasan dendam dengan tangan sendiri, maka demi TUHAN yang hidup dan demi hidup Tuanku sendiri, hamba berdoa semoga semua musuh Tuanku akan terkutuk seperti Nabal. (1 Samuel 25 : 25-26) dan seterusnya.
Daud menerima pesanan Abigail dengan baik, itu sebabnya emosinya menjadi redah dan ia membatalkan niatnya untuk menghabisi Nabal. Sementara Nabal itu itu mengadakan peseta mabuk-mabukan sehingga Abigail tidak ada waktu menceritakannya. Pagi-pagi, setelah Nabal sadar, istrinya menceritakan apa yang telah terjadi. Mendengar itu, Nabal tiba-tiba mendapat serangan jantung. Selama sepuluh hari ia terbaring saja dalam keadaan lumpuh, lalu ia meninggal, karena TUHAN telah memukulnya.(1 Samuel 25: 37). Singkat cerita Daud melamar Abigail sebagai isterinya.
Pesan moral bagi kita semua, seperti Alkitab berkata, kita semua orang berdosa, lagi pula kita ini adalah sesama manusia, yang kelahiran hingga kematian hidup kita ini berada di tangan Tuhan. Kita harus menghargai orang lain, sesama manusia. Daud mengampuni Nabal, walaupun Nabal telah menghina dia, karena Daud tahu hanya Tuhan yang boleh menghukum. Â Abigail datang pada Nabal tepat waktu, itu sebabnya dengan bijak maka nada lembut Abigail dapat menaklukkan kekerasan Daud. Bagi Abigail tidak ada gunanya bermasalah, itu sebabnya ia rela bahkan menjadi korban walau tidak bersalah. Puji Tuhan Daud masih ada secuil kebijakan, ia tidak bertindah gegabah, walaupun hampir saja terjadi. Daud terlematkan melalu karya Abigail.
Omong kosong bagi kita yang mengatakan kita ini orang percaya , pengikut Tuhan, namun kita tidak melalukan hal yang berkenan pada Tuhan? Kita masih membenci? Kita masih iri dan dendam? Kita masih bisa mengampuni orang lain? Jangan keraskan hati kita, mana tahu ada malaikat yang Tuhan kirim sebagai penasihat kita, supaya kita berlalu bijak? Jangan sombong mana tahu tiba-tiba kita ingat firman Tuhan supaya kita melakukannya? Jangan mau untuk minta maaf, jangan sungkan untuk berdamai kembali. Kita tidak pernah merasa rugi bila ada perdamaian, tetapi kita akan rugi bila terjadi pertentangan. Bila diantara  kita masih ada yang selalu mau memaksa kehendak kita. Mari kita belajar dari kesalahan Daud, ia mengambil keputusan pada saat marah. Untungnya ada Abigail menyelamatkan kehidupannya. Kita tidak dapat memungkiri ada campur tangan Tuhan dalam kasus ini, sehingga yang namanya penguasaan diri, kesabaran dan pengampunan itu terwujud di sini. Jangan memaksa kehendak kita.Â
Akhir Pekan, 5 Mei 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H