Sumbu pendek, hari ini Hosana, besok Salibkan Dia
Perbedaan antara sumbu pendek dan sumbu panjang adalah waktu ledakannya, dengan kata lain jika ada sebuah bom yang sumbunya pendek maka bom itu akan meledak terhitung detik, itu sebabnya bom tersebut meledaknya berikut disebut bom bunuh diri, karena yang meletakkan bom sendiri belum sempat melarikan diri. Sebaliknya jikalau bom yang sumbunya panjang, ledakannya masih ada waktu senggang, jadi pada saat bom tersebut sudah dinyalahkan, maka yang memasang bom itu masih sempat minum kopi Capoccino, baru melangkah lari dan bomnya meledak.
Jikalau cerita di atas di applikasikan dalam kehidupan kita maka di dalam kehidupan seorang manusia itu ada terlihat beberapa tipe orang, ada orang yang sangat-sangat mudah tersinggung, ada pula yang tersinggungnya lambat, itupun karena dihasut oleh orang barulah ia meledak, ada pula yang ngak cuek, peduli sama Amat. Anda temasuk golongan mana?
Di bawah ini ada sebuah pengalaman penulis yang sangat menarik sekali yang sesungguhnya tidak pernah terlupakan dalam hidup ini. Tidak terlupakan bukan karena saya pendendam, bukan pula karena saya marah, tetapi tidak terlupakan karena peristiwanya cukup unik dan menarik dan jikalau diceritakan kembali maka lucu. Tepatnya saya lupa tetapi diperkirakan kurang lebih di atas 20 tahun yang lalu bertempat di gereja yang kebetulan waktu itu salah seorang teman kami di gereja yang sama hendak melangsungkan pernikahan mereka. nah waktu itu saya sebagai pemimpin acaranya.
Karena ini acara pernikahan maka cukup banyak tamu yang hadir dan kebanyakan kami tidak salinhg kenal-mengenalnya karena mereka itu teman atau family pengantin yang hanya hadir dalam acara pernikahan ini saja. Sebagai pemimpin upacaranya saya cukup sibuk lalu lalang sebelum acara dimulai, karena ada beberapa keperluan yang masih tertinggal dan kurang. Itu sebabnya tatkala saya berjalan melewati sebuah koridor kecil samping gereja, tanpa sengaja berpapasan terhadap seorang ibu yang buru-buru jalannya dan sedikit tersenggol dengan dia. Secara otomatis saya respon terlebih dahulu lalu saya berkata sorry ya . Nah saya pikir sudah selesai begitu masalahnya, namun betapa kagetnya saya melihat tamu itu berbalik arah dan kemudian menyerang marah dengan kata-kata yang menurut perkiraan saya cukup kasar, ia berkata “Ngak punya mata ya.”? “ Ia berkata lagi “Buta ya?” dan bertubi-tubi kata kasar lainnya muncul. Saya tetap katakan sorry ya tidak sengaja, lalu ada teman lain saya lupa yang memisahkan saya segera kembali masuk dalam ruangan gereja karena acara segera dimulai.
Perasaan saya sudah sangat tidak enak sekali, seumur-umur baru pertama kali dimarahin begitu. Ibu dan nenek kandung saya saja belum pernah marah dengan cara begitu. Sementara saya sudah waktunya harus memimpin upacara Kebaktian ini, maka saya hanya berdoa saja dalam hati supaya Tuhan menguatkan saya memimpin acara. Puji Tuhan, singkat cerita acara upacara selesai, lalu sebagai pemimpin saya mengarakan semua pihak pengantin dan family untuk menuju pintu gerbang gereja, karena di sana mereka akan menerima salaman dari setiap tamu.
Satu persatu tamu di salami, cukup banyak, dan kali ini giliran dari tamu yang marah-marah gara kena senggol. Namun pas si ibu itu berada dihadapan saya, saya sudah siap-siap saja jikalau emosinya meledak lagi, namun rupanya di berubah sikap, ia merasa malu sekali, katanya entah kenapa tadi dia marah-marah, dia minta maaf berkali-kali, dia katakan tidak tahu jikalau saya malah sebagai tuan rumah yang memimpin acara, dia merasa menyesal.
Bagi saya ibu tadilah yang dimaksud dengan si sumbu pendek, apinya cepat sekali berkobar, kemarahannya meledak-ledak. Beruntung kejadiannya di gereja, coba jika kejadiannya di pasar, kita bisa dikeroyok orang banyak, dan gara-gara sumbu pendek begini kita bisa meledak emosi dan menghancurkan orang lain.
Apa yang bisa menjadi bahan pelajaran kita? Sebagai manusia apalagi yang mengaku anak Tuhan, maka buah roh di dalam hidup kita itu harus hidup, bukan dibiarkan layu mati. Buah Roh yang terdiri dari Kasih, Suka-cita , Damai Sejahtera, Kelemah-lembutan, kemurahan,Kesetiaan Kebaikan, Kesabaran dan Penguasaan Diri harus senantiasa hidup dalam dalam kehidupan kita dan berbuah. Tidak sedikit-dikit emosi , sakit hati atau marah. Sebaliknya kita juga tidak tergoda untuk memancing supaya orang menjadi emosi, marah. Gossip dan isuue yang tidak berguna, sindiran dan kritik yang tidak berguna lebih baik kita simpan baik-baik saja. Bukan berarti kita tidak boleh memperbaiki orang lain, tetapi ada waktunya, ada kebijaksanaannya, ada caranya , bukan gegabah dan dengan cara benci tanpa kasih.
Di dalam komunitas kita , misalnya tempat kerja, gereja atau organisi, maka sikap sumbu pendek semacam begini tidak diperlukan. Sebab inilah ciri khas orang tidak dewasa. Bayangkan saja, sedikit-dikit marah, emosi, ngamuk, boikot. Tidak terpilih menjadi majelis lagi, marah, tidak diikutsertakan dalam paduan Suara , ngambek, tidak dilibatkan dalam acara lalu memboikot, pendapatnya tidak diambil, marah-marah, sungguh kekanak-kanakan. Hidupnya gampang sekali diombang ambilkan, tidak stabil. Jadilah orang yang dewasa, tidak gampang marah, tidak gampang terpancing, tidak gampang meledak, sumbunya panjang, tidak terombang ambing, tidak mudah putus asa, tidak mudah galau. Semoga kita bisa, dan anda juga pasti harus bisa…
Note : Sebuah renungan Minggu Palma bersadarkan Yoh 12 : 12-19 Menjelang peristiwa Penyaliban Tuhan Yesus, di situ banyak orang sumbu pendek, yang hari ini menjerit Hosana-Hosana dimuliakan Tuhan dan beberpa hari kemudian menjerit Salibkan Dia, Salibkan Dia