Mohon tunggu...
Saumiman Saud
Saumiman Saud Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

Coretan di kala senja di perantauan

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Kata Simon Petrus, Saya Tidak Mengenal DIA? Mengapa Ia Tega Menyangkal? (Bag. 1)

23 Maret 2016   10:07 Diperbarui: 23 Maret 2016   10:15 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Simon Petrus"][/caption]Kata Simon Petrus, Saya Tidak Mengenal Dia? Mengapa tega ia menyengkal? ( Bag 1)

Perkenalkan diri terlebih dahulu, nama saya Simeon, dalam bahasa Yunani orang sebut Simon, yang artinya “pendengar”, saya juga disebut Kefas dan lebih keren saya dipanggil Petrus yang artinya ”batu karang”, nama yang terakhir ini Yesus sang Guru yang secara langsung memberikannya. Saya memiliki seorang saudara bernama Andreas, dia mantan murid Yohanes Pembaptis, kemudian ia mengajak saya ikut Yesus. Ayah Yunus, itu sebabnya maka saya sering dipanggil Simon Anak Yona (Yunus) (lihat di Matius 16:17) di Injil Yohanes beliau menyebut nama ayah saya Yohanes. Saya lahir di Betsaida sekampung halaman dengan Filipus, Betsaida adalah suatu kota di daerah Golan yang penduduknya kebanyakan orang Yunani (Yohanes 1:44). Setelah menikah, saya juga sering tinggal di Kapernaum, di rumah mertua (Matius 8:14)

Keahlian saya tidak ada, saya bukan ahli komputer, bukan akuntan, bukan ahli politik, bukan juga pemain music kecapi. Pekerjaan saya hanya mewarisi keahlian ayah (Matius 4:18), menangkap ikan. Suatu hari ketika menebar jala di danau, tiba-tiba lewat Yesus memanggil kami menjadi murid-Nya. Heran sekali, waktu itu tanpa berpikir panjang bersama Andreas kami mengikut-Nya. (Matius 1:16-17)

Kelemahan saya selalu melontarkan kata-kata tanpa berpikir terlebih dahulu, itu sebabnya kadang kala saya melakukan kesalahan yang fatal, tetapi saya tidak merasa rendah diri dengan kelemahan ini, ketimbang dibanding orang lain yang lamban berbicara karena harus berpikir terlalu lama sehingga tidak bertindak apa-apa. Pernah terjadi ketika Yesus hendak kembali ke Yerusalem, saya menasihatiNya agar mengurungkan niat-Nya, bahkan saya sempat menarik tangan-Nya. Maksud saya baik, sebab beberapa waktu yang lalu Yesus hampir dibunuh di sana. Sekarang beliau hendak kembali ke sana, dan saya menahan-Nya, apakah saya salah? Kadang sudah tiga tahun lebih ber-Guru dengan Yesus, saya tetap saja tidak 100% memahami betul keinginan-Nya. Bagi saya jika Yesus hendak kembali ke sana, itu namanya cari mati. Tetapi Yesus justru marah kepada saya, bahkan ucapan-Nya terhadap saya cukup pedas “Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia”. (Markus 8:33). Saya waktu itu diam saja tidak melawan, sebab bagaimanapun Dia Guru saya, saya perbuat demikian karena saya mengasihi dan menghormati-Nya. Lalu saya berpikir sejenak, bukankah Yesus itu lebih tahu dari saya, oleh sebab itu maka apa yang diputuskan di dalam hidup-Nya sudah pasti yang terbaik. Saya mulai coba belajar mengerti jalan pikiran-Nya, cukup misterius.

Dari segala kelemahan saya, ternyata saya masih memiliki pengenalan yang cukup jelas pada Yesus dibanding teman-teman sebelas orang lainnya. Pernah terjadi di Kaisarea Filipi (Matius 16:13-20) waktu itu Ia (Yesus) bertanya pada kami murid-muridNya “Kata orang siapakah Anak Manusia itu?” Teman-teman saya berkata Elia, ada juga mengatakan Yohanes Pembaptis dan Yeremia. Lalu tiba-tiba Yesus menunjuk ke arah saya, Ia bertanya : Siapakah Aku ini?”Pada waktu itu dengan spontan saya menjawab “ Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Ternyata jawaban saya benar, saya tidak tahu kenapa; namun barangkali karena saya adalah murid-Nya yang cukup senior, lagi pula saya termasuk murid yang cukup dekat dan akrab dengan Guru, kemana Ia pergi selalu menyertakan saya dan dua orang teman yakni Yakobus dan Yohanes.

Terlalu banyak kenangan manis maupun pahit yang pernah saya alami selama menjadi murid Yesus. Saya masih ingat jelas bahwa ibu mertua saya pernah disembuhkan sakit demamnya (Markus 1:30), kejadian luar biasa lain yang pernah saya saksikan dengan mata kepala saya sendiri adalah ketika sekitar 5000 orang laki-laki mendengar pengajaran Waktu itu sudah tiba jam makan, kami sempat berbisik pada Yesus, agar secepatnya menyuruh mereka kembali ke rumah, sebab mereka bakal kelaparan. Penjual asongan tidak ada di sini, depot makanan yang tidak ada. Tetapi justru Yesus menyuruh kami menyediakan makanan buat mereka. Tentu kami kelabakan, apalagi diantara kami tidak ada yang berpengalaman kerja di restoran. Dan kalau pun ada, belum tentu dalam waktu yang sesingkat ini dapat menyediakannya.

Tiba-tiba muncul seorang anak yang bermurah hati, ia dengan rela menyerahkan lima roti jelai dan dua ikan (Lih. Yohanes 6:9), makanan yang di tangannya itu sebenarnya bontot untuk dirinya pada hari itu, tetapi ia rela menyerahkannya pada kami. Mulanya saya pesimis, mana cukup, untuk saya sendiri saja masih kurang. Tetapi ternyata Guru saya luar biasa, Ia membuat mujizat, makanan kecil itu telah mengenyangkan 5.000 orang dan masih tersisa dua belas bakul. (Yohanes 6:1-15) luar biasa sekali. Pernah kejadian lain lagi ketika Yesus berjalan di atas air, waktu itu saya meminta kepada Yesus supaya saya boleh juga berjalan di atas air, ternyata Yesus mengabulkan permintaan saya, sehingga ada pengalaman tersendiri yakni pernah juga berjalan di atas air, walaupun akhirnya saya sempat hampir tenggelam karena ada angin yang kencang meniup ke arah saya dan membuat saya tidak konsentrasi dan fokus pada Yesus. Kata Yesus “Datanglah......” ( baca deh di Matius 14:29)

Sebagai murid, kami tidak pernah dijanjikan jabatan apa-apa oleh sang Guru, namun saya merasa cukup senang menjadi murid-Nya saja, mulanya kami merasa cukup akrab dan kompak satu dengan yang lain. Ada dua orang teman kami Yakobus dan saudaranya pernah memanggil ibunya datang menghadap Yesus untuk membicarakan jabatan masa depan mereka, namun saya pikir ini cukup manusiawi, kami tidak merasa tersinggung akan hal itu. Tetapi belakangan yang agak mengganjal di dalam kelompok kami ini adalah, menurut Guru kami ada salah satu diantara kami yang hendak menjual-Nya. Terus terang , mulanya kami tidak mengetahui siapa orangnya, sebab kami memang tidak menyangkanya.

Seperti biasanya ketika kami selesai mengadakan persekutuan, waktu itu kami diajak pergi oleh Yesus ke Bukit Zaitun. Malam itu juga Yesus berkata kepada kami, “Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu karena Aku. Sebab ada tertulis : “Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba itu akan tercerai-berai. Akan tetapi sesudah Aku bangkit, Aku akan mendahului kamu ke Galilea” Waktu itu saya langsung meresponi apa yang diucapkan Yesus , “Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak” Saya tidak berpikir panjang lagi, seperti seseorang yang baru mengikuti Kebaktian Kebangunan Rohani atau Retreat dan bertobat di sana, masih semangat yang berkobar-kobar saya menjawab Yesus. Namun saya kaget dengan ucapan Yesus yang tidak disangka-sangka, Ia seakan-akan berkata demikian “Petrus, sebelum ayam berkokok dua kali, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.” Namun saya tetap ngotot atas pendirian saya “ Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau.” Sehabis saya ucapkan demikian ternyata teman-teman saya juga mengikutinya.

Pada malam berikutnya Yesus membawa kami ke Taman Getsemani dekat sungai Kidron. Tempat ini tidak asing bagi kami, sebab Yesus selalu mengajak kami berdoa kalau waktu senggang, semua murid-murid tahu kalau kita sering berkumpul di sini. Tiba-tiba dari kejauhan saya melihat kasak-kusuk gerombolan orang datang, rupanya mereka hendak mencari Yesus. Herannya di tengah gerombolan itu yang kemudian saya mengetahui adalah prajurit itu juga ada teman kami Yudas Iskariot. Rupanya rekan saya itu sudah dibeli dengan uang, supaya menunjuk jalan ke tempat di mana Yesus berada. Yudas kemudian mencium Yesus kemudian memberi isyarat bahwa orang yang dicium itu yang adalah Yesus. Pada waktu itu dengan gerakan reflek saya mengeluarkan pedang, lalu saya hunuskan pada salah seorang hamba Imam Besar yang bernama Malkhus, tepat pada telinganya dan putus. Namun rupanya Yesus tidak senang atas tindakan saya ini, akhirnya saya sarungkan pedang itu kembali. Di Taman Getsemani Yesus masih sempat membuat mujizat dengan menempel kembali telinga Malkhus yang putus.

Lalu Yesus ditangkap dan dibawa pengadilan, berganti-ganti tempat sidangnya. Dari tidak seberapa jauh saya bisa melihat bagaimana Yesus diintrogasi pada malam hari, hal ini tidak biasa dan illegal, kadang dihadirkan saksi-saksi palsu. Di sisi lain rupanya ada orang-orang yang pernah melihat saya beberapa waktu yang lalu, sehingga mereka secara samar-samar mengenali wajah saya. Saya masih ingat jelas sebanyak tiga kali mereka mempertanyakan keberadaan saya. Saya bukannya mau membela diri, namun seperti biasanya barangkali kalian juga pernah begitu, dari pada berurusan lebih panjang, maka lebih baik saya katakan bahwa penglihatan mereka itu salah. Namun rupanya saat ini merupakan momen kenangan yang palit bagi saya, sebab pada kali yang ke tiga saya mengatakan tidak mengenal Yesus, maka berkokoklah ayam untuk yang ke dua kalinya, harcurlah hati saya waktu itu, terutama tatkala Yesus menoleh ke arah saya, Dia tahu bahwa saya telah menyangkalNya, saya telah menyangkalNya, saya telah menyangkalNya. (Yohanes 18:19-37, Lukas 22:54-62).

Teman-teman, barangkali kalian tidak pernah seperti saya yang menyangkal Yesus hingga tiga kali, tetapi permisi Tanya beranikah kalian mengakui Yesus di manapun kalian berada? Pada saat dikantor, di restoran, di tempat yang tidak ada orang percayanya, beranikah kalian tetap menyatakan iman kepercayaan kalian? Ingat jangan pernah menyangkal Dia, saya telah terlanjur menyangkalmnya tiga kali, saya menyesal sekali, air mataku tidak dapat menghapus rasa penyesalanku. (bersambung bagian ke 2)

Medio Maret 2016

Menjelang jumat Agung ----------------------------------

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun