Mohon tunggu...
Saumiman Saud
Saumiman Saud Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

Coretan di kala senja di perantauan

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

5 Mitos Perayaan Imlek Ini Perlu Dipertahankan?

9 Februari 2016   02:49 Diperbarui: 9 Februari 2016   14:58 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata-kata kotor termasuk marah-marah tidak boleh muncul pada Hari Raya Imlek ini karena dianggap merusak suasana Imlek dan berkatnya bisa kabur dan membawa sial. Oleh sebab itu, pada hari tersebut tampaknya semua orang yang merayakan itu menahan diri seperti orang baik-baik saja. Sebenarnya normalnya setiap hari orang harus berlaku menjadi orang baik, ada baiknya setiap hari kita menganggapnya sebagai Hari Raya Imlek.

5. Pembagian angpao

Disebut angpao karena dibungkus dengan Amplop Warna Merah, isinya uang. Menurut tradisi, biasanya angpao dibagikan oleh dan kepada keluarga yang sudah menikah kepada mereka yang belum menikah. Jadi ayah dan ibu akan membagikan angpao kepada anak-anaknya. Pada Hari Raya Imlek ini biasanya setiap keluarga sudah bangun pagi-pagi, kemudian mereka mamakai pakaian baru dan biasanya ada warna merah sebagai tanda sukacita. Orang Tionghoa berpendapat merah merupakan tanda sukacita.

Anak-anak atau mereka yang muda akan datang kepada yang lebih tua dengan mengucapkan “Kiong Hie, Sin Nien Khuai Lek,” (Selamat Hari Raya Imlek, Penuh Sukacita) atau “Kiong Hie, Sin Nie Cin Pu” (Selamat Hari Raya Imlek, lebih rajin lagi), atau “Kiong Hie Huat Chai” (Selamat Hari Raya Imlek, tahun Baru kaya raya), atau “Kiong Hie, Sin Nien Mung En” (Selamat Hari Raya Imlek, Penuh Berkat). Inilah berbagai ucapan pada Hari Raya Imlek.

Nah, setelah itu, biasanya sang ayah atau ibu atau yang lebih tua dan menikah akan membagikan angpao kepada yang masih muda atau yang belum menikah. Jumlah angpao juga bervariasi. Jikalau dilibatkan unsur kepercayaan, mereka masih tidak berani mengisi angpao dengan jumlah yang ada angka 4 karena angka 4 itu bacanya dengan nada menyerupai kata kematian. Namun, jikalau secara logika kita mestinya tidak soal lagi. Kalau hendak mengisi dengan lebih banyak ya terserah Anda juga.

Nah, tradisi seperti ini pada masa kini tidak lagi dimitoskan karena kita bisa melihat mereka yang muda juga membagi-bagi angpao, bahkan yang belum menikah mau membagikan angpao apa salahnya. Lagi pula jikalau memang Tuhan memberkati kita dan keuangan cukup, setiap saat mau bagikan angpao juga tidak ada yang melarang. Hanya karena “Kepelitan” seseorang saja yang memakai alasan seperti yang lebih tua yang mambagi angpao dan yang belum menikah tidak boleh membagikan Angpao. Selama bukan karena keterpaksaan dan karena sukarela, sukacita memberi itu sangat berbeda dengan suka-cita menerima walaupun sama-sama ada sukacita.

Kebiasaan baik seperti ini mesti menjadi kebiasaan bagi setiap orang pada jaman sekarang yang mengajarkan bagaimana anak-anak menghormati orang tuanya. Hormat dan sayang pada orang tua mesti dilakukan pada mereka masih hidup, jikalau mereka telah meninggal, Anda menangis menjerit bahkan mamakai pengeras suara pun sudah tidak ada gunanya.

Mitos-mitos di atas boleh kita pelajari sebagai pengetahuan dan bila ada yang baik, apa salahnya kita praktikkan. Hari Raya Imlek adalah hari kegembiraan dan kesukacitaan serta kebahagiaan. Maka tidak elok juga kelihatannya bila orang memakai baju putih atau baju hitam, kesannya seperti orang yang sedang berduka atau berkabung walaupun sebenarnya tidak masalah. Akhirnya, biarlah peringatan Hari Raya Imlek ini boleh menjadi kegiatan yang bukan hanya berhura-hura, tetapi ada makna kekeluargaan yang saling menghormati, saling menyayangi dan diselenggarakan dengan kedamaian. Karena dengan tiada damai, kita tidak dapat berkata, "Selamat, Kiong Hie dan lebih sukses."

Saumiman Saud, San Francisco

Februari 8 , 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun