Terungkap siapa yang dapat mengalahkan Ahok!
Entah bisa menjadi pegangan atau tidak, namun sesuai dengan survey saat ini, Gubernur Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok memiliki elektabilitas pemilihan 43%, dan dia menduduki rangking tertinggi, walaupun dalam wawancara TV ada seorang mantan menteri yang membantah sebab ia berpendapat bahwa incumbent mestinya harus 63 persen. Nah, terlepas dari itu semua, masyarakat Jakarta bahkan para pencinta tanah Air bila berkunjung ke Jakarta, membaca berita, menonton televisi dan sosial media lainnya dapat menyaksikan bagaimana kiprah nyata Ahok yang menebarkan perubahan kota Jakarta. Saking geregetannya mereka pesaing Ahok melihat kemajuan Jakarta hingga tidak ada lagi kritikan yang jelek lagi, sehingga mereka mengubah pikiran dengan mengatakan bahwa Ahok akan membuat Jakarta seperti Singapura. Nah kalaupun akhirnya kota Jakarta seperti Singapura maka kerugiannya apa? Salahnya apa? Bukankah lebih baik? Emangnya pengin Jakarta seperti Ethiophia? Selama ini uang orang Indonesia dibelanjakan di Singapura, apa salahnya dibelanjakan di Jakarta. Bagi mereka yang ekonominya menengah ke bawah masih dapat membeli rumah dipinggir kota Jakarta, sementara bila mereka kerja di Jakarta maka pada waktu itu transpotasi sudah lancar, bus sudah banyak dan bayar murah bahkan ada yang dapat gratis.
Melihat popularitas Ahok yang semakin menanjak terus menjadi 94% maka beberapa partai politik mulai tergelitik gelisah hendak mencalonkan jagoannya secepatnya, tujuan mereka hanya satu, untuk menjatuhkan atau menumbangkan Ahok. Biasanya jikalau ada pemimpin di suatu daerah atau negara yang kejam dan sadis seperti Hitler ,Sadam Husein atau Kadafi maka wajar jikalau ada kelompok saingan yang berusaha mengkudeta dan menjatuhkannya. Namun pemikiran para partai politik di Indonesia itu aneh, justru hendak menjatuhkan si Ahok yang sudah begitu nyata membangun kota Jakarta. Jadi tujuan para partai politik lainnya bukan memilih pemimpinnya yang berkualitas membangun Jakarta tetapi hanya sekadar menjatuhkan Ahok, atau ikut-ikutan menjadi penggembira. Percayalah, di saat ini rakyat Indonesia terutama masyarakat Jakarta sudah cerdik dan pintar, mereka tidak bisa lagi hanya diiming-imingi uang sekadarnya lalu mengubah pikiran mereka untuk menjelekkan yang baik. Selain vigor calon yang dilihat, masyarakat juga melihat calon itu berasal dari partai mana? Jikalau yang mucul partai yang namanya sudah rusak dan pecah belah, misalnya Partai Lapindo Indonesia, maka rakyat tentu akan ragu-ragu. Jadi kalau begitu siapa yang dapat mengalahkan Ahok?
1. Pemimpin yang dapat mengalahkan Ahok itu harus semacam orang yang lemah lembut, melihat adanya kekacauan Birokrasi dan adminstrasi pemprov DKI yang bobrok maka diam-diam saja dan tidak boleh marah, melihat anak buahnya mempersulit rakyat ia harus tutup sebelah mata, melihat anak buah terima uang sogok maka ia pura-pura tidak mengetahuinya dan senyum-senyum saja sebab ia harus sabar, nanti juga mendapat bagiannya.
2. Loloskan pembelian USB atau UPS semacam begitulah, supaya pihak yang memesan merasa senang dan tidak mengutak-atik jabatan anda, tidak seperti Ahok pada waktu itu melawan mati-matian pembelian barang itu yang disinyalir ada manipulasinya sehingga membuat gempar seluruh dunia.
3. Jangan pernah menggusur mereka yang ada di tempat kumuh apalagi memindahkannya, biarkan saja mereka menikmati banjir yang menjadi ciri khas dan budaya Jakarta toh mereka sudah biasa seperti itu bertahun-tahun maka pastilah semua orang merasa senang terhadap pemimpin yang demikian; sementara uang untuk pembangunan rumah susun dan dan segala perabot perlengkapannya dibagi-bagi secara merata kepada anak buah masing-masing.
4. PKL yang berkeliaran di jalan, dan perparkiran yang semeraut dibiarkan karena dengan demikian para preman dapat dengan leluasa mencari makan dari usaha parkir, dan berkuranglah saingan anda, maka anda pasti di dukung oleh para Jonru baru.
5. Bagikan nasi bungkus ke masyarakat, bagikan uang juga kepada mereka supaya mereka memilih anda, karena Ahok tidak pernah membagi-bagikan nasi bungkus dan membagi uang.
6. Pemimpin yang berani menggantikan Ahok harus santai-santai saja bekerja, bila perlu satu dua hari absen dan minta wakilnya yang mengisi absennya, jangan seperti Ahok yang  kerja 7 hari seminggu dan 24 jam sehari seperti yang dilakukan Ahok saat ini, setiap akhir pekan dia masih membawa surat-suratnya pulang ke rumah dan di tambah blusukan ke rumah-rumah masyarakat, toh masih saja mendapat kritikan para lawan politiknya yang matanya katarak.
7. Jangan pernah memotong uang saku para pejabat, supaya mereka senang-senang menikmati makanan enak, misalnya lobster dan sebagainya, jikalau terus menerus dipotong maka pejabat itu hanya makan tahu tempe.
Ada banyak lagi yang anda boleh menambahkannya sendiri, tetapi prinsipnya adalah ada banyak orang yang hendak menggantikan Ahok hanya karena mereka iri kepada orang ini yang begitu piawainya memimpin Jakarta, lalu ada yang karena benci pada Ahok, ada yang mata pencaharian yang dahulunya lancar-lancar sekarang terancam.
Kepada para pemimpin daerah lainnya yang saat ini sudah dikagumi masyarakat daerah anda jangan karena bujukan dan rayuan dari partai tertentu lalu tergiur untuk merebut kekuasaan dari Ahok. Saat ini para pemimpin yang di daerah ini sudah memiliki pengagumnya dan pendukungnya masing-masing, lalu tatkala mengikuti ambisi hendak berkuasa di Jakarta maka musuh anda bertambah, terutama bila dipasang dengan para artis atau penyanyi maka reputasi anda akan hancur. Nah pada waktu itu maka anda harus gigit jari, karena daerah anda sudah ada penggantinya.
Calon pemimpin yang sesumbar (kombur kata orang Medan) merasa lebih hebat dari Ahok sangat banyak, tetapi yang berkualitas seperti Ahok masih kosong, apalagi yang melebihi Ahok masih melompong. Kalimat ini benar, kalahkan kejahatan dengan kebaikan, oleh sebab itu jangan pernah berharap anda akan menang bila mengalahkan kebaikan dengan kejahatan.
Saud, SF
Media Januari 27
Foto Ilustrasi: di desain via Signazon oleh pribadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H