Mohon tunggu...
Saumiman Saud
Saumiman Saud Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

Coretan di kala senja di perantauan

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Kebencian Ibarat Telur Busuk

9 Januari 2016   06:28 Diperbarui: 9 Januari 2016   08:43 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

5. Rasa benci timbul karena sikap, pendapat dan perlakuannya

Belakangan ini karena media sosial dan lancarnya internet, maka kita juga dapat melihat bagaiaman kegiatan para pejabat atau tokoh-tokoh public dam bertutur kata dan bersikat atau bertindak. Ada pejabat yang karena perbedaan pandangan politik atau berseberangan bisa terliat seprtio buta mata mereka. Pembangunan yang besar-besaran terjadi di suatu negara oleh pemerintah dianggap sampah. Orangnya arogan , sombong dan kata-katanya dapat mengundang hal-hal yang tidak kondusif. Nah orang yang dimikian biasanya akan dibenci, padahal orang tersebut tidak kita kenal dan tidak permnah menyakiti kita secara pribadi.

Kebencian itu ibarat “Telur Busuk” yang harus disingkirkan dalam hidup kita. Suatu hari seorang anak yang merasa tidak adil dan mendapat perlakukan yang dianggap tidak menyenangkan di sekolah, maka hal itu menimbulkan kebenciannya kepada beberapa temannya. Mulai saat itu pula ia merasa tidak suka-cita lagi bila pergi ke sekolah. Setiap pulang sekolah si anak murung saja tidak seperti biasanya periang. Oleh sebab itu maka si ibu bertanya pada anak itu yang nampaknya memiliki sikap yang berbeda beberapa hari ini. Anak itu menceritakan masalah yang dihadapi kepada ibunya dan dia memutuskan tidak mau sekolah lagi. Ibunya tidak mengijinkan dia, ibunya berkata engkau harus bersikap dewasa dan melebihi teman-teman kamu, engkau harus melupakan kesalahan mereka dan janganm menyimpan kebencian. Bagaimana caranya kata anak itu?

Mulai besok pagi, ibu akan memberikan kamu 5 butir “Telur Busuk” untuk dibawa kemana engkau pergi selama dua minggu. Ingat bahwa engkau tidak boleh memecahkan telur ini dan tidak boleh ditinggalkan. Si anak merasa tersiksa sekali dengan telur busuk yang dibawa-bawa ini, baru satu hari saja ia sudah mereasa stress. Keesokan hari harus dibawa lagi, ia hati-hati menjaganya, namun sialnya pada hari ke tiga karena kesenggol meja telur busuknya pecah satu. Bau sekali bajunya, bau juga sekitarnya. Sore hari ketika ia tiba di rumah, ia menangis, dia katakana Ibu, saya tidak mau lagi bawa telur ini, dia kembalikan ke empat telutr busuk yang masih utuh itu pada ibunya.

Lalu si ibu berkata kepada anak itu, kebencian seperti Telur Busuik, engaku tidak merasa nyaman bila dibawa-bawa terus; bila engkau tidak sabaran dan terjadi pertengkaran maka itu ibarat telur busuk yang pecah. Anakku, sikapmu sudah benar , telur busuk itu kamu kembalikan padaku. Demikian juga rasa kebencianmu kepada teman-teman, harus dibuang jauh-jauh, supaya hidup,mu nyaman dan harum penuh suka-cita.

Kebencian ibarat telur busuk, bila engkau bawa terus maka engkau yang susah. Bila  anda masih  menyimpan kebencian hari ini, tanggalkan semua biar engkau menikmati rasa suka-cita dan kenyamanan dalam hidup ini. Namun bila anda dibenci orang jangan putus asa, bersyukurlah, itu berarti di dalam hidupmu ada yang lebih dari orang lain, yang penting bukan karena kesalahan yang diperbuat. Sebaliknya karena kesalahan yang anda perbuat maka anda dibenci maka, englkau harus berjuang menyingkirkan telur busuk itu, namun itu tidak gampang dan hal ini akan menjadi salibmu sepanjang hidup. Ingatlah , hujan sehari dapat menghapus kemarau setahun", Kejahatan yang engkau perbuat sekali saja akan menghapus segala kebaikan yang engkau perbuat sepanjang hidupmu.

Saumiman Saud

Medio Januari, 2016

Akhir Pekan

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun