Mungkin anda pernah membaca karangan yang berjudul Footprint (terjemahan Indonesianya Jejak Kaki). Coba kita lihat sedikit latar belakang mengapa tulisan ini bisa terjadi. Footprint ini dikarang oleh Margareth Fishback, ia sejak kecil tinggal di Canada. Ayahnya orang Jerman, itu sebabnya maka logat bahasa Inggris yang diucapkannnya ada dialek Jermannya. Waktu kecil ia mengalami trauma dan pengalaman pahit tersendiri, karena guru-guru di sekolah suka memukulnya, terutama tatkala ia mengucapkan kata-kata bahasa Inggris berdialek Jerman ini. Ia tidak mengerti mengapa demikian, hingga sampai dia duduk di Sekolah Menengah baru ia tahu bahwa pada waktu itu sedang terjadi perang Dunia ke dua, jadi orang Canada dan Amerika sangat benci pada orang Jerman. Ia juga pernah merasa trauma berat tatkala bermain-main dengan teman-teman wanitannya, karena mereka pernah menggelitiknya hingga hampir pinsan.. Pada masa dewasa ia menjadi guru di sebuah Sekolah Dasar, tatkala ia sedang mengajar, tiba-tiba angin kencang menerpa dan petir meyambar tepat pada dirinya, ia pinsan tidak sadarkan diri dan di rawat di rumah sakit beberapa hari. Pada saat itu ia mengenang akan Tuhan dan kasih-setia-Nya .
Semua kejadian ini turut mengambil bagian dan mewarnai dia dalam penulisan puisinya. Pada suatu hari, tatkala ia akan memimpim sebuah retreat, maka bersama tunangannya Paul ia berangkat menuju ke sana. Namun di tengah perjalanan mereka melewati sebuah danau dengan pemandangan yang cukup indah. Di tepi danau itu mereka berdua turun sejenak, kemudian sambil bergandengan tangan mereka berjalan di tepi pantai. Tatkala ombak kecil menerjang pantai, maka bekas jejak kakinya tersiram dan hilang. Berkali-kali ia melihat kejadian ini, bahkan tatkala tunangannya menggendongnya, ia hanya melihat sepasang jejak kaki saja. Pada saat itulah ia mengingat apa yang ditulis dalam Yesaya 46 :4 , Tuhan itu setia sampai pada masa putih rambut kita, artinya sampai selama-lamanya ia tetap setia.
Di bawah ini puisi yang ditulis oleh Margareth Fisback,
-Jejak - Jejak Kaki-
Margareth Fishback
Suatu malam aku bermimpi, berjalan-jalan di sepanjang pantai Bersama Tuhanku... Melintas di langit gelap babak-babak hidupku...
Pada setiap babak, aku melihat dua pasang jejak kaki, yang sepasang milikku... dan yang lain milik Tuhanku... Ketika babak terakhir terkilas dihadapanku, aku menengok jejak-jejak kaki diatas pasir, dan betapa terkejutnya diriku...
Kulihat bahwa acapkali disepanjang hidupku, hanya ada sepasang kaki... Aku sadar bahwa ini terjadi justru saat hidupku berada pada saat yang paling menyedihkan.... Hal ini selalu menggangguku....
dan aku pun bertanya kepada Tuhan tentang dilemaku ini...
"...Tuhan, ketika aku mengambil keputusan untuk mengikuti-Mu, Engkau berjanji akan selalu berjalan dan bercakap-cakap denganku...... disepanjang jalan hidupku... Namun ternyata dalam masa yang paling sulit dalam hidupku, hanya ada sepasang jejak kaki... Aku benar-benar tidak mengerti, mengapa ketika aku sangat membutuhkan-Mu, Engkau meninggalkan aku..."
Ia menjawab dengan lembut,
"... Anak-Ku, Aku sangat mengasihimu dan tidak akan pernah membiarkanmu terutama sekali ketika pencobaan dan ujian datang,,, Apabila engkau melihat hanya ada sepasang jejak kaki, itu karena engkau berada dalam gendongan-Ku..." Jumat Pagi, Sept 11 Saumiman Saud
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H