Mohon tunggu...
Saumiman Saud
Saumiman Saud Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

Coretan di kala senja di perantauan

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Mengubah Ketakutan Menjadi Keberanian?

10 September 2015   22:48 Diperbarui: 11 September 2015   11:16 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagaimana Mengubah Ketakutan Menjadi Keberanian? Ketakutan itu unik, muncul karena pengalaman buruk dan kadang sifatnya pribadi atau berkelompok. Ketakutan yang sifatnya pribadi juga banyak ragam, misalnya ada orang yang takut dengan kerumunan orang banyak, ada yang takut dengan ketinggian sehingga ia tidak berani naik roler coaster , ada lagi yang takut kesepian, jadi acaranya berpesta-pora saja. Sementara ada teman lain takut jika tidak ada yang memperhatikannya lagi, takut ujian, takut naik peswat,takut tinggi, takut melihat darah , takut binatang kecil, takut bunyi mercon dan sebagainya. Ntah benar atau tidak orang Singapore terkenal memiliki tiga ketakutan; 1. Takut Kalah, 2. Takut Mati 3. Takut Isteri. Ketakutan yang sifatnya berkelompok contohnya perang, banjir tsunami, gempa , penjarahan seperti yang terjadi pada Mei 1998 di sebagian besar kota diIndonesia.

Sering ditemukan pula pada waktu seseorang berjuang menghadapi sesuatu, misalnya pada saat ada tekanan melawan para penjajah, keberaniannya seratus persen dikerahkan, namun ada banyak orang yang ditemukan setelah merdeka, posisi mulai aman tenteram, ia menjadi penuh ketakutan. Itu sebabnya maka tadi saya katakan ketakutan itu unik. Ketakutan itu kandang bisa masuk akal, bisa juga tidak. Namun ketakutan itu suatu kenyataan yang sering dihadapi manusia. Pernah ada teman di kampus yang takut sekali pegang kapas, ada lagi yang takut memegang bedak. Tidak masuk akal tentunya, namun rupanya setelah diselidiki ternyata ada trauma tersendiri pada masa lalu. Jika anda takut pada binatang masih masuk akal, karena binatang itu bisa menggigit kita. Saya takut pada anjing, kenapa? Karena saya pernah tiga kali digigit anjing. Jadi setiap kali berkunjung ke rumah orang yang memelihara anjing, ada ketakutan tersendiri.

Kehidupan manusia rapuh , sehingga kita tidak berdaya dan tidak terluput jatuh dalam ketakutan. Herannya di dunia ini ada orang yang suka menakuti-nakuti orang lain, dan kadang hal ini dianggap sebagai suatu lelucon. Tidak jarang saya temukan para pimpinan perusahaan mengancam bawahannya sehingga mereka takut, sang suami menakut-nakuti isterinya dan sebagainya. Ada juga orang yang mempermainkan ketakutan. Di dalam sebuah acara TV di Amerika misalnya terkenal dengan Scare Tactic, seseorang akan dijadikan korban dan dibuat begitu rupa sehingga ia ketakutan setengah mati. Setelah orang tersebut benar-benar takut, maka si aktor akan memberitahukan bahwa ini adalah acara TV. Gila sekali. Ada yang karena begitu takut hingga menangis histeris dan terkencing-kencing.

Saya juga melihat kadang terjadi karena seseorang yang mengalami ketakutan yang dahsyat, dapat menjadikan seseorang itu nekad. Tidak jarang kita mendengar cerita seseorang yang karena ketakutan, berani loncat dari ketinggian, atau melampaui pagar. Seorang teman saya pernah bercerita, suatu pagi dia dikejar anjing. Namun karena anjing tersebut begitu galak, hingga memojokkannya di sebuah sudut tembok, sehingga ia tidak dapat melarikan diri lagi. Dalam keadaan yang gawat, panik dan penuh ketakutan, ia nekad berbalik menyerang anjing tersebut, kali ini anjing itu yang lari pontang panting. Jadi benarlah bila ada orang mengatakan bahwa ketakutan itu harus dihadapi , bukan dihindari. Semakin kita menghindari , maka semakin kita merasa takut. Pengetahuan, latihan dan keberanian adalah senjata anda melawan ketakutan. Namun kita juga perlu hati-hati, jangan karena hendak melawan ketakutan kita justru melakukan perbuatan yang gegabah.

Ketakutan juga muncul karena seseorang melakukan kesalahan. Beberapa pejabat tingggi di Jepang pada awal tahun ini bunuh diri karena ketahuan korupsi, mereka malu, takut menghadapi hidup ini. Kalau kita coba selidiki, rupanya orang yang pertama kali merasa takut di dunia ini adalah Adam dan Hawa, tatkala mereka telah melanggar aturan Tuhan, maka mereka takut sekali bertemu dengan Tuhan. Kalau seseorang tidak berbuat salah maka ia tidak perlu takut, bahkan sekalipun terhadap presiden.

Ada ahli yang mengajarkan bahwa kita harus bergaul dengan orang –orang yang penuh optimis. Tidak salah, namun kita perlu hati-hati, sebab orang yang optimispun tidak boleh bertindak ceroboh. Sering kali keberanian justru tumbuh bersama dengan tindakan ketakutan. Dan ketakutan muncul karena anda mengalami dan mempelajarinya. Maka cobalah belajar untuk meninggalkannya. Setelah menghadapi dan menang atas ketakutan tersebut anda akan merasa gembira dan lepas. Tanpa ketakutan, maka tidak akan ada keberanian. Ketakutan memberi kesempatan untuk menjadi berani.

Harus diakui bahwa tidak semua ketakutan sifatnya negatif, ada juga ketakutan yang sifatnya positip. Saya mengutip dari sebuah renungan pagi sebuah artikel menarik, di situ diceritakan bahwa pada saat terjadi badai ,guntur yang hebat, seorang ibu menidurkan anaknya dan mematikan lampu kamarnya. Karena takut pada badai tersebut, sang anak kemudian bertanya, "Mama, maukah Mama menemani aku tidur malam ini?" Sambil memeluknya, sang ibu menjawab, "Tidak bisa, Sayang. Mama harus tidur dengan Papa." Ketika keluar dari kamar anaknya, sang ibu mendengar, "Dasar Papa pengecut!"

Dalam 2 Tawarikh 17:3-10, kita membaca tentang ketakutanyang sehat dan positif, yang mencegah peperangan antara Yehuda dengan kerajaan-kerajaan di sekitarnya. Apa yang menyebabkan ketakutan ini? Dikatakan bahwa "ketakutan yang dari Tuhan menimpa semua kerajaan di negeri-negeri sekeliling Yehuda, sehingga mereka tidak berani berperang melawan Yosafat" (ayat 10).

Rupanya raja Yosafat ingin agar rasa hormat dan takut akan Tuhan juga dimiliki rakyatnya. Lalu ia membuat ketentuan utama bahwa mereka akan diajar tentang Taurat Allah. Ia tahu bahwa jika rakyatnya hormat kepada Allah yang Mahakuasa, maka mereka akan merendahkan hati dan menaati Allah. Melakukan apa yang benar akan membawa kemakmuran bagi Yehuda dan penghormatan dari kerajaan-kerajaan yang lain.

Pengalaman Yusuf anaknya Yakub juga demikian, tatkala ia menghadapi isteri Potifar yang menggodanya untuk berbuat zinah. Yusuf bukan seorang yang banci atau penakut sehingga ia tidak mau memenuhi keinginan isteri Potifar? Tetapi Yusuf lebih takut kepada Tuhan ketimbang takut pada manusia. Jadi ia lebih memilih dipenjarakan ketimbang melawan Tuhan. Doktrin Allah Yusuf sangat benar, karena ia percaya pada Tuhan Allah yang berada di segala tempat, termasuk juga di Mesir. Ia memilih takut pada Allah.

Kitab Amsal 15:33 menyatakan, "Takut akan Tuhan adalah didikan yang mendatangkan hikmat." Orang yang memiliki rasa takut akan Dia akan bertindak dengan penuh hikmat; mereka berjalan dengan setia di hadapan Dia sambil menaati perintah-perintah-Nya Rasa takut yang benar akan menjaga kita untuk tidak melakukan kesalahan. Pada umumnya ketakutan itu meuncu karena kita berbuat salah, oleh sebab itu bila kita berada di jalan yang benar jangan takut.

Bila seseorang benar-benar yakin dan mempertaruhkan hidupnya dan takut pada Tuhan, maka ia tidak perlu takut apa-apa. Bahkan kematianpun tidak perlu ditakuti, karena kematian itu artinya kembai kepangkuan Tuhan, bukankah keagamaan mengajarkan seperti itu?. Mari, berjuang, berkara, berkerja, ubahlah ketakutan menjadi keberanian (SM)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun