Mohon tunggu...
Saumiman Saud
Saumiman Saud Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

Coretan di kala senja di perantauan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ibu dan Tugas Serabutannya

20 Agustus 2015   08:55 Diperbarui: 20 Agustus 2015   10:14 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak gampang menjadi seorang ibu yang sempurna, sebab seluruh tanggung jawabnya ada di pundaknya. Apa yang bisa kita pelajari dari seorang ibu yang bijaksana? Ibu itu memiliki multifungsi dalam keluarga? Kadang mereka yang sudah sibuk bekerja seharian di kantor sesudah pulang ke rumah masih dibebani dengan urusan rumah tangga, oleh sebab itu beban seorang ibu cukup berat. Para ayah sudah semestinya menghargai apa yang dilakukan oleh seorang ibu, bila perlu membantunya meyelesaikan segala tugas-tugas rumah yang tidak pernah kunjung habis itu. Ibu yang bijaksana itu seperti apa semestinya? Mari lihat Tugas serabutannya.

 

1. Ibu itu seperti seorang Guru

Ternyata bukan hanya mengandung selama sembilan bulan, lalu melahirkan maka selesai tugas seorang ibu. Tetapi seorang ibu juga harus menjadi guru yang baik bagi anak-anaknya. Boleh dikatakan guru yang pertama di dunia bagi seorang anak adalah ibunya. Sang ibu harus mengajarkan mana yang baik dan buruk, hal itu dilakukan setiap hari. (lihat Ulangan 6 : 4-7) “ Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. “ Kesalahpahaman yang terjadi selama ini adalah, para ibu dalam hal ini orang tua berpikir bahwa tugas mengajar seorang anak adalah tugas para guru di sekolah, padahal di sekolah hanya diajarkan pengetahuan dan waktunya juga terbatas selama jam sekolah. Selebihnya adalah tugas orang tua, dalam hal ini peran seorang ibu tidak kalah pentingnya.

2. Ibu itu seperti seorang Suster

Kita tidak dapat menyangkalnya, perhatian seorang ibu telah melebihi seorang suster. Ia begitu memperhatikan akan kebutuhan dan kondisi anaknya, bahkan perasaan dan karakter anak-anaknya pun sudah dihafal. Seorang ibu yang baik tidak pernah membuat anak-anaknya kelaparan dan kekurangan, bahkan sering kali makanannya sendiri diberikan kepada anak-anaknya. Tidak jarang pula kita melihat seorang ibu makan makanan sisa dari anak-anaknya. Ibu yang baik bukan hanya merawat anak-anaknya tetapi ia juga memikirkan masa depan anak itu. Contohnya Musa, sewaktu ia lahir, kondisinya tidak menguntungkan. Raja memberikan perintah agar membunuh anak-anak Israel yang baru lahir. Namun ibu Musa nekad menyimpan anaknya, padahal resikonya besar sekali. Pada saat bayi tersebut mulai besar, dan sang ibu merasa tidak sanggup lagi menyembunyikannya, tetap saja ia tidak putus asa, dan selalu merancang cara untuk menyelamatkan bayinya. Itu sebabnya maka Musa dimasukkan ke dalam sebuah keranjang dan dialirkan ke sungai Nil yang akhirnya diketemukan oleh puteri Firaun. Keluaran 2 : 8-9 mencatat “ Sahut puteri Firaun kepadanya: "Baiklah." Lalu pergilah gadis itu memanggil ibu bayi itu. Maka berkatalah puteri Firaun kepada ibu itu: "Bawalah bayi ini dan susukanlah dia bagiku, maka aku akan memberi upah kepadamu." Kemudian perempuan itu mengambil bayi itu dan menyusuinya”. Bagaimana dengan para ibu jaman sekarang? Sering kita temui bahwa ibu jaman sekarang bukan lagi mengaggap anaknya sebagai tanggung jawab yang Tuhan percayakan kepadanya. Banyak ibu muda yang telah melahirkan namun tidak ingin menyusui anaknya. Tugas dan tanggung jawab itu diserahkan kepada para pengasuh yang sesungguhya para pembantu rumah tangga yang hanya memakai pakaian suster. Mereka tanpa berpikir panjang rela kalau anak-anaknya dididik oleh pembantu itu. Para ibu dan lengkapnya orang tua juga perlu hati-hati, jangan menempatkan anak-anak kita sebagai “investasi”. Bila rajin, cantik, pandai maka diharapkan agar masa tuanya lebih aman dan terjamin. Para ibu takut menitipkan tasnya kepada suster, namun ia tidak takut menitip anaknya pada mereka. Tasnya lebuih berharga dari pada anaknya? 1 Tesalonika 2 :7 “Tetapi kami berlaku ramah diantara kamu, sama seperti seorang mengasuh dan merawat anak-anaknya” `

3. Ibu itu seperti seorang Konselor

Tidak jarang kita menemukan seorang anak kecil menjerit ‘Mama” ketimbang “Papa”. Hal ini membuktikan bahwa anak itu lebih gampang berkomunikasi dengan Mama. Sebagai seorang Konselor seorang ibu biasanya penuh bijak dalam memberikan pengarahan dan nasihat. Kesensitifan seorang ibu merupakan ciri khasnya sehingga ia dapat mengetahui masalah yang diupergumulkan sang anak. Salah seorang tokoh ibu dalam Alkitab yang dapat kita baca terdapat di dalam kitab Hakim-hakim 14 :3 “Tetapi ayahnya dan ibunya berkata kepadanya: "Tidak adakah di antara anak-anak perempuan sanak saudaramu atau di antara seluruh bangsa kita seorang perempuan, sehingga engkau pergi mengambil isteri dari orang Filistin, orang-orang yang tidak bersunat itu?" Tetapi jawab Simson kepada ayahnya: "Ambillah dia bagiku, sebab dia kusukai." Simson tidak mengindahkan kesensitifan ibunya, sehingga ia mengabaikan nasihatnya, akibatnya cukup fatal. Contoh lain Maria ibu Yesus. Pada saat mereka menghadiri pesta nikah di Kana, kebetulan waktu itu anggur yang dihidangkan itru habis. Maria ibu Yesus mengetahui apa yang harus diperbuat oleh anaknya. Itu sebabnya maka ia meminta Yesus melakukan sesuatu, maka terjadilah mujizat air menjadi anggur. Kata-kata dalam sebuah lagu anak-anak tatkala saya masih kecil di Indonesia yang berjudul Kasih Ibu sangat bagus sekali.“Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepenjang masa. Hanya memberi dan tak harap kembali. Bagai sang Surya menyinari dunia”Banar kasih seorang ibu yang penuh hikmat dan bijaksana itu tanpa berharap balasan, ia hanya memberi seperti apa yang dikerjakan Tuhan Yesus dalam hidup kita . Ia bahkan memberikan naywa-Nya demi menyelamatkan kita.

4. Ibu itu seperti seorang Teman

Amsal 17:17 “ Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran” Sering terjadi di dalam kehidupan manusia, sahabat yang banyak itu tergantung pada seberapa sukses dan berhasilnya kita. Tidak jarang terjadi tatkala kita bermasalah dengan keuangan kita, maka sahabatpun kabur. Ada banyak pengalaman yang terjadi, tatkala kita membutuhkan uang, sahabat itu yang tadinya baik pada hilang semua. Perhatikanlah seorang ibu yang bijaksana tidak demikain, ia merupakan teman yang sejati pada waktu kita susah dan senang. Bahkan merupakan suatu kesedihan tersendiri jika seorang ibu mengetahui masalah anaknya yang belum tuntas. Saya sempat berbicara dengan seorang ibu yang kebetulan anaknya baru menikah. Ibu tersebut merasa senang sekali, sebab anaknya sudah memiliki pendamping. Ia berkata , sekarang kami sudah bebas, kekuatiran kami juga sudah habis, anak kami sudah menikah. Ibu yang sebagai teman yang sejati ini sangat berat hati bila anaknya yang sebgai temannya itu masih bergumul dengan persoalan hidup dan masa depan.

5. Ibu itu seperti Karakter Yesus Kristus

Pengorbanan seorang ibu sangat jelas sekali, hal ini dimulai pada saat ia rela menghadapi bahaya maut pada saat melahirkan sang anak. Tidak hanya itu, ia rela mengorbankan kemolekannya demi menyusui sang anak. Tatkala Salomo menjadi raja, ia telah memperagakan hikmatnya untuk membuktikan seorang ibu yang asli yang pada saat itu sedang berjuang mempertahankan anaknya. Ceritanya begini : “Dua orang ibu yang sama-sama melahirkan bayi, namun karena salah seorang ibunya lasak tidurnya, maka tatkala malam hari ia tidur ternyata ia menindih anaknya dan meninggal dunia. Tatkala diketahui bahwa bayinya sudah meninggal, maka ia menukarnya dengan bayi lain. Singkat cerita, Salomo harus mengadili kasus ini. Salomo diberikan hikmat, bahwa ibu yang sesungguhnya adalah ibu yang rela berkorban demi anaknya, inilah karakter Tuhan Yesus.” 2 Timotius 1:5 mencatat ‘Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus iklas yaitu iman yang pertama-tama di dalam nenekmu Louis dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu” Berbahagialah kalau suatu hari anak-anak anda memuji anda sebagai ibu yang baik, bijak dan penuh kasih. Jika hari ini anda merasa kurang memperhatikan anak-anakmu, lalai mendidik mereka, mari coba lagi, coba sekali lagi; masih belum terlambat. Sebab melalui itu dapat ternilai bahwa anda adalah seorang ibu yang benar-benar telah mempraktekkan multifungsi anda sebagai seorang ibu yang sejati. Sekali lagi tidak mudah, tetapi anda pasti bisa, jadilah ibu yang terbaik bagi anak-anakmu.

Media Agustus 19. 2015

 

Saumiman Saud

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun