(3) Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?
(4) Air mataku menjadi makananku siang dan malam, karena sepanjang hari orang berkata kepadaku: "Di mana Allahmu?"
(5) Inilah yang hendak kuingat, sementara jiwaku gundah-gulana; bagaimana aku berjalan maju dalam kepadatan manusia, mendahului mereka melangkah ke rumah Allah dengan suara sorak-sorai dan nyanyian syukur, dalam keramaian orang-orang yang mengadakan perayaan.
I Tes 1:5 (5) Sebab Injil yang kami beritakan bukan disampaikan kepada kamu dengan kata-kata saja, tetapi juga dengan kekuatan oleh Roh Kudus dan dengan suatu kepastian yang kokoh. Memang kamu tahu, bagaimana kami bekerja di antara kamu oleh karena kamu.
Belakangan ini di sepanjang Free way di California kita selalu melihat papan pengumuman dengan tulisan yang berbunyi SERIOUS DROUGHT, HELP SAVE WATER …(Kekeringan yang serius, Harap hemat Air). Kehidupan yang digambarkan oleh pemazmur itu benar-benar intelektual. Ia tidak mengambarkan keadaan kemiskinan dari manusia, karena kalau hanya sekadar miskin masih bisa berusaha kerja keras dan menjadi kaya; ia tidak menggambarkan dengan kesakitan karena masih bisa diobati dan sembuh. Ia tidak mengambarkan dengan kesedihan, karena masih ada kesempatan untuk dihibur supaya mendatangkan suka-cita. Tetapi digambarkan dengan “Haus”, membutuhkan air. Sedangkan air tidak tidak dapat dibuat oleh tangan manusia, air itu ciptaan Tuhan…… dan jika air yang ada hanya terbatas dan terasa kurang itu pertanda bahaya, itu sebabnya California mengumandangkan masyarakatnya supaya hemat air.
Dunia itu seperti panggung sandiwara, menawarkan segala kebohongan yang belum pernah pasti. Keraguan dan ketakutan ada di sana sini, ancaman dan bahaya senantiasa menanti, tetapi hidup bersama Tuhan Allah adalah kehidupan yang benar-benar nyata, karena di dalamnya mengandung kejujuran Apa kepastian mutlak yang harus kita miliki:
1. Dengan Siapa kita menjalani hidup ini?
Pemazmur tahu bahwa bahwa ia tidak kuat dan tidak memiliki harapan lagi terhadap sesama manusia, karena sesama manusia bukannya menolong tetapi merongrong.. Itu sebabnya ia berkata Jiwaku haus kepada Allah. “Haus” menunjukkan bahwa betapa di dalam hidupnya memiliki kerinduan terbesar, keinginan terbesar, untuk memuaskan dahaga. Bayangkan saja pada saat terik matahari dan kita tidak memiliki air minum, betapa menderitanya jika kita mengalami kehausan seperti itu. Menurut ilmu kedokteran bila seseorang haus dan dibiarkan terus-menerus maka ia akan mengalami dehidrasi hingga di dalam tubuhnya berkurang air, maka ia bisa mengalami kematian.
Pemazmur akan merasa puas bila ia boleh datang langsung tatap muka pada Tuhan, artinya ia rindu akan Bait Suci, tempat di mana dianggap bahwa Allah itu hadir. Harus diingat bahwa taat dan setia kepada Tuhan tidak menjamin bahwa kita bebas dari kesulitan. Taat dan setia pada Tuhan juga tidak berarti kita aman-aman saja. Itu sebabnya tidak jarang kita menemukan ada banyak orang percaya tetap saja mengalami penderitaan. Nah, mengapa semua ini terjadi.??
Pemazmur berkata bahkan banyak orang kafir mengejek dia, Di mana Allahmu? Kadang dalam kehidupan kita dapat mebuat kita menjerit, dimanakah Allah yang kita sembah? Kesulitan dan persoalan datang bertubi… Masalah makin menumpuk…. Apakah membuat kita tinggalkan Tuhan? Pemazmur katakan aku rindu pada Allah. Bearanikah kita tetap mempertahankan cinta dan kasih setia kita kepada Allah walaupun di luar sana orang-orang mengolok-olokan kita? Hari ini secara khusus kami yang beribadah di sini patut bersyukur, karena Tuhan yang telah memimpin kita selama 3 tahun. Gereja berbahasa Indonesia ini dimulai dengan doa diselingi air mata. Dimulai dengan beberapa teman-teman yang setia melayani dengan iman. Doa air mata dan kesetiaan, serta iman berjalan seiring, yang penting kerinduan kita kepada Allah tidak pernah luntur. Kesetiaan hati boleh berubah, kesalahpahaman bisa terjadi, namun Allah tidak pernah membatalkan kasih-Nya pada kita….Mari tetap jalani tugas mulia ini bersama Dia
2. Apa pegangan dalam kehidupan ini?