Mohon tunggu...
Saumiman Saud
Saumiman Saud Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

Coretan di kala senja di perantauan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Generasi Ngambek

22 September 2014   20:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:56 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

GENERASI NGAMBEK

Usia yang dewasa belum tentu dibarengi dengan kedewasaan berpikir, bertutur-kata apalagi memimpin. Acapkali kita dikecewakan oleh orang-orang yang semestinya dikagumi sejak awal; tetapi karena terlalu dekat bergaul dengannya maka karakter pribadi bobroknya terkuak dan tanpa disangka dan kadang membuat kita menjadi hampir frustrasi.  Pemimpin yang diharapkan menjadi contoh teladan telah hilang pamornya. Seorang pemimpin yang bijak dan dewasa tentu tidak serta merta menuangkan kemarahan atau kedendaman supaya menghancurkan orang lain, terutama orang-orang yang pernah dekat dengannya. Hanya pemimpin yang egois atau post power sindrom (takut jika kuasanya hangus) yang senantiasa merasa curiga, iri , ketakutan sehingga di dalam kehidupannya yang seharusnya mapan dan lancar, masih tersimpan unek-unek jelek. Hidup kita terlalu singkat, maka akan merupakan kerugian terbesar jikalau Tuhan memberikan hari yang baru, namun kita masih hidup dengan model lama.

Mari hitung bersama, rasanya 30 tahun yang lalu baru seperti kemarin; tanpa kita sadari kita sudah mulai usia lanjut. Dulu jika kita bertemu orang-orang, hanya terdengar sapaan nama kita, tapi sekarang ada yang panggil “Om”, “Tante” bahkan bagi mereka yang beruntung sudah ada yang menyapanya dengan sebutan “Opa” dan “Oma”. Teman-teman yang sudah lama berpisah, sekali bertemu mulai kelihatan garis dan kerut-kerut muka, gigi sudah tidak serapi dahulu beberapa ada yang sudah copot dan diganti yang palsu, rambut sudah mulai berwarna (maksudnya putih) gaya berjalan sudah tidak segagah dahulu, tidak cekatan lagi, wow semua merupakan merupakan sikap dan gaya yang mundur. Kita mestinya harus sadar saat ini, sikap yang maju dan maju terus merupakan prinsip langkah hidup kita saat ini , jangan terlena dengan semua yang sudah dan pernah kita miliki, jangan terbuai dengan keberhasilan kita masa lalu, saat ini apa yang terjadi dengan kita. Sedikit-dikit ngambek bukan merupakan jalan keluar supaya lebih maju, justru kita jalannya bertambah mundur.

Jika kita memang sadar akan kekurangan, mari kita benahi bersama. Asal tidak terlalu menyolok, rasanya berdandan, bersolek, cukup penting supaya penampilan lebih mantap dan tidak expired. Hidup kita juga perlu didandani, supaya tidak membosankan dan tampil dengan fresh. Beberapa teman alumni saya sedang menggalakkan program bebas merokok, dan siapa yang berhasil memutuskan tidak merokok, maka ada seorang teman bersedia memberikan hadiah. Selain itu juga digalakkan program olah raga disamping jalan-jalan dan makan makanan enak. Hidup itu harus benar-benar hidup, supaya menghasilkan hasil yang bernilai tinggi. Orang yang hidupnya didandani, terutama dandanan dari firman Tuhan; maka hidupnya tidak pernah menyusahkan orang lain, ia tidak pernah menghamburkan kata-kata yang sia-sia atau yang tidak  benar apalagi menjelek-jelekkan kehidupan orang lain. Ia sadar bahwa satu telunjuk diarahkan ke orang lain, maka ada tiga telunjuk yang mengarah pada diri sendiri.

Wahyu 3 : 17, bahwa mereka mengatakan dirinya kaya, namun sesungguhnya di mata Tuhan, mereka adalah orang-orang yang melarat, karena rohani mereka suam-suam kuku. Kata “suam-suam kuku” di sini menunjukkan suatu stagnasi (mandek), tidak maju dan tidak mundur. Merasa puas dengan hanya begitu saja. Dahulu sering kita temukan para pegawai negeri yang sudah menerima gaji setiap bulan merasa aman dan kerjanyapun pelan-pelan saja hingga pensiun bahkan dikantornya ditempelkan slogan “ Biar lambat asal selamat”, kadang kantornya dibuka dan tutup seenaknya, yang penting gaji jalan. Namun kita bersyukur beberapa tahun belakangan ini Tuhan membangkitkan para pemimpin yang berkualitas, sehingga ia berusaha meningkatkan pelayanan dan Negara serta menegakkan disiplin, maka para pegawai yang tadinya “suam-suam kuku” harus bangkit, kalau tidak maka mereka akan ketinggalan kereta; dan orang lain sedang antri menggantikannya.

Generasi “ngambek” adalah gererasi kanak-kanak; yang masih belum bisa menerima kekalahan, yang selalau ngotot barang itu miliknya, yang menangis sekuat-kuarnya bila kala, yang rela berjungkir-balik di lantai bila permintaannya tidak dikabulkan. Sikap ini harus segera ditinggal karena benar-benar tidak bermakna dan hanya menghabiskan waktu dengan sia-sia saja. Hari ini kita sedang memasuki generasi baru yang siap berjuang mati-matian, bukan berjuang untuk mati.  Pemimpin yang diktator bukan jamannya lagi, walaupun masih ada orang yang terus terlena seperti itu hingga hari ini. Jadilah manusia dewasa bukan hanya dari segi umur, tetapi sekaligus pemikiran dan karakter kita harus benar-benar dewasa. Kita butuh orang-orang yang  bersedia “diuji”dengan “teruji” demikian hidupnya menjadi “terpuji”.

S Saud

The Cornerstone

Medio Minggu malam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun