Mohon tunggu...
Saomi Rizqiyanto
Saomi Rizqiyanto Mohon Tunggu... Dosen - Akademisi

A blogger who loves fashion, food and culture, studying American Studies at University of Indonesia. Read everything about America in here www.theamericanist.web.id

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Kencan Masa Depan, Tinder dan "Cohabitation"

24 Agustus 2017   07:28 Diperbarui: 24 Agustus 2017   21:25 1881
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penggunaan Tinder sangat Marak, tetapi apakah hubungan melalui Tinder bisa mencapai titik pernikahan. (thoughtcatalog.com)

Propaganda ini entah kenapa selalu masuk dalam ranah media, dan teori framing media menyebut, semakin sering seorang individu terpapar oleh bacaan dan tontonan, maka pikiran dan perilaku bisa sesuai dengan apa yang media propagandakan. Alhasil, banyak wanita di Amerika Serikat tidak malu-malu lagi mengajukan cerai, melakukan perselingkuhan dan bahkan memesan gigolo. Dua faktor inilah yang membuat angka pernikahan menurun dan angka perceraian naik.

Aftermath; Cohabitation, Tinder and Sperm Donor.

Alternatifnya muncul serangkaian budaya dan teknologi yang kemungkinan besar mampu menggantikan pernikahan tradisional. Kondisi yang dialami Charlotte dan ribuan wanita serta laki-laki di seluruh Amerika dan belahan dunia lainnya memungkinkan adanya istilah Cohabitation, Living Together atau Domestic Partnership, di mana laki-laki dan perempuan bisa hidup bersama tanpa ada ikatan pernikahan dan kewajiban sebagaimana yang tertuang dalam DOMA. 

Cohabitation ini juga memungkinkan pasangan bisa separated apabila wanita/pria menginginkannya. Cohabitation ini menjadi jamak ditemui di seluruh negara Barat baik Amerika Utara maupun Eropa Barat. Sex yes, but marriage wait.

Penggunaan Tinder sangat Marak, tetapi apakah hubungan melalui Tinder bisa mencapai titik pernikahan?

Kondisi ini juga menginspirasi kemunculan Tinder. Aplikasi dimana laki-laki dan perempuan bisa menemukan pasangan melalui aplikasi internet. Tinder memungkinkan makhluk berbeda jenis untuk bertemu, kencan dan apabila memungkinkan untuk berhubungan seks. 

Namun penulis ragu bahwa aplikasi Tinder mampu membawa Charlotte menemukan kehidupan yang ia inginkan. Hasil riset membuktikan aplikasi Tinder tidak bisa membawa wanita maupun laki-laki pada sebuah pernikahan, Pew research mengemukaan pengguna online dating apps semacam tinder adalah orang yang tidak pernah menikah. So basically, kembali ke Cohabitation lagi, sex yes but marriage wait.

Terakhir muncullah abad Sperm Donor dan Surrogate Mother, di mana perempuan dan laki-laki hanya bertemu melalui Tinder, have sex, no string attached, namun tetap menginginkan bayi. Teknologi memungkinkan manusia untuk mampu memiliki bayi tanpa ada persenggamaan. Dengan adanya sperm donor dan surrogate mother, semua orang baik laki-laki maupun perempuan, asalkan memiliki finansial yang cukup, mampu untuk bisa memiliki bayi.

The question is, is that what Charlotte looking for. Apakah setiap manusia hanya menginginkan seks, dan bayi? Saya yakin tidak, banyak orang yang menginginkan pernikahan dan membangun sebuah keluarga namun tanpa terkendala oleh masalah hukum. 

Di masa mendatang, abad di mana Tinder, Sperm Donor dan Hidup bersama menjadi narasi besar, keluarga tradisional akan sangat sulit untuk ditemui, yang bisa dijumpai adalah hubungan estetis, mekanis dan kurang bermakna.[]

[1] Illustrasi di atas adalah gambaran yang penulis ambil dari serial sex and the city dengan sedikit revisi berkaitan dengan tren saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun