Sementara bagi yang kontra dengan perilaku Hilary Clinton menilai bahwa apa yang dilakukan oleh Clinton tetap sebuah pelanggaran terhadap undang-undang, apalagi Clinton menggunakan sistem server sendiri. Mantan ibu negara ini tidak menggunakan aplikasi Yahoo ataupun Gmail yang memungkinkan pemerintah meminta data, namun menggunakan sistem server sendiri sehingga benar-benar sulit untuk dilacak. (Sherfinski, 2015)
Salah satu pendapat kontra yang muncul di media adalah berasal dari John Boehner yang tak lain adalah Ketua DPR Amerika Serikat dari Partai Republik. Boehner mengatakan bahwa perilaku Clinton sejatinya “mengabaikan hukum”, walaupun Boehner juga mengatakan ketidakpastiannya apakah Clinton akan dipenjara karena skandal email ini. (Sherfinski, 2015)
Emile Durkhiem memiliki teori berkenaan dengan perilaku Hilary Clinton. Menurut Teori Fungsionalis Emile Durkhiem sejatinya perilaku Clinton adalah termasuk deviance, karena ia memicu sebagian besar reaksi negative dari masyarakat. Namun Emile Durkhiem memandang bahwa deviance itu justru memiliki fungsinya sendiri. Fungsi pertama adalah deviance mampu membantu menjelaskan batas-batas moral dalam masyarakat. Masyarakat Amerika menilai bahwa apa yang dilakukan oleh Clinton adalah hal yang memalukan karena ia mengabaikan aturan-aturan yang berlaku, hal ini berarti bahwa moral di amerika memiliki batasan tersendiri. Bahwa seseorang haruslah mematuhi etika dan aturan hukum yang berlaku.
Fungsi kedua adalah, bahwa deviance mampu mempromosikan kohesi sosial dalam masyarakat. Kohesi disini dijelaskan bahwa masyarakat akan dibawa pada pilihan setuju atau tidak, mana yang baik dan yang buruk, apakah itu tindak kejahatan atau bukan dan lain sebagainya. Dalam kasus Hilary Clinton, masyarakat terbagi pada dua pendapat, pertama apakah Hilary Clinton menyalahi aturan hukum atau kedua, merupakan hal yang biasa dilakukan oleh pejabat pemerintahan.
Dalam membaca teori fungsionalis deviance khususnya kasus Hilary Clinton, penulis mencoba membawa sebuah hasil polling yang dilakukan oleh CNN. Menurut hasil jajak pendapat tersebut diketahui bahwa 51 persen masyarakat Amerika menilai bahwa perilaku Hilary Clinton dalm menggunakan email pribadi untuk urusan pemerintahan adalah masalah serius, sementara 48 persen menilai, perilaku Hilary bukanlah masalah serius. Dari sini penulis memutuskan bahwa berdasarkan teori fungsionalis Durkhiem dan berdasarkan hasil polling, kelakukan Hilary Clinton adalah termasuk perilaku deviance atau menyimpang. (Agiesta, 2015)
Walaupun begitu, apa yang dilakukan oleh Hilary Clinton ternyata tidak berpengaruh pada popularitasnya sebagai kandidat calon presiden Amerika Serikat. Sebanyak 57 persen menilai bahwa Clinton adalah calon presiden yang membanggakan dan sisanya 42 persen menilai belum pantas. Hal ini bisa dibaca bahwa kelakuan Hilary Clinton tidaklah berpengaruh terhadap dirinya. (Agiesta, 2015)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H