Hari pembagian rapor telah tiba, Aku santai menghadapinya. Teman-teman sudah pada dapat bocoran, sepupuku masih rangking satu, palingan aku rangking 2, pikirku. Aku sangat yakin itu.
Setelah prosesi pengumuman juara di lapangan, pembagian rapor untuk siswa di kelasnya masing-masing. Wali kelasku, bapak guru dengan kumis tebal mulai memanggil satu persatu murid-muridnya untuk menerima buku raport. Sebelumnya beliau menasehati untuk rajin belajar, kurangi main supaya pintar dan sebagainya, dan lain-lain. Alhamdulillah sudah 500 kata.
Giliran saya mendapatkan rapor. Kubuka dengan rasa penasaran. Wow, sesuai perkiraanku aku masih rangking II, Terima kasih ya Allah. Malas-malaspun dapat juga rangking.
Sambil ke luar kelas kutanya-tanya teman-teman, rangking berapa?, begitupun kujawab dengan senang, bila teman bertanya, "rangking dua", kataku.
Temanku si Uha nyeletuk, "masa rangking duanya, dua orang?". Aku tercekat. "Tuh Si Tatang, yang rangking dua mah".
"Ini buktinya," Sambil kusodorin buku rapor. Teman-temanpun berkumpul mengerumuniku penasaran. Sesaat kemudian mereka teratawa semua...”hahahahahaha” “itu bukan angka dua itu sebelas”, seru mereka... “hahahaha”.
Entah apa warna mukaku saat itu, merah, ijo, biru, kuning, hitam, atau bulu hiris mungkin, Malunya aku, kukira itu angka dua romawi ternyata angka sebelas. akupun pulang dengan lesu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H