Hidup Baru di Pesantren: Menemukan Kedamaian di Jalan Allah
Di sebuah serambi pesantren, seorang santri duduk dengan Al-Qur'an di tangannya. Dua tahun lalu, ia masih sibuk mengejar tren media sosial dan menghabiskan waktunya di kafe bersama teman-teman. Kini, ia menemukan makna hidup yang sesungguhnya di pesantren.
"Awalnya berat. Aku harus meninggalkan semua yang dulu kuanggap penting," kenangnya. "Tapi di sini aku justru merasa lebih bahagia."
Awal Kehampaan
Santri ini tumbuh di keluarga sederhana di kota. Meski terlihat bahagia di luar, ia sering merasa ada yang kosong. Kegagalan masuk universitas favoritnya membuatnya merenung tentang tujuan hidup. "Aku sadar, aku butuh sesuatu yang lebih dari sekadar kesenangan duniawi," ujarnya.
Berbekal dorongan keluarga, santri ini memutuskan masuk pesantren.
Hidup Baru di Pesantren
Meninggalkan kebiasaan lamanya bukan hal mudah bagi seorang santri. Kebebasan tanpa batas yang dulu dinikmatinya kini tergantikan oleh rutinitas yang teratur. Bangun sebelum subuh, menghadiri pengajian, menghafal Al-Qur'an, hingga menjalani aktivitas kebersihan menjadi bagian dari keseharian. Awalnya, semua terasa berat dan asing.
"Hari pertama di sini, aku ingin menyerah. Rasanya seperti berada di dunia yang sama sekali berbeda," kenang santri tersebut sambil tersenyum.
Namun, sedikit demi sedikit, ia mulai melihat keindahan dalam kesederhanaan hidup di pesantren. Ia belajar bahwa setiap aktivitas, sekecil apa pun, jika dilakukan dengan niat ibadah, akan bernilai pahala.
"Aku mulai menemukan ketenangan saat belajar Al-Qur'an dan mendengar tausiah. Di situ aku sadar, hidup ini bukan hanya soal dunia, tapi juga persiapan untuk akhirat," ujar santri tersebut.