Mohon tunggu...
Saufannur
Saufannur Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Sejarah Universitas Sumatera Utara

Sejarah dan kebudayaan adalah kecintaan saya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rapa'i di Gampong Masjid, Aceh

11 Juni 2023   13:23 Diperbarui: 11 Juni 2023   13:31 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertunjukkan Rapa'i di Gampong (Desa) Masjid. Sumber: Dokumen Pribadi

Suara rapa'i menggema di malam hari, mengisi kesunyian di Gampong Mesjid. Belakangan ini, orangtua dan pemuda Gampong (Desa) Mesjid rutin memainkan alat musik khas Aceh tersebut di meunasah (balai desa). Kebiasaan tersebut mengalami mati suri beberapa tahun lamanya. Bustan, warga Gampong Mesjid menyebutkan bahwa dahulunya warga Gampong Mesjid sering atau bahkan rutin memainkan alat musik rapa'i. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu kebiasaan tersebut mulai ditinggalkan, bahkan rapa'i di Gampong Mesjid yang dahulunya berjumlah lebih kurang 40 rapa'i kini hanya tinggal belasan saja. Hal tersebut disebabkan karena minat untuk memainkan alat musik khas Aceh ini sudah berkurang. Selain itu, rapa'i yang awalnya dibuat untuk desa oleh warga dijadikan milik pribadi. Oleh karenanya jumlah rapa'i mulai berkurang. Akan tetapi, kini warga Gampong Mesjid patut berbangga hati karena rapa'i kembali diminati, terutama oleh kalangan pemuda.

Pemuda Gampong Mesjid mulai menaruh minat pada kesenian rapa'i. Hampir setiap malam pemuda Gampong Mesjid memainkan rapa'i didampingi oleh orang tua gampong di meunasah. Riki Saputra pemuda Gampong Mesjid menyebutkan bahwa ia tertarik dengan rapa'i karena rapa'i merupakan budaya Aceh yang sangat istimewa dan merupakan kebanggaan bagi masyarakat Aceh. Ia juga menerangkan bahwa dengan keistimewaan rapa'i dan merupakan kebangagaan masyarakat Aceh, maka rapa'i harus dilestarikan. Sebagai salah satu pemuda Gampong Mesjid yang saat ini aktif berlatih dan memainkan alat musik rapa'i, Riki Saputra menyebutkan bahwa suatu kebanggaan bagi dirinya dan masyarakat Gampong Mesjid lainnya yang ikut menyemarakkan kegiatan rapa'i di Gampong Mesjid. Tentu kegiatan tersebut sebagai upaya untuk melestarikan kesenian musik rapa'i di Aceh dengan melibatkan semua kalangan usia, tidak peduli tua maupun muda.

Masyarakat Gampong Mesjid juga sangat antusias menonton pertujukkan rapa'i. Selain mempertontonkan pertunjukkan rapa'i yang dimainkan oleh pemuda dan orang tua Gampong Mesjid, terkadang juga diundang kelompok rapa'i dari luar Gampong Mesjid. Pertunjukkan rapa'i tersebut juga menarik masyarakat dari gampong-gampong tetangga. Seni pertunjukkan rapa'i memang sangat jarang ditemukan, sangat jarang ada gampong (desa) yang mempunyai kegiatan berlatih dan mempertunjukkan kesenian rapa'i. Oleh karena itu, pertunjukkan rapa'i di Gampong Mesjid menjadi kegiatan langka dan sebagai hiburan yang menarik untuk didatangi.

Rapa'i sendiri merupakan alat musik tradisional Aceh, hampir serupa dengan gendang. Rapa'i dibuat dari batang kayu yang keras. Biasanya rapa'i dibuat  dari batang nangka, batang pohon aren, batang kelapa yang sudah tua, batang tuwalang. Pertama-pertama batang kayu dibulatkan lalu diberi lobang di tengahnya. Kayu yang telah diberi lobang ini disebut baloh. Baloh ini lebih besar bagian atas dari pada bagian bawah. Bagian atas dari baloh ditutup dengan kulit kambing atau kulit lembu sedangkan bawahnya dibiarkan terbuka. Penjepit kulit atau pengatur tegangan kulit dibuat dari rotan yang dibalut dengan kulit. Penjepit tersebut dalam bahasa Aceh disebut seudak.

Rapa'i merupakan alat musik yang sudah populer sejak zaman kerajaan di Aceh. Menurut Z.H Idris, Rapa'i merupakan alat musik yang berasal dari Baghdad, Irak. Alat musik ini telah ada sekitar abad XIII seiring masuknya agama Islam di Aceh yang kemudian menjadi media dakwah dalam penyebaran Agama Islam pada masa Kerajaan Samudera Pasai yang dipimpin oleh Sultan Mali Al Saleh di daerah Pasai (Pase, Aceh Utara). Kesenian rapa'i kemudian berkembang menjadi kesenian yang mempunyai fungsi sosial dan budaya pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Alat musik rapa'i merupakan hasil akulturasi budaya Islam yang masuk ke daerah Aceh sekitar abad XIII yang dibawa oleh para ulama dan saudagar Islam dari Timur Tengah melalui jalur perdagangan dunia yang melintasi Asia tengah dan selatan. Alat musik rapa'i dibawa oleh seorang ulama besar Islam, Syekh Abdul Qadir Zailani, yang meneruskan ajaran Islam dari seorang Ulama Ahli Tasawuf dari Baghdad, Irak yang bernama Syekh Ahmad Rifa'i.

Rapa'i dibawa ke Aceh oleh seorang penyiar Islam bernama Syeh Rapi. Dalam pertunjukannya, alat musik rapa'i dimainkan oleh 8 sampai 12 orang. Rapa'i berkembang dan digunakan sejak adanya kerajaan Aceh yaitu kerajaan Samudra Pasai. Pada zaman kerajaan Samudra Pasai, Rapa'i digunakan sebagai alat komunikasi untuk mengumpulkan masyarakat saat berperang melawan penjajah, mengumpulkan masyarakat untuk bermusyawarah, memberi isyarat tanda bahaya serta memberi tanda waktu salat. Pada masa itu, masyarakat menggunakan rapa'i sebagai alat komunikasi.

Rapa'i terus mengalami perkembangan, tidak hanya sebagai alat komunikasi. Masyarakat menggunakan rapa'i untuk acara kesenian rakyat dalam berbagai bentuk penampilan yang berbeda-beda. Dilihat dari perangkatan besar serta besar atau kecilnya ukuran rapa'i, maka rapa'i dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu rapa'i pase, rapa'i puloet, rapa'i grimpheng, rapa'i daboh, dan rapa'i geleng. Hampir semua jenis rapa'i sama, yang membedakan adalah cara menampilkannya. Rapa'i geleng, rapa'i  pase, dan rapa'i grimpheng sudah ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda Indonesia.

Sebagai warisan budaya takbenda, tentunya rapa'i harus terus dilestarikan. Rapa'i harus diperkenalkan kepada setiap generasi. Upaya pelestarian kesenian rapa'i harus dimulai di setiap gampong (desa). Rapa'i merupakan kesenian yang sangat istimewa dan mudah menarik minat semua kalangan, termasuk kalangan pemuda.

Referensi:

Zulfan dan Baihaqi. 2019. Aceh Serune Kale and Rapai Ethnic Musical Instrument Preservation Method Based on Two-Dimensional Multimedia Animation. Journal of Physics: Conference Series. DOI: https://www.researchgate.net/publication/335850540_Aceh_Serune_Kale_and_Rapai_Ethnic_Musi.cal_Instrument_Preservation_Method_Based_on_Two-Dimensional_Multimedia_Animation

Karina, A.E. 2014. Analisis Struktur Musik Rapa'i Pasee di Biara Timu Jambo Aye Aceh Utara Provinsi Aceh. Lentera. 14(9): 85-92. DOI: http://jurnal.umuslim.ac.id/index.php/LTR1/article/view/729.

Wawancara: 

Bustan, warga Gampong (Desa) Mesjid

Riki Saputra. pemuda Gampong (Desa) Mesjid

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun