Mohon tunggu...
Saufannur
Saufannur Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Sejarah Universitas Sumatera Utara

Sejarah dan kebudayaan adalah kecintaan saya.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Harga Tiket ke Bangunan Candi Borobudur Naik, Wajar atau Tidak?

14 Juni 2022   11:20 Diperbarui: 16 Juni 2022   09:52 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.gambar.pro/2010/04/78-gambar-candi-borobudur-full-hd.html

Penulis: Saufannur dan Ester Ayu O Sinambela - Mahasiswa S-1 Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Pro dan kontra rencana kenaikan harga tiket ke bangunan Candi Borobudur tetap berjalan walaupun pemerintah sudah mengumumkan penundaan untuk menerapkan kebijakan tersebut. Di pihak pro, kenaikan harga tiket untuk berkunjung ke bangunan Candi Borobudur dianggap merupakan upaya untuk melindungi bangunan candi. Dengan naiknya harga tiket, maka wisatawan yang naik ke bangunan candi diperkirakan akan berkurang. Dengan demikian, bangunan candi tidak akan menopang terlalu banyak beban. Candi Borobudur merupakan bangunan bersejarah yang berusia lebih dari seribu tahun yang sangat rentan apabila frekuensi pengunjung terlalu tinggi. Suga Wani Maler, arkeolog dari Sumatra Utara menerangkan, “Kenaikan harga tiket dan membatasi pengunjung akan berdampak pada aspek perawatan candi, karena usia candi juga perlu diperhatikan. Pengunjung yang terlalu ramai dalam suatu waktu akan berdampak buruk untuk kondisi candi”. Artinya, kenaikan harga tiket untuk masuk ke bangunan Candi Borobudur akan berdampak positif bagi bangunan candi itu sendiri, terutama untuk menjaga bangunan candi dari kerusakan.

Di sisi lain, pihak kontra banyak yang berpendapat bahwa kenaikan harga tiket ke bangunan Candi Borobudur sangat merugikan masyarakat dengan perekonomian menengah ke bawah. Harga tiket sebesar Rp750.000 rupiah dianggap sangat tinggi. walaupun masyarakat masih bebas menikmati pemandangan komplek candi, namun mereka harus menambah biaya untuk menikmati suasana di bangunan candi. Dengan demkian, hanya orang-orang yang mampu yang dapat menikmati arsitektur bangunan Candi Borobudur secara langsung. Hal serupa juga dikemukakan oleh Suga Wani Maler, “Sisi negatif dari kenaikan harga tiket adalah akan terjadi ketimpangan, hanya orang-orang mampu yang bisa mengaksesnya”.

Jika membandingkan wacana kenaikan harga tiket ke bangunan Borobudur dengan tarif tiket ke berbagai tempat wisata sejarah di berbagai negara, apakah wajar jika dinaikkan atau tidak? Harga tiket ke tempat-tempat bersejarah memang terbilang tinggi, Suga Wani Maler mengatakan “Kalau kita lihat rate internasional, rata-rata harga tiket adalah 100 dolar per orang. Untuk wisatawa lokal biasanya lebih murah dan sekelas Borobudur wajar jika mahal”. Jika melihat harga tiket ke tempat-tempat bersejarah atau museum di luar negeri, harga tiket memang terbilang mahal, mencapai ratusan ribu rupiah. Mari mengambil contoh beberapa tempat wisata terkemuka dunia, misalnya Menara Eiffel. Harga tiket untuk mengakses Menara Eiffel adalah Rp 603.369 rupiah. Contoh lainnya adalah Van Gogh Museum di Belanda. Harga tiket untuk mengunjungi museum tersebut adalah Rp291.743,29 rupiah. Harga ratusan ribu rupiah sepertinya sangat wajar untuk wisata sejarah, apalagi jika mempertimbangkan nilai, keistimewaan, dan keberlangsungan dari tempat tersebut.

Candi Borobudur sebagai salah satu warisan cagar budaya tentu harus dijaga dan dirawat sebaik mungkin. Tugas untuk menjaga dan merawat situs cagar budaya bukan hanya tugas pemerintah atau tugas pecinta situs cagar budaya semata, namun juga tugas masyarakat. Artinya, semunya, baik itu masyarakat, pemerintah maupun pecinta situs cagar budaya harus bersama-sama menjaga warisan cagar budaya yang ada, salah satunya Candi Borobudur. Masyarakat dapat menjaga situs cagar budaya dengan mematuhi peraturan ketika berkunjung dan ikut mempromosikan dan menyebarkan edukasi mengenai situs tersebut agar informasi tentang situs dapat tersebar secara luas.

Pemerintah maupun pengelola situs yang dapat dikatakan sebagai tokoh kunci dalam menjaga situs harus membuat kebijakan dan serangkaian prosedur dalam menjaga situs cagar budaya. Hal tersebut tentu sudah menjadi program kerja dari tim pengelola cagar budaya yang meliputi perawatan situs dan sebagainya. Pemerintah berupaya untuk melindungi situs cagar budaya dari ancaman kerusakan dengan menaikkan harga tiket. Tujuan tersebut terutama untuk  mengurangi frekuensi pengunjung agar kontruksi situs yang rapuh tidak menanggung beban berlebih. Selain itu, kenaikan harga tiket juga berpotensi menyadarkan masyarakat tentang nilai dari sebuah warisan cagar budaya. Mengeluarkan uang ratusan ribu rupiah tidak sebanding dengan nilai dan keistimewaan suatu warisan cagar budaya.

Referensi:

https://www.klook.com/id/city/107-paris-things-to-do/

https://www.vangoghmuseum.nl/en

Narasumber:

Suga Wani Maler, arkeolog Sumatra Utara

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun