Mohon tunggu...
La OdeMuhamad
La OdeMuhamad Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Contoh Konversi Teks Hikayat ke Cerpen

8 April 2019   14:05 Diperbarui: 8 April 2019   14:15 8311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tadi pagi, aku menangkapnya di tepi laut. Memang kenapa, hai anak Yatim? Apakah kamu juga mau menikmati kelezatan daging ikan ini?" tanya pemuda itu dengan nada mengejek.

Sungguh sedih tersayat sembilu hati La Moelu mendengar cerita pemuda itu. Dugaannya benar bahwa lauk yang mereka makan itu adalah daging Jinnande Teremombonga. Hati La Moelu bertambah pilu ketika pemuda itu menawarkan daging ikan itu kepadanya. Namun, yang diberikan kepadanya hanyalah daun pepaya. Meski diperlakukan demikian, La Moelu tidak marah dan dendam pada pemuda itu. Ketika hendak pulang ke rumahnya, La Moelu memungut tulang ikan yang dibuang oleh pemuda itu. Sesampainya di rumah, tulang ikan itu ditanam di depan  rumahnya agar dapat mengenang Jinnande Teremombonga, ikan kesayangannya.

Keesokan harinya La Moelu dikejutkan dengan sesuatu yang terjadi pada tulang ikan yang ditanam di depan rumahnya. Di atasnya tumbuh sebatang pohon. Anehnya, pohon itu berbatang emas, berdaun perak, berbunga intan, dan berbuah berlian. Ia pun segera memberitahukan peristiwa aneh itu kepada ayahnya.

"Ayah, coba lihat pohon ajaib di depan rumah kita," ajak La Moelu.

Ayahnya pun segera keluar dari rumah sambil berjalan sempoyongan. Alangkah terkejutnya ketika si tua renta itu melihat pohon ajaib itu.

"Aleee....Anakku! Bagaimana pohon ajaib ini bisa tumbuh di sini?" tanya sang Ayah dengan heran.

La Moelu pun menceritakan semuanya hingga pohon ajaib itu tumbuh di depan rumah mereka. Ayahnya pun menyadari bahwa itu semua adalah berkat Tuhan Yang Mahakuasa yang dianugerahkan kepada meeka. Akhirnya, mereka membiarkan pohon itu tumbuh menjadi besar. Warga yang mengetahui keberadaan pohon ajaib itu silih berganti berdatangan ingin menyaksikannya.

Semakin hari, semakin besarlah pohon itu. La Moelu pun mulai menjual ranting, daun, bunga, dan buah. Uang hasil penjualannya ia tabung. Lama kelamaan La Moelu pun menjadi seorang yang kaya raya dan pemurah di kampungnya. Ia senantiasa berbagi dengan tetangga, bahkan warga miskin di kampungnya. Demikian pula, dengan tiga pemuda yang mencuranginya tidak luput dari bantuannya. Tak heran, jika semua warga di kampung itu sangat hormat dan syang kepada La Moelu. La Moelu pun hidup sejahtera dan bahagia bersama ayahnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun