Mohon tunggu...
La OdeMuhamad
La OdeMuhamad Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kepemimpinan Transformasional: Pilihan bagi Pemimpin Saat Ini dan Pemimpin Masa Depan

7 April 2019   13:13 Diperbarui: 30 Juni 2021   06:15 15436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kepemimpinan Transformasional: Pilihan bagi Pemimpin Saat Ini dan Pemimpin Masa Depan | freepik

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Salah satu pendekatan kepemimpinan saat ini yang sering menjadi fokus penelitian sejak awal tahun 1980-an adalah pendekatan transformasional. Pendekatan ini merupakan bagian dari paradigma "kepemimpinan baru" (Bryman, 1992). Namun, persoalan yang dihadapi oleh sebagian besar organisasi/institusi/instansi, baik swasta maupun pemerintah pada saat ini adalah mencari figur pemimpin yang  benar-benar  mampu  menjalankan  tugasnya  dengan  baik.

Secara empiris, terkadang sulit membedakan antara pola kepemimpinan organisasi formal dan nonformal karena pada praktiknya dalam mengelola organisasi formal, pola kepemimpinan yang ditunjukkan oleh sebagain "pemimpin" hampir sama dengan megelola organisasi nonformal. Pada praktiknya dalam mengelola organisasi nonformal, seperti perkumpulan, paguyuban, dan klub-klub tertentu, pola kepemimpinannya hampir sama dengan megelola organisasi formal.

Adanya budaya organisasi yang kurang sehat ini mengakibatkan kecenderungan suatu organisasi menjadi tidak berdaya. Sebab, kepemimpinan dalam organisasi formal tidak dapat disamakan dengan kepemimpinan dalam organisasi perkumpulan, paguyuban, dan klub-klub tertentu. Dengan demikian, pencampuradukan budaya kepemimpinan organisasi perkumpulan, paguyuban, dan klub-klub tertentu ke dalam organisasi/lembaga/instansi mengakibatkan semakin tidak efektifnya kepemimpinan organisasi/lembaga/instansi.

Kecenderungan budaya kepemimpinan organisasi perkumpulan, paguyuban, dan klub-klub tertentu itu, yaitu  berkembangnya  pola kepemimpinan laissez- faire. Gaya  kepemimpinan seperti ini  memberikan  kebebasan  kepada  personel-personelnya secara leluasa dengan tidak disertai daya kontrol yang kuat. Sehingga hubungan-hubungan yang semestinya menambah kemitraan akhirnya menjadi kurang baik  (Northouse, 2007)

Berbeda halnya, dengan pemimpin dalam organisasi modern. Para pemimpin organisasi modern telah menghadapi banyak situasi yang jarang ditemui oleh para pemimpin organisasi sebelumnya. "Saat ini pemimpin sering diminta untuk membuat pengurangan personel besar-besaran, menghilangkan kadar yang tidak perlu dari organisasi dan beban kerja lebih rendah, memperkenalkan tim kerja untuk meningkatkan pengambilan keputusan organisasi dan alur kerja, untuk kembali bekerja profesional sehingga anggota organisasi akan lebih efisien dan efektif, dan memulai program yang dirancang untuk meningkatkan kualitas keseluruhan fungsi organisasi (Certo & Certo, 2012).

Baca juga: Kepemimpinan di Sekolah: Gaya Transformasional Menghadapi Tantangan Global

Lima gaya kepemimpinan telah muncul dalam beberapa tahun terakhir untuk memenuhi situasi-situasi baru, yakni kepemimpinan transformasional, kepemimpinan yang cenderung membina/melatih, kepemimpinan super (superleadership), kepemimpinan melayani, dan kepemimpinan kewirausahaan. Dari lima gaya kepemimpinan tersebut, penulis lebih memfokuskan pada pembahasan mengenai kepemimpinan transformasional sebagai pilihan bagi pemimpin saat ini dan pemimpin masa depan.

Seperti namanya, pendekatan transformasional adalah sebuah proses yang mengubah dan mentransformasikan individu. Pendekatan ini berhubungan dengan nilai-nilai, etika, standar, dan tujuan-tujuan jangka panjang. Kepemimpinan transformasional meliputi: menilai motif para pengikutnya, memuaskan kebutuhan mereka dan memperlakukan mereka sebagai manusia seutuhnya.

Pendekatan ini merupakan sebuah proses yang menggolongkan kepemimpinan berkarisma dan bervisi. Meskipun pemimpin transformasional mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempercepat perubahan, para pengikut dan para pemimpin sangat terikat sehingga tidak mungkin dapat lepas dalam proses transformasi (Northouse, 2007).

Teori kepemimpinan yang dianggap efektif/unggul adalah teori kepemimpinan transformasional; suatu pendekatan kepemimpinan dengan melakukan usaha mengubah kesadaran, membangkitkan semangat dan mengilhami bawahan atau anggota organisasi untuk mengeluarkan usaha ekstra dalam mencapai tujuan organisasi, tanpa merasa ditekan atau tertekan.

Seorang pemimpin dikatakan bergaya transformasional apabila dapat mengubah situasi, mengubah apa yang biasa dilakukan, bicara tentang tujuan yang luhur, memiliki acuan nilai kebebasan, keadilan dan kesamaan. Pemimpin transformasional akan membuat bawahan melihat bahwa tujuan yang mau dicapai lebih dari sekadar kepentingan pribadinya. Oleh karena itu, dengan mengimplementasikan gaya kepemimpinan transformasional dalam mengelola organisasi yang dipimpinnya, diharapkan seorang pemimpin dapat meningkatkan efektivitas lembaga, organisasi, atau instansinya.

2. Permasalahan

Permasalahan yang dapat dikemukakan dalam tulisan ini adalah: "Bagaimanakah implementasi kepemimpinan transformasional dalam suatu organisasi sebagai pilihan bagi pemimpin saat ini dan pemimpin masa depan?"

B.        PEMBAHASAN MASALAH

1. Pemimpin dan Kepemimpinan

Pemimpin dan kepemimpinan merupakan faktor yang sangat strategis dalam sebuah organisasi. Fungsi dan unsur-unsur kepemimpinan harus berjalan dengan baik. "Kepemimpinan adalah proses mengarahkan perilaku orang lain menuju pencapaian beberapa tujuan. Mengarahkan, dalam pengertian ini, berarti menyebabkan individu untuk bertindak dengan cara tertentu atau mengikuti kursus tertentu. Idealnya, tentu saja ini sangat konsisten dengan faktor-faktor seperti kebijakan yang ditetapkan organisasi, prosedur, dan deskripsi pekerjaan" (Certo & Certo, 2012).

Proses kepemimpinan dalam organisasi terjadi karena adanya unsur pemimpin. Menurut Drukcer (Werang, 2015) bahwa pemimpin adalah individu yang make things happen. Ia adalah "yang membuat sesuatu menjadi sesuatu itu sendiri; membuat organisasi menjadi organisasi yang sungguh-sungguh". Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa ada keterkaitan yang erat antara pemimpin dengan kepemimpinan. Pemimpin adalah individu manusianya, sementara kepemimpinan adalah sifat yang melekat kepadanya sebagai pemimpin.

Robbins (2001) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk memengaruhi kelompok untuk mencapai sasaran. Hal senada disampaikan oleh Rauch & Behling dalam Yukl (2010) bahwa kepemimpinan adalah proses memengaruhi aktivitas kelompok yang terorganisasi untuk mencapai tujuan organisasi.

Dari pernyataan-pernyataan tersebut penulis simpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses dimana seorang individu dapat memmengaruhi orang lain atau sekelompok orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan organisasi. Secara teoretis, pernyataan tersebut mudah untuk dimengerti dan dipahami, tetapi dalam realita implementasinya tidaklah semudah yang dibayangkan.

Banyak teori tentang gaya kepemimpinan yang ditawarkan, semua mempunyai kelebihan dan kelemahan, dan tidak ada satupun gaya kepemimpinan yang paling cocok diterapkan dalam segala situasi dan kondisi; termasuk penerapan gaya kepemimpinan di institusi atau organisai manapun, karena begitu banyak faktor yang memengaruhi keberhasilan kepemimpinan seseorang. Dalam konteks ini, yang bisa dilakukan oleh seorang pemimpin lembaga atau organisasi adalah mencari, menemukan, memilih, dan mengimplementasikan gaya kepemimpinan tertentu yang dianggap paling sesuai dengan situasi dan kondisi lembaga atau organisasi yang dipimpinnya dibandingkan dengan gaya kepemimpinan yang lain.

Pemimpin mempunyai posisi yang sangat strategis dalam mengelola lembaga atau organisasi agar dapat mewujudkan visi dam misi lembaga atau organisasi yang efektif. Kemampuan seorang pemimpin dalam menjalankan fungsi kepemimpinannya dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi di lembaga atau organisasi yang dipimpinnya dengan menetapkan tujuan secara utuh (firm and purposeful), mendayagunakan bawahan melalui pendekatan partisipatif (a participate approach), dan didasari oleh kemampuan kepemimpinan secara profesional (the leading profesional) menjadi indikator kepemimpinan yang efektif (Yuliani, 2008).

Menurut Steers (1980), efektivitas adalah kapasitas suatu organisasi untuk memperoleh dan memanfaatkan sumber daya yang berharga dengan sepandai mungkin dalam mengejar tujuan operasional. Sejalan dengan itu, Gibson (1984) mengatakan bahwa efektivitas adalah konteks perilaku organisasi yang merupakan hubungan antarproduksi, kualitas, efisiensi, fleksibilitas, kepuasan, sifat keunggulan dan pengembangan." Dengan kata lain, efektivitas dalam organisasi adalah upaya yang dilakukan oleh suatu lembaga atau organisasi dalam memanfaatkan sumber daya yang ada dengan efektif dan efesien sehingga tujuan tercapai dan memuaskan user.

2. Kepemimpinan Transformasional

Certo & Certo (2012) mengatakan bahwa kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan yang menginspirasi keberhasilan organisasi dengan memengaruhi keyakinan pengikut dalam sebuah organisasi, serta nilai-nilai mereka, seperti keadilan dan integritas.  Gaya kepemimpinan ini menciptakan rasa kewajiban dalam sebuah organisasi, mendorong cara-cara baru penanganan masalah, dan mempromosikan belajar untuk kepemimpinan transformasional semua organisasi. Berkaitan erat dengan konsep seperti kepemimpinan karismatik dan kepemimpinan inspirasional.

Bagaimana pemimpin mengimplementasikannya?

Certo & Certo (2012) mengilustrasikan keberhasilan Bennett Cohen dan Jerry Greenfield sebagai pemimpin transformasional. Bennett Cohen dan Jerry Greenfield, pendiri co dari Ben & Jerry merek es krim ikon, adalah contoh pemimpin transformasional. Dari awal, profitabilitas hanya salah satu dari tujuan mereka.

Mereka sama-sama tertarik untuk membuat sebuah perusahaan yang beroperasi di lingkungan secara bertanggung jawab dan memberi kembali ke masyarakat di mana mereka melakukan bisnis. Menurut Greenfield, "Kami mengukur kesuksesan kami tidak hanya dengan berapa banyak uang yang kita buat, tapi seberapa banyak kita memberikan kontribusi kepada masyarakat."

Contoh kasus lainnya, kepemimpinan transformasional dapat diterapkan di sekolah-sekolah, sebagaimana yang diilustrasikan berikut ini.

Secara konseptual dan faktual, kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu sekolah, karena sebagian besar keberhasilan dan/atau kegagalan suatu visi, misi dan tujuan sekolah ditentukan oleh kepemimpinan kepala sekolah. Hal ini dipertegas oleh Sergiovanni (1987) yang mengungkapkan bahwa tidak ada peserta didik yang tidak dapat dididik, yang ada adalah guru yang tidak berhasil mendidik. Tidak ada guru yang tidak berhasil mendidik, yang ada adalah kepala sekolah yang tidak mampu membuat guru berhasil mendidik.

Ada dua alasan utama yang mendukung konsep dan fakta di atas. Pertama, kepala sekolah merupakan tokoh sentral di sekolah. Berbagai macam peraturan pendidikan, struktur, dan isi kurikulum serta pembinaan kesiswaan yang diinformasikan kepada semua warga sekolah (guru, peserta didik, dan tenaga kependidikan) sudah pasti atas koordinasi, tugas dan wewenang kepala sekolah. Kedua, kepala sekolah merupakan konseptor manajerial, artinya peran kepala sekolah bukan hanya mengoordinasi keanekaragaman potensi semua warga sekolah, melainkan seorang figur pemimpin yang dapat mendayagunakan semua potensi yang ada di lingkungan sekolah untuk mencapai visi, misi dan tujuan sekolah.

Untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan sekolah perlu ditunjang oleh kompetensi kepala sekolah yang berkualitas dalam menjalankan fungsi dan peranannya. Para ahli sepakat bahwa kepala sekolah harus mampu melaksanakan pekerjaannya sebagai edukator, manajer, administrator dan supervisor, yang disingkat EMAS. Dalam perkembangan selanjutnya, sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman, kepala sekolah juga harus mampu berperan sebagai leader, inovator, dan motivator di sekolahnya. Dengan demikian, dalam paradigma baru manajemen sekolah, kepala sekolah minimal harus mampu berfungsi sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator dan motivator, yang disingkat EMASLIM.

Kepala sekolah sebagai pemimpin dapat dianalisis dari tiga tipe kepemimpinan, yaitu demokratis, otoriter, dan bebas. Ketiga tipe kepemimpinan tersebut sering dimiliki secara bersamaan oleh seorang kepala sekolah sehingga dalam melaksanakan kepemimpinannya, kadang-kadang ketiga tipe tersebut muncul secara situasional. Oleh karena itu, kepala sekolah sebagai pemimpin mungkin bertipe demokratis, otoriter atau mungkin bersifat bebas. Meskipun kepala sekolah ingin selalu bersifat demokratis, namun seringkali situasi dan kondisi menuntut untuk bersikap lain, misalnya harus otoriter. Dalam hal tertentu tipe kepemimpinan otoriter lebih cepat dan tepat digunakan dalam pengambilan suatu keputusan.

Perspektif ke depan mengisyaratkan bahwa kepala sekolah juga harus mampu berperan sebagai figur dan mediator bagi perkembangan masyarakat dan lingkungan. Untuk merealisasikan hal itu, ada salah satu tipe kepemimpinan kepala sekolah yang perlu untuk diterapkan dan dikembangkan di sekolah yang ada di Indonesia yaitu kepemimpinan transformasional. Kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan kepala sekolah yang mengutamakan pemberian peluang dan kesempatan, serta mendorong semua warga sekolah (peserta didik, guru dan tenaga kependidikan) untuk bekerja atas dasar sistem nilai yang baik dan benar, sehingga semua warga sekolah akan bersedia, tanpa paksaan, dan berpartisipasi secara optimal dalam mencapai visi, misi dan tujuan sekolah.

Kepala sekolah yang berjiwa pemimpin tranformasional mempunyai karakteristik sebagai berikut: (1) memiliki visi, misi, tujuan yang jelas dan mempunyai semangat untuk berbagi ide dan pengalaman, (2) menciptakan lingkungan belajar di sekolah yang menyenangkan, (3) menjadi contoh yang positif bagi semua warga sekolah, (4) mengakui kemampuan, potensi dan nilai-nilai individu warga sekolah, (5) mampu menumbuhkan sikap percaya diri dan kemandirian semua warga sekolah, (6) mendukung dan membela guru, peserta didik dan tenaga kependidikan, (7) menghilangkan ketakutan atau kekhawatiran pada semua warga sekolah, (8) mendorong ekspresi diri dan partisipasi warga sekolah (9) mengembangkan perbaikan sekolah secara berkesinambungan, dan (10) mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab pribadi dan kelompok.

Untuk memudahkan implementasi kepemimpinan transformasional di sekolah, ada beberapa tips, antara lain: pemberdayaan semua warga sekolah untuk melakukan hal yang terbaik bagi sekolah, berusaha menjadi pemimpin yang bisa diteladani oleh semua warga sekolah serta dilandasi oleh nilai yang baik, mendengarkan semua pemikiran warga sekolah untuk mengembangkan semangat bekerja sama, menciptakan visi yang dapat diyakini oleh semua warga sekolah, bertindak sebagai agen perubahan dalam sekolah dengan memberikan contoh bagaimana menggagas dan melaksanakan suatu perubahan yang positif.

Jika kepemimpinan transformasional benar-benar mau diimplementasikan di sekolah, maka perlu niat, kemauan, dan komitmen yang tinggi dari kepala sekolah, warga sekolah, dan pemangku kepentingan (stakeholders) lainnya, sehingga visi, misi dan tujuan sekolah yang tercantum dalam program sekolah, baik jangka pendek, menengah maupun dan jangka panjang bisa tercapai dengan baik dan benar.  Semoga ....

Menurut Robbins (2001), kepemimpinan transformasional adalah pemimpin yang mampu memberi inspirasi karyawannya untuk lebih mengutamakan kemajuan organisasi daripada kepentingan pribadi, memberikan perhatian yang baik terhadap karyawan dan mampu merubah kesadaran karyawannya dalam melihat permasalahan lama dengan cara yang baru. Leithwood, et.al (1999) mengemukakan bahwa kepemimpinan transformasional menggiring SDM yang dipimpin ke arah tumbuhnya sensitivitas pembinaan dan pengembangan organisasi, pengembangan visi secara bersama, pendistribusian kewenangan kepemimpinan, dan membangun kultur organisasi yang menjadi keharusan dalam skema restrukturisasi organisasi.

Baca juga: Pilih Pemimpin Transformasional, Karismatik, Koalisional, atau Machiavelis

Model kepemimpinan transformasional dapat digambarkan sebagi berikut.

 

Pemimpin membangun rasa percaya diri pd bawahan

 

 

 

Pemimpin mengangkat nuansa kebutuhan bahwan ke tingkat lebih tinggi

 

 

 

Pemimpin mentransformasikan kebutuhan

 

 

 

Pemimpin memperluas kebutuhan

 

 

 

Pemimpin mempertinggi probabilitas keberhasilan yang subjektif

 

 

 

Pemimpin mempertinggi nilai kebenaran bawahan

 

 

 

Kondisi sekarang dan upaya yang diharapkan bawahan

 

 

 

Bawahan menghasilkan kinerja sebagaimana yg diharapkanarapkan

 

 

 

Makin meningginya motivasi bawahan untuk mencapai hasil dgn upaya tambahan

 

 

 

Bawahan mempersembahkan kinerja melebihi apa yg diharapkan

3. Tugas Pemimpin Transformasional

Pemimpin transformasional melakukan beberapa tugas penting. Pertama, mereka meningkatkan kesadaran pengikut 'dari masalah organisasi dan konsekuensinya. Anggota organisasi harus memahami isu-isu prioritas tinggi organisasi dan apa yang akan terjadi jika masalah ini tidak berhasil diselesaikan. Kedua, pemimpin transformasional membuat visi organisasi, membangun komitmen dengan visi seluruh organisasi, dan memfasilitasi perubahan organisasi yang mendukung visi. Singkatnya, kepemimpinan transformasional konsisten dengan strategi yang dikembangkan melalui proses manajemen strategis organisasi (Certo & Certo, 2012).

Pemimpin sekaligus manajer masa depan akan terus menghadapi tantangan signifikan mengubah organisasi mereka, terutama karena tren mempercepat posisi organisasi agar lebih kompetitif di lingkungan bisnis global. Oleh karena itu, kepemimpinan transformasional mungkin akan mendapatkan perhatian lebih dalam literatur kepemimpinan. Meskipun daya tarik praktis dan minat dalam gaya kepemimpinan yang tinggi, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengembangkan wawasan bagaimana manajer dapat menjadi pemimpin transformasional yang sukses.

Seorang pemimpin dikatakan menerapkan kaidah kepemimpinan transformasional apabila dia mampu mentransformasikan atau mengubah sesuatu menjadi sesuatu yang lain atau berbeda untuk mencapai tujuan organisasi. Misalnya, mentransformasikan visi menjadi realita, potensi menjadi aktual, dan sebagainya. Perubahan yang dilakukan oleh seorang pemimpin bisa berupa kemampuan untuk mengubah ... "energi sumber daya, baik manusia, instrument, maupun situasi, untuk mencapai tujuan reformasi organisasi atau lembaga" (Yuliani, 2008).

Pemimpin yang menerapkan kepemimpinan transformasional adalah pemimpin yang mempunyai wawasan yang luas dan berpikir jauh ke depan. Dia akan berusaha untuk melakukan suatu perbaikan terhadap organisasi, lembaga, atau instansi yang dikelolanya dengan tidak hanya bernuansa untuk saat ini saja, akan tetapi sampai masa yang akan datang. Oleh karena itu, diharapkan seorang pemimpin dapat mengimplementasikan model kepemimpinan transformasional dalam mengelola organisasi, lembaga, atau instansi yang dipimpinnya agar dapat melakukan perubahan berupa meningkatnya kinerja seluruh karyawan yang ada, sehingga diharapkan dapat meningkatkan efektivitas penyelenggaraan organisasi, lembaga, atau instansi.

Gaya kepemimpinan transformasional diyakini oleh banyak pihak sebagai gaya kepemimpinan yang efektif dalam memotivasi para bawahan untuk berperilaku seperti yang diinginkan. Menurut Bass & Riggio (2006) bahwa dalam rangka memotivasi pegawai, bagi pemimpin yang menerapkan gaya kepemimpinan transformasional, terdapat tiga cara sebagai berikut: (1) mendorong karyawan untuk lebih menyadari arti penting hasil usaha, (2) mendorong karyawan untuk mendahulukan kepentingan kelompok, dan (3) meningkatkan kebutuhan karyawan yang lebih tinggi seperti harga diri dan aktualisasi diri.

Menurut Yukl (2010), ada beberapa pedoman tentatif yang merupakan langkah-langkah kerja yang perlu diimplementasikan oleh para pemimpin yang berusaha untuk menginspirasikan dan memotivasi pengikut/bawahannya. Pedoman untuk kepemimpinan transformasional adalah sebagai berikut.

a. Menyatakan visi yang jelas dan menarik

Para pemimpin transformasional harus memperkuat visi yang ada atau membangun komitmen terhadap sebuah visi baru. Karena visi yang jelas mengenai apa yang dapat dicapai oleh organisasi atau akan jadi apakah organisasi itu, akan membantu seseorang untuk memahami tujuan, sasaran, dan prioritas dari sebuah organisasi.

b. Menjelaskan bagaimana visi tersebut dapat dicapai

Para pemimpin transformasional tidak cukup hanya menyampaikan sebuah visi yang menarik, akan tetapi harus mampu meyakinkan kepada bawahannya bahwa visi itu memungkinkan dan membuat hubungan yang jelas dengan strategi yang dapat dipercaya untuk mencapainya.

c. Bertindak secara rahasia dan optimistis

Para bawahan akan meyakini sebuah visi apabila pemimpinnya memperlihatkan keyakinan diri dan pendirian serta optimis bahwa kelompok itu akan berhasil dalam mencapai visinya.

d. Memperlihatkan keyakinan terhadap pengikut

Pemimpin harus memberikan motivasi dan keyakinan kepada bawahan bahwa mereka dapat mencapai visi yang telah ditetapkan, sehingga bawahan sadar dan yakin bahwa mereka dapat memperoleh keberhasilan untuk melakukan sesuatu yang sama sebagaimana dilakukan oleh para pendahulu mereka, bahkan bisa lebih baik.

e. Menggunakan tindakan dramatis dan simbolis untuk menekankan nilai-nilai penting

Tindakan dramatis dan simbolis terkadang sangat diperlukan untuk menekankan nilai-nilai penting kepada bawahan, sehingga bawahan mempunyai kesan yang mendalam terhadap tindakan tersebut, yang pada akhirnya mereka akan memahami, mengikuti, dan mengerjakan apa yang menjadi konsep dan idealisme pemimpin.

f. Memimpin dengan memberikan contoh

Begitu pentingnya seorang pemimpin menjadi model/contoh bagi bawahannya manakala pemimpin tersebut mengharapkan agar bawahannya melakukan apa yang menjadi konsep dan harapannya. Sebuah peribahasa mengatakan bahwa "Tindakan berbicara lebih keras daripada perkataan". Perilaku sehari-hari seorang pemimpin selalu disorot oleh bawahannya dan cenderung untuk ditiru atau dijadikan barometer. Oleh karena itu, pembelajaran yang efektif bagi bawahan agar segera dapat mencontoh dan melakukan visi dan misi pimpinan adalah dengan melihat dan mencontoh perilaku sehari-hari pemimpinnya.

g. Memberikan kewenangan kepada orang-orang untuk mencapai visi itu

Memberikan kewenangan berarti mendelegasikan kewenangan dan memberikan keleluasaan kepada bawahan untuk melakukan suatu tindakan dalam rangka mencapai visi organisasi, mulai dari tahap perencanaan sampai pengambilan keputusan dan solusi terhadap suatu permasalahan.

Dengan demikian, seorang bawahan akan mampu mengembangkan dirinya dan menentukan strategi-strategi tertentu untuk mencapai visi yang telah ditetapkan, meskipun strategi tersebut tidak harus sama dengan strategi yang mungkin diterapkan oleh seorang pimpinan. Yang penting, bahwa apa yang dilakukan oleh bawahan tersebut semuanya masih dibawah koridor untuk kepentingan organisasi atau lembaga yang dipimpinnya, bukan untuk kepentingan pribadi bawahan tersebut.

Baca juga: Penerapan Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional dalam Organisasi

Ketujuh poin pedoman yang sekaligus menjadi langkah-langkah strategis implementasi kepemimpinan transformasional tersebut sekiranya diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari oleh seorang pemimpin dalam memimpin dan mengelola organisasi, lembaga, atau instansi yang dipimpinnya, maka dimungkinkan akan mendorong peningkatan produktivitas dan efektivitas penyenggaraan organisasi secara optimal, mengingat ketujuh pedoman kepemimpinan transformasional tersebut bersumber dari teori dan temuan hasil penelitian.

C. PENUTUP

1. Simpulan

  1. Begitu penting dan strategisnya keberadaan pemimpin dan kepemimpinan dalam sebuah organisasi, oleh karena itu diperlukan seorang pemimpin yang handal dalam mnerapkan gaya dan strategi kepemimpinannya agar visi dan misi organisasi tercapai.
  2. Pada dasarnya tidak ada satupun gaya kepemimpinan yang paling cocok diterapkan dalam semua situasi dan kondisi organisasi, termasuk dalam satuan pendidikan. Kepemimpinan transformasional dengan kelebihan yang ditawarkan merupakan pilihan bagi pemimpin saat ini dan pemimpin masa depan dalam mengelola suatu  organisasi, lembaga, maupun instansi.
  3. Model kepemimpinan transformasional Certo & Certo, serta Bass dan pedoman untuk kepemimpinan transformasional dari Yukl, kiranya dapat dikembangkan dan diimplementasikan oleh para pemimpin sehingga dapat memacu peningkatan produktivitas dan efektivitas pengelolaan organisasi, lembaga, maupun instansi.

2. Saran

Dewasa ini, salah satu gaya kepemimpinan yang dianggap efektif dalam pengelolaan organisasi adalah gaya kepemimpinan transformasional. Oleh karena itu, seyogyanya seorang pemimpin mencoba mengimplementasikan gaya kepemimpinan transformasional dalam mengelola organisasi yang dipimpinnya agar dapat meningkatkan produktivitas dan efektivitas organisasi.

DAFTAR RUJUKAN

  1. Bass,    B.M  & Avolio, B.J. (1994). Improving Organizational    Effectiveness:  Through Transformational Leadership. London: SAGE Publications.
  2. Bass,  B.M  &  Riggio, R.E. (2006). Transformational  Leadership.  New  Jersey:  LEA  Publlisers.
  3. Bryman, A. (1992). Charisma & Leadership in Organizations, SAGE Publications, London. Newbury. New Delhi.
  4. Certo, Samuel C & S. Trevis Certo. 2012. Modern Management: Consepts and Skill (Twelftth Edition).  New Jersey: Prentice Hall is and Imprint Pearson.
  5. Krisna, A.A. Anggi Nila, dkk. 2015. "Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Gaji terhadap Kinerja Pegawai Pramu Bakti" (e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha, Jurusan Manajemen  diunduh, 4 Maret 2016).
  6. Leithwood, K., Jantzi, D,  &  Steinbach, R.. (1999).  Changing  Leadership  for  Changing  Times, Philadelphia: Open University Press Buckingham.
  7. Northouse,   P.G. (2007). Leadership:   Theory   and   practice.   London:   SAGE   Publications, International Education and Professional. Publisher Thousan Oaks.
  8. Robbins, S.P.  (2001).  Organizational  Behavior,  San  Diego  State  University,  Prentice  Hall International, Inc.
  9. Senewe, Stanley. 2013. "Kepemimpinan  Transformasional dan Organizational Citizenship Behavior Dampaknya terhadap Kinerja Pegawai KPKNL, Provinsi Sulawesi Utara" (Jurnal EMBA Vol. 32 No. 3,  diunduh, 4 Maret 2016).
  10. Steers, Richard M. (1980) Efektivitas Organisasi. Jakarta, Erlangga.
  11. Werang, Basilus Redan. 2015. "Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah, Moral Kerja guru, dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Guru SDN di Kota Merauke" (e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha, Jurusan Manajemen  diunduh, 4 Maret 2016).
  12. Yukl, Gary. 2010. Kepemimpinan dalam Organisasi; Alih Bahasa: Budi Supriyanto, Jakarta: PT Indeks.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun