Mohon tunggu...
Alam Saubil
Alam Saubil Mohon Tunggu... Lainnya - Penyuluh Pertanian

Program Pascasarjana Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Universitas Hasanuddin

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perdamaian dan Infeksi Saluran Perasaan

8 Februari 2019   21:14 Diperbarui: 8 Februari 2019   21:19 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kegagalan Merasa Dengan Hati

Banyak orang yang saking kerasnya pada pendirian dan pada akhirnya mengorbankan perdamaian ummat, cenderung gagal dalam merasakan nilai kemanusiaan. keinginan untuk merebut kekuasaan misalnya, cenderung meredupkan cahaya hati untuk lebih menerima perbedaan.

Kegagalan merasa dengan hati ini, membuat perselisian tidak dapat diselesaikan dengan baik-baik. Karena kultur yang dibangun adalah berdebat. Debat ujungnya adalah satu pihak menang dan satu pihak kalah. Disisi lain pihak yang menang tidak menghargai pihak yang kalah, sementara pihak yang kalah tidak mau menerima kekalahannya begitu saja. Problem ini yang terus terjadi, sehingga menimbulkan banyak persoalan-persoalan yang telah disebutkan di awal tulisan ini.

Padahal, Tuhan tidak hanya memberi manusia akal untuk merawat bumi, akal tentu tidak lengkap tanpa hati yang suci. Dan kebanyakan orang memang terjebak pada kearogansian akalnya. Dan menempatkan kebenaran (yang mereka pahami) di atas segalanya, termasuk kemanusiaan.

Hal semacam ini, ibaratnya telah terjadi infeksi disaluran perasaan seseorang. Sehingga mereka sulit mengaktifkan kemampuan merasa untuk keberpihakan pada perdamainan, sementara akalnya senantiasa mengeraskan sikap dan terus melanjutkan keberpihakan pada kesewenang-wenangan, kriminalisasi, kekerasan, dan sebagainya.

Instrument terpenting manusia selain akal adalah hati. Hati dengan segala kelembutannya memercikkan cinta dan kasih sayang pada sesama makhluk Tuhan. Ketenangan hati mengikis kegelisahan. Hati adalah yang paling bisa membuat tenang saat semua hal terasa tidak baik-baik saja, dengan merawat hati yakni senantiasa mensucikannya dengan amalan-amalan baik yang mendekatkan diri pada Tuhan maka akal akan tumbuh dalam bimbingan cinta dan kasih yang utuh.

Akal sebenarnya bukan alat yang jahat, saya pikir semua sepakat dengan itu. Namun, akal tanpa tuntunan hati (cinta dan kasih sayang) adalah sebuah alat yang sangat tajam, terlebih jika memang ia diasah oleh ilmu pengetahuan. Sehingga akal yang dibiarkan berjalan sendiri, akan keras pada semua yang bersebelahan dengannya.

Dengan akal, manusia memperoleh keyakinan yang rasional tentang sesuatu. Namun hati lah yang mendudukkannya dalam kedamaian. Kadang ada hal yang benar menurut akal lalu hati membimbing dan mengarahkannya untuk lebih bijaksana dengan cara mendudukkan kebenaran itu pada tempatnya, karena jika tidak, kebenaran itu bisa jadi malah merugikan dan merusak perdamaian.

Perdamaian Sebagai Tujuan Kemanusiaan

Bukankah Tuhan menciptakan kita bersuku-suku, berbangsa-bangsa dengan segala perbedaannya agar kita saling mengenal. Lantas bagaimana berkenalan yang diharapkan Tuhan? Apakah berkenalan itu untuk mengenali kekurangan kelompok tertentu dan menjauhinya atau bahkan memeranginya?, saya kira kita sepakat (bisa jadi ada yang tidak sepakat), jawabannya tentu bukan itu.

Tapi berkenalan yang baik adalah berkenalan yang tulus hingga menimbulkan keakraban yang menggiring pada terciptanya suatu hubungan yang baik. Atau kita lebih sering menyebutnya "perdamaian".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun