Jakarta yang merupakan Kota Nomor satu di Indonesia seharusnya sudah bebas dari sampah. Pada kenyataannya Jakarta masih saja tidak bebas dari sampah. Masih saja terlihat dimana-mana sampah.Â
Kebanyakan warga Jakarta tidak menghiraukan tempat sampah yang sudah tersedia. Apa yang membuat paradigma seperti ini terjadi? Padahal seharusnya Jakarta adalah kota percontohan untuk kota lain yang ada di Indonesia. Seharusnya Jakarta itu seperti kota-kota besar lainnya di Luar negri yang sangat tertata rapi dan bersih.Â
Bahkan beberapa sungai di Jakarta masih saja darurat sampah. Hal ini sangat miris apalagi sempat terjadi gumpalan busa detergent yang sangat banyak di Bendungan BKT. Perihal ini harusnya Gubernur Jakarta, Anies Baswedan lebih tanggap terhadap masalah sampah. Prinsip- prinsip pengelolaan sampah ini harusnya sudah dikampanyekan secara terus-menerus.
Berdasarkan situs Jakartamajubersama.com milik Anies-Sandi, Produksi sampah di DKI Jakarta bertambah menjadi sekitar 7,1 ribu ton per hari dari sekitar 5,6 ribu ton per hari, dan Pak Anies ingin menggalakkan Zero Waste Managementdengan: Mengedukasi agar rumah tangga mengurangi produksi sampah. Mendorong rumah tangga untuk memisahkan sampah yang dihasilkan, sampah organik dikompos, sampah non organik digunakan kembali atau didaur ulang. Pemerintah memberi bantuan alat membuat kompos untuk mempermudah warga.Â
Penyediaan tempat sampah hijau (untuk sampah organik) dan kuning (untuk sampah non organik) di setiap rumah. Apakah dengan ide seperti itu akan membuat Jakarta bebas sampah? Sementara kampanye tentang kebersihan dan sampah itu tidak begitu gencar dilakukan. Seharusnya untuk warga Jakarta ini perlu dilakukan semacam hukuman jika melakukan pembuangan sampah sembarangan. Dan kampanye 3R(REUSE, REDUCE,RECYCLE) lebih digalakkan lagi oleh pemerintah Jakarta.
Warga Jakarta pasti juga sudah tahu sampah Jakarta paling banyak dilimpahkan ke Bekasi, tepatnya di Bantargebang. Namun kondisinya sangat memprihatinkan. Walaupun juga masyarakat yang tinggal disekitar Bantarangebang mendapatkan semacam bantuan, Namun seharusnya tetap ada usaha meminimalisir sampah tersebut dari masyarakat Jakarta, seperti kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Isnawa.
Saat ini, ada 480-an bank sampah di Jakarta. Ke depan, setiap RW di Jakarta ditargetkan memiliki satu bank sampah. "Tujuannya meminimalkan volume sampah sehingga tidak harus semuanya dibuang ke Bantargebang, mengedukasi warga untuk peduli terhadap sampahnya," ucap Isnawa (kompas.com).
Seharusnya ada beberapa program dari pemerintah Jakarta untuk menyadarkan masyarakat agar tidak memproduksi sampah dengan semena-mena, seperti mengurangi plastik, serta steroform lebih gencar lagi. Mungkin juga seharusnya kita bisa mencontoh Jepang, Â yang jika belanja harus bawa tempat sendiri.Â
Jika menggunakan plastik harus berbayar yang agak memberatkan, seperti harganya 1000 dalam rupiah, jangan Cuma Rp 200,00. Mungkin dengan tingginya harga kantong plastik, bisa memancing masyarakat untuk membawa kantong plastik sendiri saat berbelanja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H