"Akibatnya, terjadilah ketidakharmonisan, ketidakselarasan, ketidaksesuaian, sampai kemudian saling berbenturan, chaos, kacau, dan bencana pun terjadi." Terasa begitu sakit kepalanya, sehingga dipegangnya dengkulnya.
"Walaupun begitu Tuhan juga punya wewenang menimpakan sebuah bencana tanpa disebabkan kebodohan kita. Di situ kita tak tau kenapa. Kita hanya bisa berprasangka positif. Dan sudah semestinya kita begitu."
Sungguh dahsyat rasa sakit yang ditimpakan Tuhan kepada Saprol saat itu. Dia berusaha mengingat kebodohan yang sudah dialaminya selama ini. Sesuatu, yang dikiranya berbenturan dengan akal dan kehendak Tuhan, sebagaimana teori sempalan yang dikatakannya tadi.
Dia mulai mengucapkan kata-kata yang sulit dimengerti, baik oleh manusia pada umumnya, ibu kos, tukang bangunan, pilot pesawat tempur, orang Nigeria, orang Thailand, orang Aljazair, orang-orangan sawah, manusia purba Megalitikum, binatang purba, binatang masa kini, binatang modern, maupun alien --itu pun kalau memang ada.
Uri eomman maeil naege malhaesseo
eonjena namja joshimharago
sarangeun machi buljangnan gataseo
dachinikka Eh
eomma mari kkok majeuljjido molla
neol bomyeon nae mami tteugeopge daraolla
duryeoumbodan neol hyanghan kkeullimi
deo keunikka Eh
Meomchul su eomneun i tteollimeun
On and on and on
nae jeonbureul neoran sesange
da deonjigo shipeo
Look at me look at me now
ireoke neon nal aetaeugo itjana
kkeul su eopseo
uri sarangeun buljangnan
Sungguh kata-kata yang sulit dimengerti. Sampai kemudian saya sadar bahwa kata-kata yang diucapkan Saprol itu merupakan obat yang belakangan ini mampu dan sangat manjur menyembuhkan berbagai penyakitnya yang sering kumat.
Ya, persis yang ada di video berikut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H