Mohon tunggu...
Iya Oya
Iya Oya Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki

90's

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kekasih yang Bukan Kekasih

18 November 2018   15:12 Diperbarui: 18 November 2018   15:47 955
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mata Saprol merah. Terasa panas. Disebabkan terlalu lama memelototi kehidupan.

"Jangan sok jadi pengamat sosial begitulah, Prol," ejek Jendol Kiri, adik dari Jendol Kanan. "Lama-lama kau bisa jadi sosiolog beneran lho," kemudian tertawa terbahak-bahak, terbatuk-batuk, kemudian pingsan. Barangkali karena terkena kutukan Saprol.

Memang seperti itulah yang dilakukan Saprol. Dia terlalu memaksakan diri dalam mengamati sesuatu, dan seringkali begitu.

Gambalena, pacar Saprol yang seorang joki balap liar dan sering dikejar-kejar polisi tapi selalu bisa lolos, pun sudah sering mengingatkannya untuk tidak memaksakan diri dalam memelototi kehidupan.

Sungguh beruntung Saprol memiliki kekasih seperti dia. Walaupun begitu, Gambalena tak pernah memberitahukan kepada siapa-siapa soal identitasnya sebagai joki balap liar yang selalu menang melawan siapa saja, bahkan melawan Ghost Rider yang motor tengkoraknya kuereeeeeen abiiisss itu.

Pernah suatu hari Gambalena membonceng Saprol. Di situ Gambalena mengendarai motor dengan berbagai gaya freestyle seperti: berjalan di atas satu roda depan, roda belakang, bahkan tanpa roda.

Sayang seribu sayang (eh, nambah satu lagi deng biar angkanya cantik jadi seribu satu), Saprol malah menilai Gambalena tak pandai mengendarai motor. Bahkan dia menyuruh Gambalena untuk mengambil kursus mengendarai sepeda motor.

Gambalena tahu bahwa Saprol terlalu memaksakan dirinya lagi. "Don't push yourself, Bajinganku sayang..." Gambalena berpesan, mencoba mesra, dan sudah tak asing lagi bagi Saprol. 

Tapi bukannya mesra, malah terkesan menjijikkan bagi Saprol. Wajar saja, karena tak pantas ucapan seperti itu diucapkan oleh seorang perempuan yang memiliki tampang selayaknya emak-emak gembrot yang tak lagi peduli dengan bobot badannya. Benar-benar tak sinkron antara umurnya yang masih seberapa dengan penampilannya yang jauh dari seberapa. Tapi Saprol tak mau mengecewakan perasaan Gambalena atas kesan jijik tadi. 

Sekali lagi, sudah terlalu sering itu terjadi. Saprol berusaha menyembunyikan kesan tersebut dengan senyuman, namun tak bisa. Dia memaksa untuk senyum pun sama saja. Dia merasa seperti ada beban 15 kilogram di bibirnya sehingga tak kuat mengangkat kedua sudut bibirnya. Bibirnya bergetar-getar ketika dia ingin senyum.

Namun pengamatan Saprol atas kehidupan ini bukanlah tanpa hasil. Dari usahanya tersebut Saprol menemukan kesadaran baru. Kesadaran bahwa eksistensi manusia dengan sesamanya bukanlah sebagaimana yang selama ini dipikirkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun