Tak ada suara yang berarti pada malam itu. Hanya keheningan. Tapi bukan tak ada kehidupan.
Dua orang yang sedang menikmati tiap hisapan rokoknya itu tenggelam dalam pikiran dan imaji masing-masing. Tak ada komunikasi. Tak ada relasi. Masing-masing mereka menikmati keasyikan personal. Hingga tiba-tiba keluhan si Blengos memulai dialog tanpa makna.
"Ah... Kampanye lagi. Dijanjiin lagi..." keluhnya.
Saprol masih tetap diam. Setengah dari dirinya masih berada dalam pikiran dan imajinya. Dia masih setengah sadar.
"Paling-paling ingkar janji. Lagi-lagi dibohongi," lanjut si Blengos.
"Ya memang begitu kan?" komentar Saprol singkat. Tapi masih tiga per empat sadar.
"Ya berarti dikecewain lagi. Dan selalu aja begitu," Blengos menghembuskan asap rokoknya sambil memukul nyamuk yang hinggap di betisnya yang seperti batang pohon kering. Dilihatnya. Berdarah-darah dan gepeng! Tewas satu nyamuk dengan sadis. Binatang malang.
"Namanya juga janji. Bukan berarti nggak bisa menepati janji. Kan bisa aja karena ada satu hal yang itu di luar perkiraan."
"Di luar perkiraan gimana?" tanya Blengos penasaran.
"Kalau misalnya kita buat janji, kan bisa aja gak tertepati karena ada satu hal yang kita tidak bisa kehendaki.
Contohnya, kalau misalnya aku membuat janji sama Gambalena pacarku yang gembul itu, terus tiba-tiba motorku mogok atau kau tiba-tiba kecelakaan, kan akhirnya secara terpaksa aku gak bisa menepati janjiku itu."