Mohon tunggu...
Iya Oya
Iya Oya Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki

90's

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Saprol Tetap Tak Bisa Tidur Siang

17 Oktober 2018   10:41 Diperbarui: 18 Oktober 2018   16:52 1341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Karya Pribadi

Saprol yang sedang tidur siang di suatu hari yang tenang itu, tiba-tiba terganggu oleh kebisingan di luar ruang tidurnya.

"Aduuuuh... Orang lagi menikmati hidup kok diganggu sih..." kesalnya.

Dilihatnya keluar, tapi tak ada satu pun penyebab kebisingan.

"Ah... Ini pasti ada orang yang bikin iseng," pikirnya, lalu kembali melanjutkan tidur siang yang sangat sulit didapatnya karena beban pikiran yang tak pernah lepas, selalu mengikuti dari waktu ke waktu. Maklum saja, seorang pemikir gadungan, yang membangga-banggakan kebebasan berpikir sebagai "kebebasan primordial pada diri manusia yang harus disyukuri", begitu katanya.

Saprol mencoba melanjutkan tidur siangnya tapi tak bisa.

"Udah tau aku ini jarang tidur siang, malah diganggu pula. Gak di sana, gak di sini, pada bikin bising. Sedangkan aku mau ngomong dikit, langsung dimarahi," curhatnya kepada bantal lusuh dan lecek yang hanya dicuci secara berkala sekali pertahunnya. Jangan tanya kenapa, karena dia akan menjawab: "apa hakmu bertanya soal barang pribadiku? Toh jorok atau bersihnya bantal itu aku sendiri yang menggunakan. Toh kalaupun aku sakit, aku sendiri yang mengalami."

Setiap orang memang mesti siap mental kalau mau menasehati tentang urusan pribadi Saprol.

Memang, dunia telah berubah belakangan ini, termasuk pada kepribadian manusia. Kita semakin individualistik dan mudah marah atau tersinggung ketika menyentuh ranah personal itu.

Yang lebih klise lagi yaitu ketika subjektivitas ini semakin ditonjolkan. Sayangnya itu pun tanpa mau bersikap objektif. Ini yang mengkhawatirkan. Jangan-jangan nanti kita malah makin tak suka diganggu atau mudah merasa terganggu. Batas antara persoalan pribadi dan yang bukan pribadi pun bakalan tak berbatas dan tak jelas karena ranah yang bukan pribadi itu bisa saja akan menjadi persoalan pribadi.

Saprol kembali mencoba menutup mata. Tapi kebisingan itu terdengar lagi sehingga dia langsung melompat dari tikarnya dan melihat ke luar.

Tetap tak ada apapun yang menjadi penyebab kebisingan.

"Apa sekarang hantu belau beraktivitas di siang hari ya?" gumamnya heran sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.

"Padahal aku jelas-jelas ngerasain lho. Bener-bener bising. Aku yakin ini bukan imaji. Bukan, bukan," katanya sambil meyakinkan diri sendiri, menampar pipinya, dan membenturkan kepalanya ke tembok supaya lebih yakin lagi. Sakit, dan ternyata memang bukan imaji.

Begitulah apa yang dirasakannya. Sampai akhirnya dia benar-benar tak bisa lagi menikmati tidur siangnya yang sangat sulit didapat. Entah kapan dia bisa mendapatkan satu kesempatan berharga itu.

Tapi sayangnya, bahkan ketika tidur malam pun kebisingan itu juga terjadi. Namun di dalam mimpi. Saprol yang mengatakannya sendiri. Mungkin benar apa yang dikatakan seorang pemimpi yang lebih hobi bermimpi daripada berusaha mewujudkan mimpinya, bahwa hal-hal yang ada di luar diri kita ikut mempengaruhi mimpi kita. Bahkan masuk ke dalam mimpi kita.

Kasihan Saprol. Ternyata kebisingan sosial itu benar-benar masuk ke dalam mimpinya. Bahkan katanya, "Gilak! Kebisingan yang ada dalam mimpi tidur malamku justru lebih bising daripada kebisingan di dunia nyata!"

Ckckckck... Benar-benar makhluk malang...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun